Menurut Savills Vietnam, aktivitas ini menimbulkan banyak konsekuensi dan kesulitan bagi pihak-pihak yang terlibat.
Pertama, kehadiran banyak tamu di gedung apartemen menyebabkan kebisingan dan ketidaknyamanan bagi penghuni. Frekuensi pergerakan dan penggunaan fasilitas seperti lift, kolam renang, pusat kebugaran, dll. oleh penghuni memengaruhi masa pakai peralatan. Belum lagi, banyak penghuni jangka pendek tidak memiliki kesadaran yang sama dalam melindungi properti di gedung apartemen seperti penghuni. Orang asing yang datang ke gedung apartemen sering kali membuat penghuni merasa tidak aman dan khawatir akan keselamatan.
Kedua, di banyak gedung apartemen, terdapat kesenjangan yang tajam antara dua kelompok pemilik yang menyewakan apartemen jangka pendek dan kelompok pemilik yang tinggal di sana, yang mengakibatkan konflik. Hal ini memberikan tekanan pada dewan manajemen maupun unit manajemen.
Ketiga, berdampak pada kualitas layanan dan utilitas di proyek; menyebabkan kelebihan beban pada bagian penerimaan, kebersihan, keamanan, pemeliharaan, staf kolam renang, dan lain-lain.
Terakhir, ada risiko kejahatan sosial.
Sebuah gedung apartemen di pusat Kota Ho Chi Minh menawarkan akomodasi jangka pendek Airbnb. Foto: Le Tinh
Faktanya, akhir-akhir ini, dewan pengelola gedung apartemen telah menyediakan layanan akomodasi jangka pendek bagi warga; memasang pemberitahuan dan mengirim email kepada penghuni untuk mengonfirmasi bahwa mengoperasikan apartemen sebagai fasilitas akomodasi wisata merupakan pelanggaran hukum, tetapi layanan ini masih berlangsung.
Unit manajemen juga telah meminta pendaftaran informasi di meja resepsionis; memasang sistem pengenalan FaceID atau kartu magnetik di pintu masuk; dan membagi penggunaan fasilitas seperti lift, area lobi, meja resepsionis, dll. Namun, perubahan peraturan harus disetujui oleh rapat kondominium. Dengan adanya polarisasi pendapat di masyarakat, hasil pemungutan suara dalam rapat kondominium sangat tidak terduga.
Menurut Ibu Tran Minh Ai, Direktur Senior Departemen Manajemen Real Estat Savills HCMC, Undang-Undang Perumahan dengan jelas menyatakan bahwa menyewakan rumah atau kamar mereka kepada wisatawan untuk jangka pendek sebagai fasilitas akomodasi wisata merupakan pelanggaran. Namun, banyak pemilik apartemen masih mencari cara untuk menghindari peraturan agar dapat mengoperasikan layanan ini.
Solusi operasional dari dewan pengelola gedung hanyalah puncak gunung es. Penyedia layanan akomodasi jangka pendek seringkali menemukan cara untuk mengakali dan menghindari hukum.
Untuk menyelesaikan masalah ini secara tuntas, Ibu Ai mengatakan, pihak berwenang seharusnya mengambil langkah komprehensif, seperti memberikan arahan khusus kepada pengelola gedung apartemen terkait kegiatan usaha akomodasi jangka pendek.
Jika aktivitas ini dilarang, badan pengelola negara perlu memberikan sanksi yang dapat mencegah pelanggaran hukum. Jika diizinkan, perlu dibangun sistem manajemen yang transparan, yang mewajibkan penyelenggara (penyedia layanan) untuk mendaftarkan kode operasi mereka dengan informasi yang dipublikasikan.
Pada saat yang sama, perlu bekerja sama dengan platform penyewaan jangka pendek seperti Airbnb untuk mengendalikan daftar persewaan di gedung apartemen.
Selain itu, dukungan dan kolaborasi dari pemerintah daerah, dewan pengelola gedung, beserta pemahaman dan kerja sama dari warga dan pemilik apartemen akan memainkan peran penting dalam keberhasilan penerapan langkah-langkah pengelolaan ini.
[iklan_2]
Source: https://nld.com.vn/kinh-te/dich-vu-airbnb-gay-nao-loan-chung-cu-giai-phap-nao-cho-tinh-trang-lon-xon-nay-20231121163203999.htm
Komentar (0)