(NLDO) - Para ilmuwan baru saja menemukan sisa-sisa Paranthropus yang aneh di Afrika Selatan, dengan tubuh lebih pendek dari "Hobbit" di Indonesia.
Di dalam batuan sedimen berusia 1,7-2,3 juta tahun dari gua batu kapur Swartkrans di wilayah "Tempat Lahirnya Umat Manusia" Afrika Selatan, para ilmuwan menemukan sisa-sisa khas Paranthropus robustus muda.
Spesies ini adalah anggota Paranthropus, yang berarti "hampir manusia" dalam bahasa Yunani, genus yang telah punah dari suku hominid tempat spesies kita juga berada.
Paranthropus digambarkan sebagai makhluk yang "hampir seperti manusia", berjalan seperti kita tetapi dengan penampilan seperti kera yang kuat - Ilustrasi AI: Thu Anh
Yang paling mengejutkan, menurut Live Science , adalah sisa-sisanya — termasuk tulang pinggul dan kaki kiri — menunjukkan bahwa hominid purba ini tingginya hanya 1,03 meter.
Hal ini menjadikannya salah satu kerabat terkecil yang kita ketahui.
Tinggi ini bahkan lebih kecil dari Lucy, Australopithecus yang ditemukan di Ethiopia, serta spesies manusia punah yang dijuluki "Hobiit" di Indonesia.
Paranthropus robustus telah diketahui sebelumnya, tetapi data mengenai tulang kaki masih kurang.
Oleh karena itu, spesimen dari Afrika Selatan – seekor individu betina yang diberi nama sementara SWT1/HR-2 – membantu tim peneliti yang dipimpin oleh paleoantropolog Travis Pickering dari Universitas Wisconsin-Madison (AS) untuk merekonstruksi penampilan spesies ini secara lebih lengkap.
Rekonstruksi mengungkap bahwa mereka lebih pendek dan lebih kekar daripada kelompok etnis terkecil di zaman modern – kelompok yang tinggi rata-rata prianya di bawah 1,5 meter.
Selain itu, mereka terutama bergerak dengan berjalan kaki daripada di pohon seperti hominid terdahulu, sebagaimana dibuktikan oleh pinggul dan kaki mereka yang kuat.
Sayangnya, hal ini tidak menyelamatkan SWT1/HR-2 dari kematian tragis. Berdasarkan tanda pada tulangnya, hominid purba ini kemungkinan telah dimakan macan tutul.
Bukti lain yang mendukung hipotesis ini adalah banyaknya gigi macan tutul yang ditemukan di sekitar area tersebut.
Meskipun tulang kaki memberikan bukti baru yang penting tentang kehidupan spesies tersebut, para ilmuwan masih belum dapat menjelaskan mengapa mereka begitu pendek meskipun hidup di benua itu.
Biasanya, spesies yang hidup di lingkungan terisolasi di pulau-pulau baru mengembangkan cara untuk mengecilkan tubuh mereka, seperti yang dialami para Hobbit di Indonesia.
[iklan_2]
Sumber: https://nld.com.vn/phat-hien-hai-cot-gan-nhu-nguoi-2-trieu-tuoi-o-nam-phi-196250322084122477.htm










Komentar (0)