Pertemuan Tahunan ke-20 Institut Hukum Asia (ASLI), dengan tema “ Inklusivitas dan Keragaman Hukum Asia,” diselenggarakan di Universitas Nasional Singapura dari tanggal 31 Mei hingga 1 Juni, dengan partisipasi lebih dari 600 delegasi yang mewakili organisasi hukum terkemuka dan para ahli dari seluruh benua dan internasional.
Selama diskusi tentang Laut Cina Selatan, para cendekiawan berbagi pandangan mereka tentang isu-isu mendesak yang menantang hukum internasional, serta upaya negara-negara yang terlibat untuk mengatasinya, seperti implementasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS), pencegahan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU), peran sentral Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, dan persaingan pengaruh di antara kekuatan-kekuatan besar di Asia Tenggara.
Pertemuan Tahunan ke-20 Asian Law Institute (ASLI) diselenggarakan di Universitas Nasional Singapura dari tanggal 31 Mei hingga 1 Juni.
Diskusi tersebut menilai bahwa kawasan Indo- Pasifik , yang merupakan rumah bagi lebih dari separuh populasi dunia, memiliki sumber daya alam yang melimpah dan banyak jalur laut vital, menjadikannya sangat penting bagi perdagangan global dan semakin krusial dalam membentuk tatanan dunia abad ke-21. Namun, konflik dan sengketa yang terus-menerus, khususnya di Laut Cina Selatan, menimbulkan risiko ketidakstabilan yang signifikan dan tidak mudah diselesaikan.
Para ahli yang menghadiri lokakarya tersebut menegaskan bahwa UNCLOS dan putusan Pengadilan Arbitrase PCA tahun 2016 merupakan landasan hukum yang paling kokoh dan penting untuk menyelesaikan sengketa di Laut Cina Selatan. Negara-negara di kawasan Laut Cina Selatan perlu menahan diri, menghormati hukum internasional, dan berupaya menyelesaikan konflik secara damai berdasarkan hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982, serta mempercepat proses negosiasi Kode Etik (Kode Perilaku).
Menurut para ahli, hanya negosiasi positif yang berlandaskan hukum internasional dan saling menghormati, dengan mempertimbangkan kepentingan harmonis semua pihak, sambil mempromosikan kepercayaan dan memperkuat kerja sama menuju masa depan jangka panjang, yang merupakan langkah terbaik untuk menyelesaikan konflik dan melindungi perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan dan dunia .
Dalam pidato penutupnya di seminar tersebut, Dr. Jacques deLisle (Universitas Pennsylvania, AS) menilai bahwa perkembangan terkini menunjukkan bahwa struktur internasional, terutama di bidang politik dan keamanan, berubah dengan cepat. Struktur lama kehilangan makna dan perannya, sementara struktur baru secara bertahap terbentuk.
Kawasan Indo-Pasifik semakin menunjukkan pentingnya dan menarik perhatian global yang lebih besar, sebagaimana dibuktikan oleh serangkaian strategi Indo-Pasifik yang dikeluarkan dalam beberapa tahun terakhir.
Di kawasan ini, salah satu konflik utama adalah sengketa di Laut Cina Selatan. Menghormati hukum internasional dan berupaya mencapai penyelesaian damai atas sengketa-sengketa ini sangat penting bukan hanya bagi kawasan ini tetapi juga bagi dunia.
Hai Khanh
Bermanfaat
Emosi
Kreatif
Unik
Sumber






Komentar (0)