Seperti apa intervensi militer Afrika Barat di Niger?

Pada hari Jumat, kepala pertahanan Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) menyelesaikan rencana untuk menggunakan kekuatan terhadap pemerintahan militer Niger jika Presiden terguling Mohamed Bazoum dan pemerintahannya tidak dipulihkan.

Pasukan ECOWAS melakukan intervensi militer di Gambia untuk memadamkan kudeta di negara tersebut pada tahun 2017. Foto: ECOWAS

Delegasi ECOWAS melakukan perjalanan ke Niger tetapi tidak dapat bertemu dengan pemimpin kudeta, Jenderal Abdourahmane Tchiani, yang kemudian menyatakan bahwa setiap tindakan agresi terhadap Niger “akan ditanggapi dengan respons langsung dan tanpa pemberitahuan”.

Keputusan ECOWAS untuk melakukan intervensi militer

Ini akan menjadi pertama kalinya selama bertahun-tahun ECOWAS memutuskan untuk memadamkan kudeta di Afrika Barat, yang telah menyaksikan beberapa kudeta yang berhasil sejak 2020.

"Peristiwa dua hari terakhir telah membuat intervensi militer menjadi kemungkinan nyata," kata Nathaniel Powell, analis Afrika di perusahaan intelijen geopolitik Oxford Analytica. "Dan jika militer Niger menolak intervensi ECOWAS, hasilnya bisa sangat buruk."

Tindakan militer ECOWAS diperkirakan akan menimbulkan perpecahan besar karena tidak semua negara di kawasan tersebut mendukung solusi ini, di mana Mali dan Burkina Faso yang berbatasan dengan Niger bahkan mengumumkan akan memilih berpihak pada pemerintahan militer Niger dan akan melawan kampanye intervensi ECOWAS.

Pada hari Sabtu, Senat Nigeria menyarankan Presiden Bola Ahmed Tinubu, yang juga menjabat sebagai ketua ECOWAS saat ini, untuk terus mencari pilihan lain selain menggunakan kekuatan untuk memulihkan demokrasi di Niger, dengan mencatat "hubungan baik yang telah terjalin antara warga Niger dan Nigeria."

Peta yang menggambarkan Niger dan negara-negara di kawasan Afrika Barat.

Perlu dicatat juga bahwa beberapa negara tetangga Niger, seperti Chad, lebih menyukai solusi yang dinegosiasikan. Sementara itu, Aljazair dan Libya bukan anggota ECOWAS. Hal ini akan memengaruhi intervensi militer darat apa pun di perbatasan Nigeria yang membentang sepanjang 1.600 km dengan Niger.

Strategi dan keseimbangan kekuatan partai-partai

Tidak jelas seperti apa strategi intervensi militer di daratan Niger, tetapi negara itu memiliki beberapa keunggulan teritorial.

Dengan populasi sebesar 25 juta jiwa, Niger merupakan negara terbesar kedua di Afrika Barat dalam hal luas wilayah, mencakup 1,26 juta kilometer persegi – ratusan kali lipat luas Gambia, tempat ECOWAS terakhir kali melakukan intervensi militer pada tahun 2017.

Memimpin upaya melawan kudeta di Niger adalah sekutu lama Nigeria, yang memiliki kekuatan militer terbesar di Afrika Barat dengan 223.000 tentara — 22 kali lipat kekuatan militer Niger yang hanya 10.000, menurut Data Terbuka Bank Dunia . Nigeria juga empat kali lipat kekuatan gabungan Burkina Faso, Mali, Guinea, dan Niger.

Di Niger, beberapa pihak meyakini intervensi militer dapat melibatkan serangan udara. Namun, dengan Presiden Bazoum yang masih ditahan, ia dapat menjadi sandera bagi pemerintahan militer untuk menekan ECOWAS agar melakukan intervensi militer.

Oleh karena itu, penerapan strategi intervensi dari Nigeria melalui darat harus melewati wilayah yang hampir tidak berpenghuni, tempat lebih dari 200.000 pengungsi melarikan diri dari kekerasan di Nigeria utara.

Bandara internasional Niger di Niamey hanya berjarak 12 km dari istana presiden tempat Bazoum ditahan, yang juga dapat mempersulit strategi udara ECOWAS. Negara ini memiliki dua bandara internasional lainnya, termasuk satu di Agadez, tempat militer AS mengoperasikan pangkalan drone.

Bahaya perang proksi

Kudeta militer terbaru di Afrika Barat sangat mengkhawatirkan Barat, yang memandang Niger sebagai mitra strategis terakhirnya dalam perang melawan terorisme di Sahel. Niger juga penting bagi pasar global di berbagai bidang, termasuk pangsa pasar uranium globalnya yang mencapai 5%.

Prancis dan Amerika Serikat adalah dua sekutu penting pemerintahan terpilih Niger sebelumnya. Foto: AP

Nnamdi Obasi, penasihat senior di International Crisis Group, memperingatkan bahwa intervensi militer "juga dapat memburuk dan menjadi perang proksi antara kekuatan di luar Afrika, mereka yang mendukung pemulihan demokrasi dan mereka yang mendukung rezim militer." Dan jika itu terjadi, Niger dapat menambah ketidakstabilan global yang telah mengguncang dunia akibat perang di Ukraina.

Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat dan Prancis telah lama menjadi sekutu pemerintahan demokratis yang baru saja digulingkan di Niger. Sementara itu, kelompok kudeta militer Niger menerima dukungan dari kelompok tentara bayaran Wagner yang kuat, serta dianggap sebagai sekutu oleh pemerintahan militer di Mali dan Burkina Faso.

Konsekuensi yang tidak terduga

Oleh karena itu, ada kekhawatiran bahwa pertempuran jika terjadi intervensi militer ECOWAS tidak akan terbatas pada ibu kota Niger.

Intervensi militer di Niger diyakini tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi justru dapat memperburuk situasi dan menyebabkan penderitaan lebih lanjut bagi rakyat Niger. Foto: AP

"Saya khawatir pemerintahan militer akan bersedia menggunakan rakyatnya sendiri sebagai umpan meriam…, dan militer ECOWAS tidak begitu baik dalam menangani situasi seperti ini," kata James Barnett, seorang spesialis Afrika Barat di Hudson Institute.

Sekalipun intervensi militer memungkinkan ECOWAS tetap berada di Niger sebagai pasukan anti-kudeta, Powell mengatakan hal itu akan berdampak buruk bagi demokrasi, negara, dan kawasan. "Itu akan menjadikan Tuan Bazoum seorang presiden militer asing, dan itu akan menghancurkan legitimasinya."

Selain itu, Nigeria, yang memimpin intervensi ECOWAS di Niger, mungkin menghadapi tantangan di dalam negeri, di mana militernya tengah memerangi pemberontak di wilayah utara dan tengah negara itu. Oleh karena itu, fokus militer Nigeria pada kampanye di Niger akan memberi lebih banyak peluang bagi pemberontak untuk menimbulkan kerusuhan.

Hai Anh

Sumber: https://www.congluan.vn/chien-dich-can-thiep-quan-su-cua-tay-phi-vao-niger-co-the-dien-ra-nhu-the-nao-post259278.html