Badan Antariksa Eropa (ESA), Airbus Defence and Space (anak perusahaan Airbus Group) dan Voyager Space (AS) baru saja menandatangani Nota Kesepahaman, dengan demikian mewujudkan komitmen untuk bekerja sama dalam mengembangkan stasiun ruang angkasa komersial konsorsium Airbus-Voyager Space.
Perjanjian tersebut ditandatangani pada Konferensi Antariksa ESA yang diselenggarakan pada 6-7 November di Sevilla, Spanyol, dan menandai upaya bersama ketiga pihak untuk membangun masa depan stasiun antariksa setelah ISS, menurut Space News . Dan itu hanyalah salah satu opsi yang sedang diupayakan.
Simulasi Gambar Stasiun Luar Angkasa Starlab
Arah Eropa
Dalam upaya memastikan akses ke orbit Bumi rendah, ESA telah menandatangani perjanjian untuk mempelajari kemungkinan penggunaan stasiun luar angkasa komersial yang sedang dikembangkan oleh Voyager Space untuk menggantikan ISS. Stasiun luar angkasa tersebut, yang disebut Starlab, dijadwalkan akan dikerahkan pada tahun 2028, lapor Space News .
Pengumuman nota kesepahaman ini terjadi tiga hari setelah ESA mengumumkan rencana pembangunan kapal kargo untuk memasok kembali ISS dan kemudian stasiun luar angkasa pasca-ISS. Airbus awalnya dipilih untuk membantu merancang Starlab. Seiring waktu, kedua perusahaan semakin mempererat kemitraan mereka, dan pada bulan Agustus, Airbus resmi menjadi mitra inti di balik proyek tersebut.
Selama lebih dari dua dekade, ESA, seperti banyak lembaga lainnya, telah menggunakan ISS sebagai laboratorium ilmiah di orbit Bumi. Setelah ISS pensiun, era stasiun ruang angkasa swasta diperkirakan akan tiba. Oleh karena itu, dengan langkah baru ini, jelas bahwa ESA menaruh harapan besar pada Starlab. Melalui langkah strategis ini, ESA berharap dapat memastikan transisi yang lancar ke orbit Bumi setelah ISS pensiun pada tahun 2030.
"ESA mengapresiasi inisiatif transatlantik untuk stasiun luar angkasa komersial Starlab, dan prospek Eropa untuk memberikan kontribusi yang kuat dalam pengembangan dan pemanfaatan stasiun luar angkasa ini," ujar Direktur Jenderal ESA, Josef Aschbacher.
Bagaimana kegagalan misi Luna-25 memengaruhi program luar angkasa Rusia?
Rencana Amerika, Rusia
Pada 20 November, para mitra program ISS akan merayakan 25 tahun peluncuran modul pertama, Zarya, pesawat ruang angkasa buatan Rusia yang didanai AS, yang menandai dimulainya ISS. Space.com baru-baru ini melaporkan bahwa NASA dan mitra ISS di Eropa, Jepang, dan Kanada telah sepakat untuk terus mengoperasikan ISS hingga 2030. Sementara itu, Rusia telah mengonfirmasi bahwa mereka hanya akan berpartisipasi hingga 2028.
Bertentangan dengan ekspektasi AS, Presiden Rusia Vladimir Putin pada 26 Oktober menetapkan batas waktu 2027 bagi Badan Antariksa Federal Rusia (Roscosmos) untuk meluncurkan modul pertama stasiun luar angkasa negara itu ke orbit, menurut TASS. Sementara itu, Bapak Yuri Borisov, Direktur Jenderal Roscosmos, menekankan bahwa Rusia perlu segera menyelesaikan rencana pembangunan stasiun luar angkasa sesuai jadwal, untuk menghindari risiko tertinggal sementara AS, Eropa, Kanada, dan Jepang melaksanakan proyek bersama tersebut.
Pada tahun 2021, NASA memilih Starlab sebagai salah satu dari tiga rancangan stasiun luar angkasa yang akan menggantikan ISS. NASA telah mengalokasikan $415,6 juta kepada total tiga mitra potensial dalam program Commercial Low Earth Orbit Destinations (CLD). Selain Voyager Space, dua mitra lainnya adalah Blue Origin dan Northrop Grumman.
Namun, pada 4 Oktober, Northrop Grumman mengumumkan pemutusan kontrak dengan NASA dan beralih bekerja sama dengan Voyager Space. Selain itu, NASA juga mendukung Axiom Space dalam menjalankan program pengembangan modul komersial yang awalnya akan dipasang di ISS dan kemudian dipisahkan untuk membentuk stasiun luar angkasa komersial.
Kemungkinan ISS terus beroperasi setelah tahun 2030
Meskipun semua pihak berfokus pada upaya pengembangan stasiun luar angkasa swasta, NASA dilaporkan masih khawatir tentang kemungkinan pembangunan stasiun luar angkasa komersial untuk menggantikan ISS tepat waktu. Oleh karena itu, NASA terbuka terhadap kemungkinan perpanjangan masa operasional ISS melampaui target yang direncanakan, yaitu tahun 2030. Space News mengutip Bapak Ken Bowersox, Asisten Administrator NASA, yang mengatakan bahwa "tidak wajib" untuk memensiunkan ISS pada tahun 2030 seperti yang direncanakan saat ini. Waktu pemensiunkan ISS dapat lebih cepat atau lebih lambat, tergantung pada kemajuan proyek pembangunan stasiun luar angkasa komersial.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)