Mahasiswa melihat AI sebagai "asisten pembelajaran"
Tran Hoang Long, mahasiswa jurusan Teknologi Informasi, mengatakan: "Setiap kali saya diberi tugas pemrograman, saya biasanya menyalin topik tersebut ke ChatGPT untuk melihat pendekatannya atau meminta AI untuk menyarankan contoh kerangka kerja kode. Kemudian saya mengandalkannya untuk mengembangkan tugas saya, sehingga menghemat banyak waktu." Long mengakui bahwa berkat perangkat AI, ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan lebih mudah, alih-alih harus duduk dan memikirkannya selama berjam-jam.
Dari ilmu sosial hingga ilmu alam, perangkat AI menjadi asisten yang ampuh bagi banyak siswa dalam proses pembelajaran. Namun, tidak semua orang memanfaatkannya dengan baik. Alih-alih menggunakan AI sebagai alat untuk mendukung pembelajaran dan mengembangkan pemikiran, banyak siswa menyalahgunakannya untuk menyalin kata demi kata konten yang dibuat oleh AI.
Bagi mahasiswa pemasaran seperti Nguyen Mai Thao, penggunaan AI sudah menjadi hal yang lumrah. "Dari menulis naskah, membuat rencana media, hingga analisis SWOT (kekuatan - kelemahan - peluang - tantangan), saya menggunakan ChatGPT untuk melakukan semuanya. Hanya dalam 15 menit, saya menyelesaikan kerangka kelompok untuk seminggu penuh," ujar Thao. Ia juga mengatakan bahwa banyak teman sekelasnya memanfaatkan AI untuk membuat slide presentasi atau formulir.

Bahkan di bidang khusus seperti Kedokteran, AI juga banyak digunakan. Banyak mahasiswa mengatakan mereka sering menggunakan ChatGPT untuk mencari tahu interaksi obat, mekanisme kerja, atau melakukan penelitian medis.
Faktanya, terlepas dari industrinya, dari teknologi, media, ekonomi hingga bidang kreatif, penggunaan perangkat AI di lingkungan universitas telah menjadi populer.
Namun, apakah aplikasi ini benar-benar membantu siswa belajar lebih efektif atau hanya cara formal untuk menyelesaikan tugas masih menjadi masalah kontroversial.
AI - Pedang bermata dua
MSc. Truong Quoc Tuan - seorang dosen di sebuah universitas di Da Nang - mengomentari bahwa ledakan AI di lingkungan pendidikan tinggi menimbulkan tantangan besar: Bagaimana memanfaatkan teknologi ini secara efektif tanpa menyebabkan siswa kehilangan keterampilan berpikir mandiri dan semangat belajar yang serius.
Menurut Tuan Tuan, sisi positifnya, AI sangat mendukung siswa dalam mengakses pengetahuan dengan cepat, menghemat waktu dan mempersonalisasi proses pembelajaran.
Dulu, untuk memahami suatu topik, siswa bisa menghabiskan waktu berjam-jam mencari dokumen, membaca buku, dan mensintesis informasi. Namun kini, hanya dengan beberapa baris kode, mereka bisa mendapatkan ringkasan atau saran yang terperinci dan terstruktur dengan jelas.
"Dengan subjek-subjek yang sarat teori atau bahasa seperti sastra, filsafat, dan linguistik, AI sangat efektif dalam menyarankan perspektif multidimensi dan mensistematisasikan pengetahuan," ungkapnya.

Namun, AI juga menimbulkan banyak tantangan bagi dosen dan mahasiswa. Ketergantungan yang berlebihan pada alat seperti ChatGPT dapat menyebabkan mahasiswa kehilangan kemampuan berpikir mandiri, berpikir kritis, kurang memiliki keterampilan verifikasi informasi, mudah tertipu, dan menggunakan sumber tidak resmi. Banyak mahasiswa terbiasa mengetik beberapa baris kode untuk mendapatkan tugas, sehingga mereka lambat laun kehilangan kesabaran untuk membaca dokumen asli atau menganalisis masalah secara mendalam.
"Ada mahasiswa yang menggunakan konten yang dikembalikan oleh AI kata demi kata tanpa membaca ulang atau mengevaluasi kesesuaiannya dengan konteks tugas. Hal ini menyulitkan dosen untuk menilai kemampuan mahasiswa yang sebenarnya, sehingga berdampak serius pada kualitas pembelajaran," tambah Bapak Tuan.
Saran bagi siswa untuk menggunakan AI dengan tepat
Dari sudut pandang dosen, MSc. Duong Phi Long, dosen Teknologi Informasi di sebuah universitas di Hanoi, mengatakan: "AI tidak dapat sepenuhnya menggantikan pemikiran dan kreativitas manusia, tetapi akan menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan benar."
AI dapat membantu meringkas dokumen, memeriksa kesalahan ejaan, menyarankan struktur penulisan, atau memunculkan ide awal, tetapi pelajar tetap harus berpikir aktif untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menghubungkannya dengan realitas. Itulah keterampilan yang dibutuhkan di lingkungan universitas dan dunia kerja di masa depan.
Bapak Long menambahkan: "Siswa harus belajar cara membuat perintah yang efektif, tahu cara mengkritik konten yang dihasilkan AI, dan pada saat yang sama, menggabungkan verifikasi informasi dari berbagai sumber untuk menghindari ketergantungan yang absolut.
Selain itu, penggunaan AI harus transparan, terutama di lingkungan akademis, dan menghindari penyalinan konten kata demi kata tanpa penyesuaian yang tepat.
Penting bagi siswa untuk mengetahui cara menguasai teknologi, memiliki sikap yang tepat terhadap pembelajaran, dan memahami dengan jelas batasan antara 'dukungan pembelajaran' dan 'bantuan pekerjaan rumah'. Jika dimanfaatkan dengan baik, AI akan menjadi pendamping yang bermanfaat dalam proses pembelajaran.
Namun jika disalahgunakan, siswa akan kehilangan keterampilan belajar mandiri dan berpikir kritis, yang merupakan hal yang dicari oleh setiap pemberi kerja," tegas Tn. Long.
Van Anh
Sumber: https://dantri.com.vn/giao-duc/lam-dung-cong-cu-ai-nhieu-sinh-vien-luoi-tu-duy-bai-tap-20250501165355641.htm
Komentar (0)