Konferensi Internasional ke-3 tentang Masa Depan Penerbangan (AFCS 2025) yang diselenggarakan oleh Akademi Penerbangan Vietnam berlangsung di Kota Ho Chi Minh pada 10-11 Desember dengan tema "Masa Depan Penerbangan: Tantangan dan Solusi". Konferensi ini merupakan forum teknologi yang mengangkat isu-isu mendesak seputar "perangkat lunak" industri penerbangan, dengan fokus pada pendidikan dan pengembangan manusia.
Paradoks "perangkat keras" dan "perangkat lunak" di era digital.
Pada konferensi tersebut, Bapak Ho Minh Tan, Wakil Direktur Otoritas Penerbangan Sipil Vietnam, menyampaikan pidato dengan topik "Melampaui Cakrawala". Menurut Bapak Tan, industri penerbangan menghadapi sebuah paradoks: Pesawat terbang dapat dibeli dengan segera, teknologi dapat dipasang dengan cepat, tetapi kapasitas manusia merupakan "modal berharga" inti masa depan yang tidak dapat diperoleh dalam semalam.
Menganalisis lanskap pendidikan, Bapak Tan menunjukkan bahwa tantangan terbesar bukanlah kurangnya fasilitas, melainkan kekurangan talenta global. Generasi pekerja berpengalaman secara bertahap pensiun, sementara proses pelatihan untuk pilot, teknisi, atau pengontrol lalu lintas udara baru membutuhkan pelatihan intensif selama bertahun-tahun.

Patut dicatat, kebutuhan sumber daya manusia telah berubah total. Staf penerbangan saat ini bukan sekadar operator mesin, tetapi harus menjadi "manajer sistem". Seiring transformasi digital dan AI mengambil alih, pendidikan penerbangan terpaksa beralih dari transmisi pengetahuan statis ke pola pikir pembelajaran seumur hidup.
"Mahasiswa dan personel di industri ini tidak hanya membutuhkan keterampilan teknis, tetapi juga kemahiran dalam keterampilan digital, kemampuan mengambil keputusan dalam lingkungan yang penuh tekanan, dan terutama kesehatan mental, sebuah aspek pendidikan yang sering diabaikan di masa lalu," ujar Bapak Tan.
Universitas merupakan landasan peluncuran inovasi dan integrasi.
Senada dengan itu, Dr. Nguyen Thi Hai Hang – Direktur Akademi Penerbangan Vietnam dan Ketua Kehormatan AFCS 2025, menegaskan peran krusial lembaga pelatihan dalam membentuk masa depan industri penerbangan.
Menurut Ibu Hang, konferensi ini menunjukkan komitmen sekolah untuk menghubungkan Vietnam dengan jaringan akademis dan industri penerbangan global. Konferensi ini bukan hanya tempat untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga jembatan untuk mendorong kerja sama dalam penelitian, pelatihan, dan transfer teknologi.

Dari perspektif unit pelatihan tuan rumah, Ibu Hang mengatakan bahwa pendidikan universitas modern tidak dapat dipisahkan dari praktik internasional. Kehadiran mitra penyelenggara seperti Worms University of Applied Sciences (Jerman), Singapore Institute of Technology (SIT), dan Piri Reis University (Turki) di AFCS 2025 merupakan bukti nyata strategi internasionalisasi pendidikan yang sedang dijalankan oleh Akademi Penerbangan Vietnam.
Dr. Hang percaya bahwa pendidikan penerbangan saat ini harus mengatasi tantangan ganda: memastikan landasan teknis yang standar sekaligus membekali siswa dengan pemikiran inovatif untuk beradaptasi dengan tren seperti bahan bakar berkelanjutan dan kecerdasan buatan.
“AFCS 2025 menghadirkan lebih dari 120 makalah ilmiah, yang banyak di antaranya berfokus pada penerapan AI dalam pelatihan dan pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa universitas secara proaktif memimpin tren ini, alih-alih hanya mengikuti tuntutan pasar,” ujar Dr. Hang.
Dari ruang kuliah ke kokpit realitas virtual.
Sorotan pendidikan di AFCS 2025 ditunjukkan dengan jelas melalui diskusi mendalam. Presentasi tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga mendalami metode pedagogis modern. Contoh tipikal adalah sesi diskusi tentang "AI, Pembelajaran, dan Inovasi Berkelanjutan" dengan penelitian tentang penggunaan Realitas Virtual (VR) dalam pelatihan perawatan pesawat, yang membantu meningkatkan emosi dan efektivitas pembelajaran siswa.

Selain itu, isu manajemen sumber daya manusia juga dianalisis secara mendalam. Laporan pada konferensi tersebut menganalisis kesadaran karier Generasi Z (Gen Z), peran budaya keselamatan, dan dampak tekanan teknologi terhadap staf penerbangan. Hal ini menuntut institusi pendidikan untuk berinovasi dalam program mereka: tidak hanya mengajarkan cara menerbangkan atau memperbaiki pesawat, tetapi juga mengajarkan cara mengelola emosi, bekerja dalam kelompok, dan beradaptasi dengan budaya di lingkungan multinasional.
"Untuk mewujudkan impian industri penerbangan yang hijau dan cerdas, Vietnam membutuhkan revolusi dalam pendidikan dan pelatihan. Berinvestasi dalam sumber daya manusia saat ini adalah jaminan kesuksesan industri penerbangan di masa depan," tegas Dr. Hang.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/go-kho-nhan-luc-hang-khong-toan-cau-giai-phap-tu-giao-duc-dai-hoc-post759989.html










Komentar (0)