Siapakah anak tukang batu bata yang diterima di Universitas Tsinghua?
Lam Van Dong menerima kabar lulus ujian Thanh Hoa saat ia sedang memasang batu bata.
Lam Van Dong lahir di daerah pedesaan terpencil di Yunnan, di mana transportasi sulit dijangkau. Situasi keluarganya semakin sulit ketika ayahnya, pencari nafkah utama dalam keluarga, mengalami kecelakaan kerja. Ibunya harus bekerja sebagai kuli bangunan berat untuk mencari nafkah. Untuk membantu orang tuanya, Lam Van Dong juga pergi ke tempat pembuatan batu bata setiap hari. Anak laki-laki kurus itu selalu rajin memunguti tumpukan batu bata yang berat dan berdebu, sementara teman-temannya yang lain bisa saja menjadi siswa biasa. Namun, ia tidak mengabaikan studinya karena ia selalu tahu bahwa inilah satu-satunya jalan keluar bagi dirinya dan keluarganya.
Selama masa SMA-nya, Lin Wandong tidak pernah tidur nyenyak. Ia bangun pukul 4 pagi dan tidur sekitar pukul 1 siang. Teman-teman sekelasnya memanggilnya "kutu buku" karena ia selalu tertimbun buku. Hanya saja ia sendiri yang mengerti bahwa setiap kali ia teralihkan, ia semakin jauh dari mimpinya.
Pada musim panas 2019, Lin Wandong, seorang kandidat dari provinsi Yunnan, diterima di Universitas Tsinghua - sekolah nomor 1 di Tiongkok - dengan skor luar biasa sebesar 713 poin.
Saat menerima kabar tersebut, Lin Wandong yang berusia 19 tahun berkeringat deras di lokasi konstruksi. "Anak yang memindahkan batu bata di lokasi konstruksi telah diterima di Universitas Tsinghua!" - semua orang terkejut dengan kabar ini.
Berita itu menyebar, dan kisah inspiratif ini dilaporkan secara luas oleh media Tiongkok dan menyentuh hati banyak netizen. Lin Wandong juga menjadi orang pertama yang dinobatkan dan dipuji oleh rektor Universitas Tsinghua pada upacara pembukaan.
Namun di saat yang sama, beberapa suara sarkastis juga muncul di dunia maya: "Memangnya kenapa kalau dapat 713 poin, Universitas Tsinghua bukan surga?", "Dengan latar belakang seperti itu, lulus Tsinghua tidak ada gunanya."...

Lam Van Dong sebagai seorang mahasiswa
Diterima di Universitas Tsinghua hanyalah awal dari mimpinya, dan biaya kuliah masih sangat besar bagi keluarga Lin. Bermalam-malam, Lin Wandong tidak bisa tidur, bahkan sempat berpikir untuk berhenti kuliah. Untungnya, saat itu ia menerima kabar bahwa ia bisa mengajukan pinjaman mahasiswa, serta subsidi biaya hidup dan akomodasi selama kuliah. Di saat yang sama, tersebarnya kisah "anak tukang batu bata yang diterima di Universitas Tsinghua" juga menarik banyak donatur untuk membantu keluarganya.
Di perkuliahan di Universitas Tsinghua, Lin Wandong terus belajar dengan giat, meskipun harus hidup hemat, sering kali hanya makan bakpao dan acar. Ia juga menghadapi tantangan yang sangat berat. Karena mengambil jurusan teknologi, Lin Wandong, seorang anak dari pegunungan yang belum pernah mengenal komputer, harus bekerja berkali-kali lipat lebih keras daripada teman-teman sekelasnya agar bisa mengikuti perkembangan. Selain itu, ia juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan sambil tetap bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang guna menutupi biaya hidupnya.
Bagaimana kabar si "anak bata" sekarang?
Dia meninggalkan jalan mudah untuk berkontribusi bagi tanah airnya.
Setelah meraih gelar sarjana Tsinghua, Lin Wandong memiliki banyak kesempatan untuk tinggal di kota besar dan menghasilkan uang. Namun, ia membuat keputusan yang mengejutkan.
Pada tahun 2023, Lin Wandong mendaftar untuk ujian pegawai negeri sipil di provinsi asalnya, Yunnan. Ini adalah posisi pegawai negeri sipil yang istimewa, dengan lapangan pekerjaan yang terbatas dan kriteria seleksi yang sangat ketat. Faktanya, melanjutkan sekolah untuk melanjutkan studi pascasarjana atau bekerja di perusahaan jauh lebih mudah.
Meski begitu, Lin Wandong tetap menjadi anggota Kantor Komite Partai Kota Kunming di Provinsi Yunnan. Tempat kerjanya adalah kampung halamannya, sebuah wilayah pegunungan yang mencakup 97% dari total wilayah. Letak geografis dan lingkungan yang keras ini membuat orang-orang semakin mempertanyakan keputusan Lin Wandong yang aneh: Mengapa seorang pemuda lulusan Universitas Tsinghua meninggalkan jalan terang yang biasa dan bersikeras kembali ke pegunungan tandus dan terbelakang ini?
Semua orang merasa bahwa dengan kondisi Lam Van Dong, bekerja di kantor di kota besar dan mengabdikan diri pada penelitian ilmiah adalah pilihan yang paling tepat. Namun, Lam Van Dong tidak menganggap pilihannya untuk kembali ke kampung halamannya salah. Ia mengatakan bahwa ia adalah putra pegunungan, memahami kesulitan rakyat, dan ingin mengubah kehidupan di kampung halamannya.
Pengorbanan dan keinginan Lam Van Dong untuk berkontribusi telah membuat banyak orang mengaguminya. Lam Van Dong menggunakan tindakan nyatanya untuk menjawab para "pejuang keyboard" yang sebelumnya mengejeknya.
Lam Van Dong berkata: "Kekayaan dan kesuksesan bukanlah yang kuinginkan. Aku ingin menjadi api arang kecil, menyala tanpa suara namun mampu memancarkan kehangatan."
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)