Pada pagi hari tanggal 3 November, Majelis Nasional membahas di aula sejumlah isi dengan berbagai pendapat tentang rancangan Undang-Undang Pertanahan yang telah direvisi.
Terkait dengan pengaturan mengenai orang pribadi yang tidak terlibat langsung dalam produksi pertanian yang menerima pengalihan tanah persawahan (Pasal 7 Pasal 45), dalam penyampaian laporan penerimaan, penjelasan dan revisi rancangan Undang-Undang tersebut, Ketua Komite Ekonomi Majelis Nasional Vu Hong Thanh menyampaikan bahwa banyak pendapat yang mengusulkan agar untuk tanah persawahan, orang pribadi harus mendirikan suatu organisasi dengan rencana pemanfaatan tanah yang terkumpul untuk dilaporkan kepada Komite Rakyat Provinsi guna mendapatkan persetujuan, dan agar tanah tidak diambil alih untuk menunggu alih fungsi lahan guna memastikan bahwa daerah dapat mempertahankan tanah persawahan untuk tujuan pembangunan sosial ekonomi.
Terkait dengan hal tersebut, RUU ini merancang 3 (tiga) opsi terkait ketentuan bagi orang pribadi yang tidak secara langsung melakukan usaha tani ketika menerima pengalihan lahan persawahan, yaitu:
Opsi 1: Harus membentuk organisasi ekonomi dan memiliki rencana pemanfaatan lahan sawah dalam segala situasi. Opsi 2: Tidak ada batasan kondisi. Pemerintah mengusulkan arahan ini dalam Laporan No. 589/BC-CP.
Pilihan 3: Suatu organisasi ekonomi harus didirikan dan suatu rencana harus dibuat untuk menggunakan lahan penanaman padi ketika seseorang yang tidak terlibat langsung dalam produksi pertanian menerima pengalihan lahan penanaman padi yang melebihi batas yang ditentukan dalam Klausul 1, Pasal 177.
Delegasi Majelis Nasional mengusulkan agar ada peraturan yang mencegah individu mengambil tanah tempat menanam padi untuk spekulasi (Ilustrasi: Ha Phong).
Membahas hal tersebut, delegasi Majelis Nasional Nguyen Huu Chinh (delegasi Majelis Nasional Hanoi) menyetujui opsi 1. Menurut Bapak Chinh, regulasi ke arah ini akan menjamin pengelolaan lahan persawahan yang ketat dan terukur, sehingga terhindar dari kasus oknum yang mengambil lahan persawahan untuk tujuan spekulasi, sehingga mengganggu pembangunan.
Selain itu, untuk memenuhi syarat penerimaan dana transfer, individu yang tidak terlibat langsung dalam produksi harus memiliki rencana tata guna lahan dan rencana pemanfaatan lahan sawah sesuai dengan kondisi terkini, sehingga terhindar dari situasi tidak mampu mengelola dana lahan.
Berbicara dalam debat setelahnya, delegasi Dang Hong Sy (delegasi Binh Thuan) menyatakan ketidaksetujuannya dengan delegasi Nguyen Huu Chinh.
Secara khusus, isi tentang pengalihan lahan persawahan. Oleh karena itu, Bapak Sy tidak setuju dengan opsi 1 dan 3 dalam Pasal 45 rancangan undang-undang tersebut. Peraturan tersebut tidak menjamin kesetaraan hak warga negara dalam mengakses sumber daya lahan.
Bapak Sy menyampaikan bahwa pada kenyataannya, dalam banyak kasus dimana masyarakat tidak melakukan produksi pertanian namun tetap memerlukan lahan persawahan, misalnya membeli lahan pertanian atau lahan persawahan untuk konsumsi keluarga, hal tersebut seharusnya tidak membatasi hak.
Oleh karena itu, Bapak Sy menyarankan untuk mempertahankan opsi kedua dalam rancangan undang-undang ini. "Hal ini terutama untuk mengatur tujuan pemanfaatan, bukan untuk membatasi hak warga negara dalam mengakses sumber daya lahan," tegas Bapak Sy.
Mengenai ketentuan bagi individu yang tidak terlibat langsung dalam produksi pertanian saat menerima pengalihan lahan padi, rancangan tersebut merancang 3 opsi. Delegasi Ha Sy Dong (Delegasi Majelis Nasional Quang Tri) menyatakan bahwa opsi 3: harus membentuk organisasi ekonomi dan memiliki rencana pemanfaatan lahan padi ketika individu yang tidak terlibat langsung dalam produksi pertanian menerima pengalihan lahan padi melebihi batas yang ditentukan dalam Klausul 1, Pasal 177 untuk memastikan keselarasan.
"Tanpa batasan kondisi, akan sulit untuk mengelolanya dan dapat dengan mudah menimbulkan masalah yang tidak diinginkan," komentar Bapak Dong.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)