
Dalam konferensi tersebut, Profesor Phong Le mengangkat sebuah realitas yang menggugah pikiran: Kritik sastra berada pada titik paling profesionalnya, sementara kehidupan kreatif berada pada titik paling kacau. Berbagai kompetisi telah diselenggarakan, dan puisi, cerita, novel, kritik, esai, dan sebagainya telah dicetak. Banyak yang dicetak, tetapi berapa banyak yang sampai ke pembaca?
Menurutnya, budaya membaca saat ini bersaing ketat dengan budaya mendengarkan, menonton, dan media sosial. "Mungkin kita harus terbiasa dengan kenyataan bahwa banyak anak muda menghabiskan jutaan dong untuk menonton pertunjukan para "bintang" tetapi ragu untuk menghabiskan 50.000 dong untuk membeli buku," ujarnya.
Profesor Phong Le berpendapat bahwa budaya membaca menghadapi persaingan ketat dengan budaya mendengarkan, menonton, dan media sosial. Orang-orang kini meninggalkan pena dan kertas untuk mengakses " dunia datar" melalui papan ketik, yang menyebabkan budaya kritik dalam pengertian klasik perlahan-lahan menyempit. Ia yakin bahwa alasannya bukan karena kritikus kurang berbakat atau tulisannya buruk, melainkan karena generasi penulis muda memiliki banyak saluran untuk menjangkau publik dengan cepat dan luas berkat teknologi dan media daring. "Jika kritik tidak lagi memainkan peran penuntun seperti sebelumnya, kritik harus berubah untuk beradaptasi, menjadi persahabatan yang erat antara penulis dan pembaca," tegas Profesor Phong Le.
Dr. Dang Xuan Thanh, Wakil Presiden Akademi Ilmu Sosial Vietnam, menegaskan bahwa teori dan kritik masih merupakan bagian penting yang menyertai penciptaan dan publik, berkontribusi dalam mengarahkan ideologi, estetika, dan membangun fondasi sosial-spiritual. Namun, beliau mengatakan bahwa agar tidak tertinggal, para peneliti dan kritikus perlu secara proaktif menerapkan teknologi digital , memperluas ruang akademik, mendorong dialog, dan terhubung dengan kehidupan kontemporer.
Dr. Vu Thi Thu Ha, Kepala proyek penelitian, menekankan perlunya "membangun kembali hubungan antara teori, kritik, penciptaan, dan publik" dalam konteks globalisasi dan transformasi digital. Menurutnya, selama 40 tahun terakhir, kritik sastra Vietnam telah menyerap banyak pencapaian teori dunia, tetapi masih terdapat kekurangan karya yang sistematis dan sangat umum, sementara pengaruh jejaring sosial mengubah kebiasaan penerimaan dan selera estetika.
Lokakarya ini menarik lebih dari 30 presentasi dari para ilmuwan, yang berfokus pada analisis situasi terkini, penyebab, dan solusi bagi perkembangan teori dan kritik sastra di era baru. Para peserta sepakat bahwa, untuk memulihkan posisinya, kritik harus mempertahankan sifat akademisnya sekaligus beradaptasi secara fleksibel dengan bahasa, ruang, dan laju kehidupan di era digital.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/phe-binh-van-hoc-truyen-thong-mat-dan-vi-the-giua-thoi-mang-xa-hoi-post820621.html






Komentar (0)