Berita itu diumumkan oleh Universitas Edinburgh (Skotlandia, Inggris), tempat Tuan Wilmut dulu bekerja, pada tanggal 11 September, menurut AFP.
Tuan Wilmut memimpin tim di Institut Roslin di Universitas Edinburgh yang menciptakan domba Dolly pada tahun 1996. Dolly adalah mamalia pertama di dunia yang dikloning dari sel dewasa, sebuah terobosan yang menarik perhatian global saat itu.
Pencapaian penting ini telah menghasilkan kemajuan baru dalam penelitian hewan dan medis, sekaligus menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan kloning manusia dan memicu perdebatan global tentang etika kloning.
Ilmuwan Ian Wilmut dan domba Dolly saat dia masih hidup
TANGKAPAN LAYAR FORTUNE
Karya Wilmut dan rekan-rekannya meletakkan dasar bagi penelitian sel punca, sebuah teknologi yang telah membantu mengobati berbagai penyakit penuaan dengan memungkinkan tubuh meregenerasi jaringan yang rusak. Warisannya adalah terciptanya bidang yang disebut pengobatan regeneratif, yang memiliki potensi luar biasa untuk membantu orang hidup lebih lama dan lebih sehat.
Peter Mathieson, Wakil Rektor Universitas Edinburgh, memuji Tn. Wilmut sebagai "raksasa dunia ilmiah", dan mengatakan bahwa karyanya mengkloning domba Dolly "mengubah pemikiran ilmiah saat itu".
"Karya inovatif ini telah mendorong banyak kemajuan dalam pengobatan regeneratif yang kita saksikan saat ini," AFP mengutip Bapak Mathieson.
Bruce Whitelaw, kepala Roslin Institute saat ini, mengatakan kematian Tn. Wilmut merupakan "berita duka". "Sains telah kehilangan nama besar," ujarnya.
Tuan Wilmut pensiun dari Universitas Edinburgh pada tahun 2012. Pada tahun 2018, ia mengumumkan dukungannya terhadap penelitian baru tentang penyakit Parkinson, dengan mengungkapkan bahwa ia telah didiagnosis menderita penyakit tersebut, kelainan otak progresif dan tidak dapat disembuhkan yang dapat menyebabkan gerakan yang tidak terkendali seperti tremor.
"Ada rasa yang jelas bahwa setidaknya sekarang kita tahu dan kita bisa mulai melakukan berbagai hal untuk mengatasi masalah itu... Yang juga jelas adalah rasa frustrasi bahwa penyakit ini mungkin akan sedikit memperpendek hidup saya, dan lebih khusus lagi bahwa penyakit ini akan mengubah kualitas hidup," ujarnya kepada BBC saat itu.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif paling umum kedua setelah Alzheimer dan mempengaruhi lebih dari 8,5 juta orang di seluruh dunia.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)