Tuan Zelenskyy menyatakan kesiapannya untuk menyelenggarakan pemilu jika AS dan sekutunya menjamin keamanan.

Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa (9 Desember), Presiden Zelenskyy menyatakan: "Saya siap untuk pemilu, dan terlebih lagi, saya meminta... agar Amerika Serikat membantu saya, mungkin bersama dengan rekan-rekan Eropa, untuk memastikan keamanan pemilu." Ia juga mengusulkan kerangka waktu yang spesifik: "Dan kemudian dalam 60-90 hari ke depan, Ukraina akan siap untuk menyelenggarakan pemilu."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela KTT NATO di Den Haag, Belanda, pada 25 Juni. Foto: X/ZelenskyyUa

Pernyataan itu muncul tak lama setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump dalam wawancaranya dengan Politico, di mana ia menyatakan bahwa Ukraina menggunakan perang sebagai alasan untuk menunda pemilu.

"Tahukah Anda, mereka bicara tentang demokrasi, tetapi pada titik tertentu itu bukan lagi demokrasi," ujar Trump. Presiden Zelenskyy dengan tegas menolak gagasan ini, menyebutnya "sama sekali tidak dapat diterima."

Namun, Ukraina telah lama menunjukkan serangkaian kendala serius yang membuat pemilu di masa perang hampir mustahil. Hukum Ukraina saat ini melarang penyelenggaraan pemilu di masa perang.

Tantangan logistiknya juga sangat besar, mulai dari mengamankan hak pilih bagi hampir satu juta tentara di garis depan, hingga mengorganisir jutaan pengungsi internal dan mereka yang berada di luar negeri. Selain itu, pertanyaan tentang bagaimana warga di wilayah pendudukan dan daerah dekat garis depan akan memilih masih belum terjawab.

Meskipun demikian, Presiden Zelenskyy mengatakan ia akan meminta parlemen Ukraina untuk mempertimbangkan usulan legislatif yang akan mengizinkan pemilihan umum bahkan di bawah darurat militer.

Sumber: https://congluan.vn/ong-zelenskyy-tuyen-bo-san-sang-to-chuc-bau-cu-neu-my-va-dong-minh-dam-bao-an-ninh-10321977.html