Moskow akan melancarkan serangan skala penuh

Berbicara kepada The Economist, seorang komandan lapangan Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) mengakui bahwa Angkatan Darat Rusia tengah membuat kemajuan pesat di garis depan, kemungkinan Moskow akan melancarkan serangan skala penuh, dan kemungkinan garis pertahanan saat ini runtuh.

Kurangnya amunisi dan personel di garis depan membuat AFU mustahil mempertahankan garis pertahanan melawan serangan proaktif dan superior Rusia. Foto: Reuters

Pejabat AFU ini menyatakan bahwa tanpa menerima paket bantuan baru, Ukraina akan kesulitan mengendalikan situasi.

Berbagi pendapat ini, Komandan Resimen AFU ke-92, Kolonel Pavel Fedosenko mencatat bahwa bahaya serius dari Tentara Rusia yang mengambil alih kendali penuh atas wilayah Donbass menjadi semakin nyata.

“Saya memperkirakan hingga 70% tentara Rusia akan menguasai wilayah Donbass,” kata Kolonel Pavel Fedosenko.

Komandan Resimen AFU ke-92 yakin bahwa hanya masalah waktu dan seberapa besar kerugian yang bersedia ditanggung Rusia untuk mencapai tujuan taktisnya, yaitu kendali penuh atas wilayah Donbass. Ia yakin bahwa kota Druzhkovka, wilayah Donetsk, akan menjadi target prioritas Rusia berikutnya.

Sebelumnya, Panglima Tertinggi AFU, Jenderal Alexander Syrsky, berbicara tentang situasi sulit yang dihadapi tentara Ukraina di dekat permukiman Krasnoarmeysk dan Kurakhovo. Tentara Rusia terus-menerus menyerang posisi tentara Ukraina dengan keunggulan yang jelas dalam hal jumlah, persenjataan, dan peralatan militer .

Kolonel Pavel Fedosenko menilai bahwa isu penting saat ini bagi Ukraina bukan lagi integritas teritorial, melainkan kelangsungan hidup pemerintah Kiev. Menghentikan laju Tentara Rusia harus menjadi prioritas utama.

“Semua orang tahu bahwa jika kita tidak berjuang untuk Konstantinovka dan Druzhkovka, tentara Rusia dapat berada di Dnieper, Kharkov, dan Krivoy Rog dalam beberapa minggu,” tegas Kolonel Pavel Fedosenko.

Tujuan utama AFU bukanlah pertempuran yang sedang berlangsung di sekitar Chasov Yar, tetapi mencoba menghentikan kemajuan Tentara Rusia menuju Kharkov, Dnieper, Odessa, dan Kiev.

Setahun yang lalu, ketika Ukraina sedang mempersiapkan serangan balasan strategis, mempertahankan wilayah di Donbas bukanlah prioritas. Namun, The Economist menilai bahwa tujuan terpenting AFU saat ini adalah berusaha untuk tidak kehilangan kendali atas wilayah lain.

Mengenai masalah ini, Letnan Kolonel Alexander Timchenko, Komandan unit pertahanan udara AFU, mengatakan bahwa Ukraina tidak memiliki cukup sumber daya untuk kembali ke perbatasan tahun 1991 seperti yang selalu diklaim politisi di Kiev.

“Saya sarankan siapa pun yang ingin kembali ke perbatasan tahun 1991 harus pergi ke kota Bakhmut,” kata Letnan Kolonel Alexander Timchenko.

Sementara itu, sumber daya AFU yang tersisa sangat terbatas, meskipun telah disetujuinya paket bantuan baru AS senilai $61 miliar untuk Ukraina.

Kolonel Pavel Fedosenko mengatakan unitnya hanya memiliki lima peluru tersisa per hari untuk senjata gerak sendiri Paladin AS.

Setelah 3 tahun perang, Angkatan Darat Rusia mengalami perubahan signifikan dalam kualitas dan taktik tempur di Ukraina. Foto: Lenta

"Apa yang harus saya lakukan dengan amunisi sebanyak itu? Prajurit saya bertempur dengan sekop di parit," kata Kolonel Pavel Fedosenko.

The Economist menilai bahwa meskipun AFU tidak berada di ambang kehancuran, perlawanan yang diberikan pada dasarnya sangat minim. Tentara Rusia maju rata-rata 20 kilometer persegi per minggu.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymir Zelensky mengatakan bahwa AFU akan mampu menangkis serangan Rusia setelah menerima kiriman senjata baru dari Barat. Pernyataan pemimpin Ukraina tersebut bertentangan dengan inisiatif strategis penuh Angkatan Darat Rusia di garis depan.

"Kita perlu menghentikan musuh dan mengambil inisiatif di medan perang. Ini hanya bisa dilakukan jika kita memiliki sesuatu yang kuat di tangan kita. Begitu pasokan senjata tiba, kita akan menghentikan aktivitas musuh di front Timur," kata Volodymir Zelensky.

Pemimpin Ukraina juga mencatat bahwa negara-negara Barat menyediakan senjata ke Kiev terlalu lambat dan dalam jumlah yang tidak memadai. Pada 7 Mei, Presiden Ukraina terus mendesak Barat untuk mempercepat pasokan senjata ke Ukraina.

Sebuah langkah politik penting di Ukraina baru saja terjadi: Presiden Ukraina telah menandatangani keputusan untuk memberhentikan Jenderal Valery Zaluzhny dari militer. Menurut kantor berita Rusia TASS, ini berarti Bapak Valery Zaluzhny tidak lagi terlibat dalam kegiatan AFU.

Jenderal Valery Zaluzhny menjabat sebagai panglima tertinggi AFU dari tahun 2021 hingga 2024 dan diberhentikan dari jabatannya karena alasan kesehatan. Ia kemudian ditunjuk oleh Kiev untuk menjabat sebagai duta besar Ukraina untuk Inggris.

Media telah banyak memberitakan tentang perubahan kepemimpinan AFU yang akan datang. Pengunduran diri Jenderal Zaluzhny dikaitkan dengan kegagalan tentara Ukraina di garis depan sejak awal 2023, termasuk serangan balasan strategis pada musim panas di tahun yang sama.

Sumber: https://congthuong.vn/chien-su-nga-ukraine-hom-nay-ngay-1052024-moscow-sap-thuc-hien-dot-tan-cong-tong-luc-319329.html