Seorang pasien wanita berusia 78 tahun diselamatkan oleh tim kardiologi intervensi di Rumah Sakit Friendship setelah prosedur trombektomi yang berhasil membuka kembali sepenuhnya arteri serebral tengah yang tersumbat.
Tepatnya, sekitar pukul 1 siang pada hari dirawat, wanita lanjut usia itu sedang menggunakan kamar mandi ketika tiba-tiba terjatuh. Keluarganya memperhatikan bahwa ia lemah dan lumpuh di sisi kiri tubuhnya, dan lebih lambat dari biasanya, sehingga mereka segera membawanya ke rumah sakit.
Hanya setengah jam sebelumnya, pasien sadar dan makan seperti biasa. Saat masuk ke Unit Gawat Darurat pukul 4 sore, sekitar 3 jam setelah timbulnya gejala, pasien dinilai sadar tetapi lambat, dengan hemiplegia sisi kiri, dan skor NIHSS 15.
Menurut Dr. Nguyen Dang Khiem, Kepala Departemen Gawat Darurat, ini adalah manifestasi dari stroke berat. Pemindaian CT otak dan arteri serebral tidak menunjukkan adanya infark baru tetapi mengungkapkan stenosis kronis dan oklusi arteri serebral tengah kanan.
Menyadari ini sebagai momen kritis untuk intervensi, para dokter dengan cepat membawa pasien ke ruang kardiologi intervensi untuk pencitraan dan evaluasi terperinci.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa trombus telah sepenuhnya menyumbat segmen M1 arteri serebral tengah kanan.
Tim tersebut memutuskan untuk melakukan prosedur trombektomi mekanis. Seluruh proses berjalan lancar, pembuluh darah terbuka kembali sepenuhnya, dan aliran darah setelah penyumbatan dipulihkan, menciptakan kondisi optimal bagi jaringan otak yang tersisa untuk pulih.
Para dokter mengatakan bahwa penyebab utama stroke dalam kasus ini berasal dari riwayat fibrilasi atrium yang diderita pasien.

Hasil pemindaian otak pasien (Foto: Disediakan oleh rumah sakit).
Pada orang dewasa yang lebih tua, fibrilasi atrium menyebabkan detak jantung tidak teratur, yang mengakibatkan penumpukan darah di bilik jantung dan menciptakan kondisi untuk pembentukan bekuan darah. Ketika bekuan darah bergerak melalui aliran darah ke otak, bekuan tersebut dapat tiba-tiba menyumbat cabang-cabang arteri penting, menyebabkan stroke iskemik akut.
Pasien sering menunjukkan gejala seperti asimetri wajah, kesulitan berbicara, hemiplegia (kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh), atau perubahan kesadaran. Semua ini adalah tanda-tanda yang memerlukan penanganan segera.
Menurut Dr. Khiem, jangka waktu sekitar 4,5 hingga 6 jam setelah timbulnya gejala dianggap sebagai "jam emas" dalam pengobatan stroke.
Pada tahap ini, pasien dapat diberikan obat trombolitik untuk melarutkan bekuan darah atau menjalani trombektomi mekanis, seperti pada kasus wanita lanjut usia tersebut.
Setiap menit yang berlalu, jutaan sel otak dapat rusak, sehingga kecepatan pasien diangkut ke fasilitas medis secara langsung menentukan peluang pemulihan dan tingkat kecacatan yang akan dialami.
Berkat deteksi dini dan pengobatan tepat waktu, wanita berusia 78 tahun itu telah melewati tahap kritis. Tindak lanjut pasca intervensi menunjukkan aliran darah ke otak yang stabil, dan pemulihan motorik dan bahasa pasien dinilai positif.
Berdasarkan kasus ini, para dokter mengeluarkan peringatan penting kepada masyarakat.
Orang dengan kondisi kardiovaskular kronis seperti fibrilasi atrium, hipertensi, diabetes, atau dislipidemia memiliki risiko stroke yang sangat tinggi.
Pasien perlu menjalani pemeriksaan kardiovaskular secara teratur dan harus mematuhi pengobatan, terutama mengonsumsi obat antikoagulan sesuai petunjuk. Menghentikan pengobatan atau menyesuaikan dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter dapat meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah.
Sumber: https://dantri.com.vn/suc-khoe/cuc-mau-dong-khien-cu-ba-suyt-mat-hang-trieu-te-bao-nao-moi-phut-20251211102714749.htm






Komentar (0)