Kesadaran yang tidak lengkap
Meskipun Majelis Nasional telah menerbitkan Undang-Undang Keamanan Siber tahun 2018, Kementerian Informasi dan Komunikasi telah menerbitkan Kode Etik Media Sosial tahun 2021, dan Pemerintah telah menerbitkan Keputusan No. 53/2022/ND-CP yang merinci sejumlah pasal dalam Undang-Undang Keamanan Siber, masih terdapat tindakan penghinaan terhadap individu dan organisasi di media sosial.
Mahasiswa merupakan pengguna media sosial yang paling banyak. (Sumber: dansinh) |
Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan kepatuhan hukum di kalangan pengguna jejaring sosial. Hal ini serupa dengan kebiasaan menggunakan jejaring sosial tanpa membaca petunjuk penggunaan dengan saksama.
Selain itu, penegakan hukum sulit dilakukan karena skala besar dan sifat global jaringan sosial.
Selain itu, sebab khusus ialah peserta jejaring sosial tidak memahami dengan benar tentang kebebasan berpendapat atau sengaja salah paham, memanfaatkan kebebasan berpendapat untuk menyampaikan pendapat dan atau menyampaikan pendapat yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga merugikan kehormatan, martabat, dan kepentingan orang lain.
Kebebasan berpendapat adalah hak setiap individu untuk secara bebas mencari, menyampaikan, dan berbagi informasi, opini, ide, dan sudut pandang. Namun, kebebasan berpendapat harus ditempatkan dalam hubungan antara hak dan tanggung jawab individu terhadap komunitas dan masyarakat.
Kebebasan berbicara tidak berarti melanggar etika atau hukum, seperti menghina, mengancam, merugikan orang lain, atau menyebarkan informasi palsu, informasi yang mempengaruhi keamanan nasional...
Lengkapi dirimu
Untuk menjadi pengguna jejaring sosial yang aktif dan berkontribusi dalam membangun lingkungan jejaring sosial yang sehat, kita perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Yang pertama adalah pengetahuan tentang keamanan jaringan. Kita perlu memahami dengan jelas risiko dan bahaya yang terkait dengan penggunaan jejaring sosial, seperti penipuan, virus, dan malware, agar dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi informasi pribadi di jejaring sosial.
Kedua , selalu periksa informasi dan berpikir kritis saat menggunakan media sosial. Penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya memverifikasi keaslian informasi melalui sumber resmi dan standar, tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, membagikan, mengomentari, atau berdebat tentang informasi yang tidak dipahami dengan jelas dan belum diverifikasi.
Ketiga , sadari privasi dan selalu jaga sikap hormat dan positif. Kita perlu memahami dan menghormati privasi diri sendiri dan orang lain di media sosial; tidak terlibat dalam perundungan siber; selalu berkomunikasi dengan hormat dan konstruktif; tahu cara melaporkan tindakan pelanggaran, pelecehan, atau penyalahgunaan di media sosial, dan mendukung kasus perundungan siber.
Pelajar merupakan pengguna media sosial yang paling banyak. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman pelajar tentang cara menggunakan media sosial dengan aman dan sesuai hukum.
Oleh karena itu, kita perlu memperbarui konten pengajaran secara berkala, memasukkan pengetahuan tentang Undang-Undang Keamanan Siber tahun 2018, Kode Etik Media Sosial tahun 2021, Keputusan No. 53/2022/ND-CP yang merinci sejumlah pasal dalam Undang-Undang Keamanan Siber, dan peraturan terkait lainnya ke dalam program pelatihan utama atau ekstrakurikuler.
Untuk itu diperlukan bahan ajar yang baku dan dapat diandalkan guna menunjang tugas pengajaran, seperti catatan kuliah, buku teks, video pembelajaran ...
Atau melalui saluran lain, secara berkala menyelenggarakan topik, acara, dan kompetisi dengan konten yang terkait dengan keamanan dan keselamatan jejaring sosial, membantu berkomunikasi dengan siswa.
Kita perlu menciptakan figur-figur inspiratif bagi siswa tentang penggunaan media sosial yang aman dan legal. Mereka bisa berupa duta media, seperti seniman, penulis, guru, atau influencer.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)