(Surat Kabar Dan Tri) - Rusia percaya bahwa sekadar meminta Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO saat ini tidaklah cukup.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova (Foto: TASS).
Pada konferensi pers tanggal 18 Februari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menegaskan kembali posisi Moskow bahwa mereka tidak menerima Ukraina menjadi anggota NATO, aliansi militer yang dipimpin AS.
"Keanggotaan Ukraina di NATO tidak dapat kami terima. Ini merupakan ancaman serius bagi keamanan kami dan akan memiliki konsekuensi bencana bagi seluruh Eropa," kata Maria Zakharova dalam konferensi pers.
Namun, Zakharova menekankan bahwa "sekadar menolak untuk menerima Ukraina ke dalam NATO saat ini saja tidak cukup."
"Perlu dicatat bahwa menolak Kyiv masuk NATO saja tidak cukup. NATO harus mengingkari janji-janjinya tahun 2008. Jika tidak, masalah ini akan terus meracuni suasana di benua Eropa," kata Zakharova.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Moskow mungkin menginginkan jaminan jangka panjang bahwa Ukraina tidak akan diizinkan untuk bergabung dengan aliansi militer ini di masa mendatang.
Zakharova berpendapat bahwa Ukraina perlu kembali pada deklarasi kedaulatannya tahun 1990, membuka jalan baru menjauh dari Uni Soviet, di mana Kyiv menyatakan akan menjadi negara netral secara permanen, tidak berpartisipasi dalam blok militer dan tidak memiliki senjata nuklir.
"Yang perlu dilakukan Ukraina adalah kembali ke asal-usul rezim negaranya dan mematuhi isi serta semangat dokumen-dokumen tersebut. Ini akan menjadi jaminan terbaik bagi keamanan negara," tegas diplomat Rusia itu.
Dia memperingatkan bahwa keanggotaan NATO atau intervensi Barat "dengan kedok pasukan penjaga perdamaian" tidak dapat memberikan jaminan keamanan seperti itu kepada Ukraina.
Pada KTT Bukares di bulan April 2008, NATO mengumumkan bahwa Ukraina dan Georgia akan bergabung dengan aliansi militer yang dipimpin AS, tetapi tidak memberikan jangka waktu atau rencana spesifik untuk mewujudkannya.
Pernyataan ini merupakan kompromi yang bertujuan untuk memperbaiki keretakan antara Amerika Serikat dan Prancis serta Jerman.
Pada KTT NATO tahun lalu di Washington, NATO menegaskan kembali bahwa Ukraina berada di "jalur yang tak dapat diubah" menuju keanggotaan dalam aliansi tersebut, tetapi tetap tidak memberikan tenggat waktu.
Rusia memandang perluasan NATO ke arah timur, yang semakin mendekati perbatasannya, sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. Moskow telah menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah menerima keanggotaan Ukraina di NATO.
Namun, Rusia tidak menentang Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE), asalkan hubungan ini semata-mata terkait dengan masalah ekonomi. Mengejar kepentingan ekonomi melalui integrasi regional adalah "hak kedaulatan" setiap negara, demikian ditegaskan oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Sementara itu, Ukraina belum menyerah pada ambisinya untuk bergabung dengan aliansi militer tersebut. Awal pekan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa keanggotaan NATO untuk Ukraina harus menjadi salah satu topik dalam setiap negosiasi dengan Rusia yang bertujuan untuk mengakhiri konflik.
Sumber: https://dantri.com.vn/the-gioi/nga-ra-dieu-kien-moi-cho-ukraine-de-cham-dut-xung-dot-20250218211532343.htm






Komentar (0)