Rusia memperingatkan pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump yang baru agar tidak melanjutkan uji coba nuklir, dan menekankan bahwa Moskow siap bertindak untuk melindungi keamanan.
Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov, yang bertanggung jawab atas pengendalian senjata Moskow, pada tanggal 27 Desember mengingat bahwa Presiden terpilih AS Trump menolak untuk meratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) selama masa jabatan pertamanya.
Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov
"Situasi internasional sangat sulit, kebijakan AS dalam banyak aspek sangat bermusuhan dengan kami," kata Ryabkov seperti dikutip Kommersant .
"Oleh karena itu, pilihan-pilihan yang dapat diambil Rusia untuk bertindak demi kepentingan keamanan, dan langkah-langkah serta tindakan potensial yang harus dilakukan Rusia untuk mencapainya – dan mengirimkan sinyal-sinyal yang sesuai secara politis – tidak mengesampingkan apa pun," tegas Ryabkov.
Pihak Tn. Trump belum mengomentari pernyataan Tn. Ryabkov mengenai kemungkinan Rusia melanjutkan uji coba nuklir.
Putin menantang Barat untuk 'duel teknologi' dengan rudal Oreshnik
Selama masa jabatannya 2017-2021, pemerintahan Trump membahas kemungkinan melakukan uji coba nuklir AS pertama sejak 1992, menurut The Washington Post. Pada 2023, Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi membatalkan ratifikasi CTBT Rusia untuk memastikan keseimbangan antara Rusia dan AS di bidang nuklir karena Washington belum meratifikasi perjanjian tersebut.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, Rusia saat ini memiliki 5.580 hulu ledak dan AS dengan 5.044 hulu ledak, dua kekuatan nuklir terbesar di dunia, yang memegang sekitar 88% senjata nuklir dunia.
Pada bulan November, Presiden Putin menurunkan ambang batas serangan nuklir setelah Ukraina menggunakan rudal ATACMS buatan AS untuk menyerang Rusia.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/nga-canh-bao-my-ve-kha-nang-thu-hat-nhan-duoi-thoi-ong-trump-185241228071524425.htm






Komentar (0)