Bila tidak dikontrol dengan baik, pemujaan terhadap Dewi Ibu dapat disalahpahami, mempengaruhi kesadaran budaya generasi muda, mengarah kepada praktik-praktik menyimpang, bahkan mendukung takhayul, menjual dewa-dewa dan orang suci...
Dr. Pham Viet Long - mantan Ketua Dewan Direksi Institut Studi Budaya dan Pembangunan menekankan hal ini saat berbagi dengan wartawan Surat Kabar Dai Doan Ket tentang batas antara spiritualitas dan takhayul.
PV: Saat ini, banyak orang percaya bahwa ritual Hau Dong secara bertahap dikomersialkan, yang menyebabkan kesakralannya memudar. Menurut Anda, apa penyebab utama distorsi kepercayaan pemujaan Dewi Ibu dan konsekuensinya bagi kehidupan budaya?
Dr. Pham Viet Long: Pemujaan terhadap Dewi Ibu Tiga Alam merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Vietnam. Kepercayaan ini tidak hanya mencerminkan semangat menghormati peran ibu, tetapi juga meneguhkan filosofi hidup harmonis antara manusia, alam, dan dunia spiritual.
Pengakuan UNESCO telah membantu pelestarian dan promosi pemujaan Dewi Ibu Tiga Alam secara lebih luas. Banyak daerah telah menyelenggarakan kegiatan untuk menghormati, meneliti, dan mempraktikkan ritual secara sistematis, yang berkontribusi pada peningkatan kesadaran publik akan nilai-nilai warisan. Pada saat yang sama, kepercayaan ini juga menjadi jembatan untuk membantu generasi muda lebih memahami budaya tradisional, sehingga menumbuhkan kebanggaan nasional.
Namun, belakangan ini, terjadi fenomena komersialisasi ritual mediumsi roh. Penyebab utama masalah ini berasal dari banyak faktor. Di antaranya, meningkatnya kebutuhan keagamaan masyarakat membuat kegiatan spiritual mudah terdistorsi. Banyak orang yang terlibat dalam mediumsi roh tidak hanya untuk tujuan keagamaan tetapi juga melihatnya sebagai kesempatan untuk berdoa memohon kekayaan dan ketenaran, yang menyebabkan penyalahgunaan ritual tersebut secara berlebihan.
Beberapa orang memanfaatkan kepercayaan ini untuk keuntungan pribadi. Mereka menyelenggarakan medium roh secara mewah, menarik peserta dengan ritual yang mewah dan mahal. Hal ini menyebabkan semangat kepercayaan tersebut perlahan memudar, digantikan oleh perlombaan untuk pamer dan menunjukkan status pribadi.
Konsekuensi dari fenomena ini jelas. Ketika ritual dikomersialkan, unsur-unsur spiritual melemah, keyakinan agama menjadi terdistorsi, tidak lagi membawa makna aslinya. Lebih lanjut, jika tidak dikontrol dengan baik, pemujaan Dewi Ibu dapat disalahpahami, memengaruhi kesadaran budaya generasi muda, mengarah pada praktik-praktik yang menyimpang, bahkan mendukung bentuk-bentuk takhayul.
Jadi, Tuan, bagaimana kita dapat melestarikan dan mempromosikan nilai-nilai tradisional pemujaan Dewi Ibu Tiga Istana, sambil memastikan kesesuaiannya dengan kehidupan modern tanpa kehilangan identitas aslinya?
- Menurut hemat saya, melestarikan dan mempromosikan nilai pemujaan Dewi Ibu Tiga Istana dalam konteks modern memerlukan pendekatan yang komprehensif, baik menghormati tradisi maupun memastikan adaptasi dengan kehidupan kontemporer.
Penyelenggaraan seminar ilmiah , penerbitan buku-buku dan dokumen-dokumen khusus akan membantu masyarakat memahami dengan benar nilai-nilai keyakinan, sehingga sadar akan terpeliharanya jati diri tradisional.
Pemahaman tentang pemujaan Dewi Ibu di masyarakat masih belum lengkap dan mendalam, karena kebanyakan orang hanya memahami kepercayaan ini melalui ritual medium roh. Namun, untuk memahaminya secara komprehensif, perlu mempertimbangkan ketiga aspek inti: legenda para dewa, isi lirik lagu Chau Van, dan seni pertunjukan.
Hanya memahami pemujaan Dewi Ibu melalui ritual medium roh tanpa memahami fondasi budayanya dapat dengan mudah mengarah pada persepsi yang samar, bahkan menyimpang. Akibatnya, banyak orang hanya mengeksploitasi aspek spiritual yang dangkal, menyebabkan kepercayaan ini terdistorsi, menjadi sarana untuk mencari keuntungan, mendukung takhayul, dan memperdagangkan dewa-dewa serta orang suci.
Selain itu, pendidikan memainkan peran penting. Program pengajaran tentang budaya dan kepercayaan rakyat di sekolah dapat membantu generasi muda memiliki pendekatan yang tepat terhadap warisan ini. Mengintegrasikan konten pemujaan Dewi Ibu ke dalam kegiatan budaya dan seni juga merupakan cara bagi kaum muda untuk lebih mudah menerimanya.
Selain itu, perlu ada pengaturan yang ketat dari pihak berwenang dalam penyelenggaraan ritual. Standar praktik keagamaan perlu dikembangkan, yang membatasi penyalahgunaan ritual untuk keuntungan pribadi. Pada saat yang sama, promosi pemujaan Dewi Ibu juga perlu dipadukan dengan pengembangan pariwisata budaya berkelanjutan, untuk memastikan nilai-nilai sakral yang melekat tidak hilang.
Lalu, tindakan khusus apa saja yang perlu dilakukan lembaga pengelola budaya untuk mencegah takhayul, membatasi variasi negatif, dan melestarikan pemujaan Ibu Dewi sesuai dengan identitas tradisionalnya?
Lembaga pengelola budaya perlu mengambil langkah-langkah tegas untuk memastikan praktik keagamaan selaras dengan identitas tradisional. Salah satu solusi penting adalah memperkuat propaganda dan edukasi untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang pemujaan Dewi Ibu di media. Hal ini membantu masyarakat memahami nilai sejati agama tersebut, sehingga menghindari manifestasi yang salah.
Selain itu, pihak berwenang perlu mengembangkan peraturan khusus tentang penyelenggaraan ritual untuk membatasi eksploitasi kepercayaan demi keuntungan pribadi. Bersamaan dengan itu, peran peneliti dan pakar budaya juga perlu ditingkatkan. Para cendekiawan dan peneliti cerita rakyat dapat menyumbangkan gagasan dan membimbing masyarakat untuk mempraktikkan kepercayaan sesuai dengan semangat tradisional.
Terima kasih banyak!
“Perlu dibangun komunitas praktik keagamaan yang sehat, di mana para medium, musisi, dan praktisi memiliki rasa tanggung jawab dalam melestarikan identitas budaya, menghindari tren pamer dan distorsi. Pemujaan Dewi Ibu Tiga Alam merupakan warisan berharga yang perlu dilestarikan dan dipromosikan dengan baik. Kerja sama seluruh komunitas, peneliti, dan lembaga pengelola budaya akan membantu warisan ini terus bersinar, melestarikan nilai-nilai tradisional sekaligus tetap relevan bagi kehidupan modern,” ujar Dr. Pham Viet Long.
[iklan_2]
Sumber: https://daidoanket.vn/can-co-quy-chuan-ve-thuc-hanh-tin-nguong-10301247.html
Komentar (0)