(CLO) Berdasarkan riset dari berbagai organisasi jurnalisme terkemuka di seluruh dunia , personalisasi konten dan 'penulisan yang terfokus' terbukti menjadi kunci kesuksesan. Ruang redaksi yang memahaminya akan memimpin.
'Menulis Terfokus': Efektivitas yang Terbukti
Dalam konteks ledakan informasi, memahami dan memenuhi kebutuhan pembaca telah menjadi faktor vital bagi ruang redaksi. Sebuah studi terbaru oleh smartocto telah menunjukkan efektivitas fokus pada 'kebutuhan pengguna'.
Studi yang menganalisis lebih dari 16.000 artikel dari Ringier Media International ini mendefinisikan 'artikel terfokus' sebagai artikel yang 60% atau lebih membahas salah satu dari empat pendorong utama kebutuhan pengguna: peristiwa, konteks, emosi, atau tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa artikel terfokus berkinerja jauh lebih baik, sebagaimana dibuktikan oleh kedalaman halaman dan loyalitas pembaca.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa dari sudut pandang mana pun, metrik apa pun, dan kebutuhan pengguna apa pun, akan lebih baik jika artikel yang dipublikasikan terfokus," ujar Rutger Verhoeven, CMO di smartocto.
Jurnalisme bertransformasi dengan 'penulisan terfokus' dan strategi personalisasi konten.
Poin kuncinya adalah bahwa kerangka kerja yang dibutuhkan audiens dalam jurnalisme bukan hanya tentang melaporkan berita, tetapi melaporkannya dari perspektif yang relevan dengan kebutuhan tersebut. Pendekatan ini memiliki manfaat yang jelas, sebagaimana dikatakan Dmitry Shishkin, CEO Ringier Media International: "Berpusat pada audiens bukan sekadar slogan kosong, melainkan kekuatan pendorong di balik perkembangan jurnalisme modern. Liputan yang terarah, relevansi, diferensiasi, dan dampak yang jelas terhadap kehidupan masyarakat adalah pilar-pilar organisasi media yang berkembang."
Menurut penelitian, kedalaman halaman, atau jumlah halaman tambahan yang dibuka setelah halaman pertama, meningkat secara signifikan untuk artikel yang berfokus pada kebutuhan pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa ketika konten terstruktur dengan baik dan terhubung erat, pembaca cenderung lebih tertarik untuk menelusuri informasi terkait lebih lanjut.
Berfokus pada kebutuhan pengguna membantu menciptakan 'undangan' yang jelas bagi pembaca untuk 'merangkai' cerita. Misalnya, artikel tentang kebakaran hutan di California dapat mengarahkan pembaca ke halaman yang menjelaskan sains di balik fenomena tersebut, informasi tentang peneliti terkemuka, atau petunjuk tentang cara mencari bantuan. Ketika 'rambu-rambu' jelas, pembaca akan lebih mudah menavigasi dan menjelajahi konten dengan cara yang lebih menarik," ujar Bapak Vu The Cuong, dosen di Akademi Jurnalisme dan Komunikasi.
Studi ini juga menemukan bahwa artikel yang terfokus memiliki tingkat resirkulasi yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa pembaca yang puas cenderung kembali untuk membaca lebih banyak konten. "Resirkulasi merupakan indikator kunci keterlibatan pembaca," tegas Vu The Cuong. "Hal ini menunjukkan bahwa menciptakan konten yang luar biasa dan memenuhi kebutuhan pengguna adalah cara terbaik untuk membangun audiens yang loyal."
Menurut Master Vu The Cuong, menangkap dan mempersonalisasi pengalaman pengguna menjadi tren yang tak terelakkan. Surat kabar perlu memanfaatkan alat analisis data untuk memahami perilaku dan preferensi pembaca, sehingga dapat menyediakan konten yang sesuai. "Alat survei daring, yang dikombinasikan dengan analisis data dari platform seperti Google Analytics, membantu kami melacak jumlah kunjungan, kedalaman halaman, waktu membaca, dan perilaku menggulir pembaca," ujar Master Cuong. "Surat kabar besar di dunia seperti New York Times atau Washington Post telah sangat sukses dalam hal ini."
Model ekonomi jurnalisme juga berubah drastis. Langganan dan buletin email diadopsi oleh banyak ruang redaksi untuk membangun pembaca setia. "Penggunaan AI untuk menganalisis data mendalam membantu kami mempersonalisasi konten dan mengirimkan informasi yang benar-benar menarik bagi pembaca," ujar Bapak Cuong.
Keseimbangan antara efisiensi dan etika
Dalam ekonomi jurnalisme yang semakin kompetitif, personalisasi konten bukan hanya strategi editorial yang efektif, tetapi juga praktik bisnis yang cerdas. Master Vu The Cuong menekankan bahwa: "Hanya ketika pembaca memercayai kualitas dan transparansi informasi, mereka akan bersedia membayar untuk membaca surat kabar . Hal ini menunjukkan bahwa membangun kepercayaan dan keandalan dari pembaca merupakan faktor kunci dalam menciptakan model ekonomi jurnalisme yang berkelanjutan."
MSc. Vu The Cuong, dosen di Akademi Jurnalisme dan Komunikasi.
Personalisasi konten meningkatkan keterlibatan dan interaksi pembaca, menciptakan komunitas pembaca yang loyal. Dengan memahami audiens mereka, penerbit dapat menawarkan layanan dan produk yang disesuaikan, seperti langganan konten mendalam, iklan bertarget, atau acara dan kursus daring. Hal ini membantu mendiversifikasi aliran pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada iklan tradisional.
Namun, personalisasi konten juga menimbulkan tantangan "gelembung filter". "Algoritma dapat secara tidak sengaja menciptakan 'gelembung' informasi, yang menyebabkan pembaca hanya mengakses konten yang sesuai dengan minat mereka, sehingga membatasi keragaman persepsi," Bapak Cuong memperingatkan. "Untuk mengatasi hal ini, ruang redaksi perlu menggunakan alat rekomendasi informasi yang lebih beragam untuk memperluas jangkauan pembaca."
Selain itu, Bapak Vu The Cuong menekankan bahwa pemanfaatan teknologi dan AI harus sejalan dengan etika profesional. Redaksi perlu mematuhi prinsip-prinsip transparansi dalam pengumpulan dan penggunaan data, berkomitmen untuk melindungi informasi pribadi pembaca, dan menggunakan alat pengukuran untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna secara bertanggung jawab.
Sederhananya, kebutuhan pengguna itu penting. Memprioritaskan kebutuhan pembaca bukan sekadar jurnalisme yang baik; ini juga bisnis yang cerdas. Ini kunci untuk membuka interaksi, mendorong pengulangan, dan membangun audiens yang loyal,” ujar Dmitry Shishkin, CEO Ringier Media International.
Hoang Anh
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/lay-khan-gia-lam-trung-tam-la-dong-luc-cho-su-phat-trien-cua-bao-chi-hien-dai-post337011.html
Komentar (0)