Pada tanggal 15 November, Jepang mengirimkan empat kapal patroli ke Bangladesh untuk memperkuat tanggapannya terhadap fluktuasi keamanan regional.
Program kerja sama pertahanan di bawah kerangka Bantuan Keamanan Resmi (OSA) akan membantu Jepang dan Bangladesh mengatasi tantangan di perairan regional. (Sumber: Pengakuan Angkatan Laut) |
Kedua negara diperkirakan akan menandatangani perjanjian tersebut pada 15 November di Dhaka, Bangladesh. Kapal-kapal tersebut akan disediakan melalui Bantuan Keamanan Resmi (OSA) Jepang, yang setara dengan hibah sekitar 600 juta yen (3,9 juta dolar AS).
Jepang baru-baru ini sepakat untuk mentransfer peralatan radar pesisir ke Filipina di bawah OSA. Bangladesh adalah negara kedua yang menerima peralatan pertahanan di bawah kerangka kerja ini.
Tokyo sebelumnya mengalokasikan 2 miliar yen untuk program OSA, yang bertujuan untuk menyediakan bantuan pertahanan langsung kepada negara-negara yang berpikiran sama.
Diketahui bahwa Malaysia dan Fiji merupakan dua mitra potensial Jepang dalam kerangka OSA di masa mendatang. Negara Asia Timur Laut ini saat ini memiliki perjanjian transfer alutsista dan teknologi dengan 15 negara.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, Bangladesh mengimpor sekitar 70% persenjataannya dari Tiongkok. Namun, baru-baru ini, karena kekhawatiran tentang kualitas peralatan militer dari Beijing, Dhaka berupaya mendiversifikasi pemasoknya.
Bagi Bangladesh, menambahkan Jepang ke daftar pemasok akan memungkinkan Dhaka mengakses peralatan teknologi canggih.
Sedangkan bagi Jepang, transfer teknologi pertahanan ke kawasan Asia Selatan ditujukan untuk melawan Tiongkok, terutama dalam konteks perluasan pengaruh Beijing di Samudra Hindia melalui strategi “untaian mutiara”, yang mencakup sewa selama 99 tahun dengan pelabuhan Hambantota di Sri Lanka.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)