(Dan Tri) - Huang Ying (29 tahun) adalah sosok inspiratif bagi media dan publik Tiongkok. Huang kehilangan penglihatannya pada usia 2 tahun karena demam.
Meskipun memiliki gangguan penglihatan, Huang selalu bersikap positif dan optimis terhadap kehidupan. Ia mampu melakukan hampir semua hal sendiri.
Unggahan media sosial Huang tentang studi dan kehidupan pribadinya telah menarik banyak perhatian dari komunitas daring. Huang telah dipandang sebagai sosok inspiratif sejak tahun 2015, ketika ia lulus ujian masuk perguruan tinggi Tiongkok yang sangat kompetitif dan menegangkan.
Huang Ying (kiri) bersama teman sekamarnya Che Meng (Foto: SCMP).
Huang diterima di Universitas Teknologi Wuhan (WUT) dan menjadi mahasiswa tunanetra pertama di Tiongkok yang diterima di universitas bergengsi dengan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Di Tiongkok, siswa tunanetra umumnya berhenti sekolah setelah SMA dan melanjutkan pendidikan ke vokasi. Perjalanan Huang Ying dalam menekuni pendidikan merupakan kisah yang luar biasa.
Berkat hasil kuliahnya yang baik, Huang Yi dapat langsung melanjutkan studi doktoral di Universitas Teknologi Wuhan tanpa mengikuti ujian masuk. Saat ini, ia sedang menempuh program doktoral di bidang manajemen pendidikan .
Kehidupan asrama Huang Yi juga menarik banyak perhatian dari komunitas daring. Huang sekamar dengan siswi Che Meng. Che telah muncul di beberapa video Huang, dan ia mengatakan bahwa ia mengagumi kemampuan Huang dalam menangani dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
"Awalnya, saya pikir saya harus banyak membantu Huang saat kami tinggal bersama, tetapi setelah mengamati gaya hidupnya, saya menyadari bahwa dia bisa melakukan hampir semua hal sendiri, meskipun dia tidak bisa melihat," kata Che.
Huang Ying mengatakan ia merasa beruntung bisa sekamar dengan Che Meng. Keduanya rukun dan selalu merasa nyaman saat bersama.
"Kebanyakan orang merasa agak malu dan tidak nyaman berinteraksi dengan penyandang tunanetra, tetapi Che tidak seperti itu. Dia sangat senang dan nyaman saat bersama saya. Kami bisa melakukan apa saja bersama dan menghabiskan waktu bersama dengan bahagia. Dia tidak menganggap saya sebagai penyandang tunanetra yang membutuhkan bantuan, melainkan sebagai teman sejati," kata Huang.
Huang Ying pada upacara kelulusan sarjananya (Foto: SCMP).
Perasaan tulus Che Meng sangat menyentuh hati Huang Ying. Misalnya, ketika musim semi tiba, Che mengajak Huang bersepeda. Che duduk di depan dan mengayuh sekuat tenaga agar Huang bisa duduk di belakang dan merasakan hangatnya angin musim semi.
"Dia bilang dia ingin aku merasakan angin musim semi agar memiliki jiwa yang sebebas, sebebas-bebasnya, dan selembut angin itu. Aku sangat tersentuh oleh hati Che," ungkap Huang dalam sebuah video.
Di media sosial, Huang Ying membagikan konten yang menunjukkan bagaimana dia mengelola berbagai tugas dalam kehidupan sehari-harinya, seperti berjalan kaki, menyeberang jalan, berbelanja, merias wajah, dan bahkan pergi ke dokter sendiri.
Dalam beberapa video, Huang dan Che bersepeda, joging, dan bermain piano bersama. Huang mengatakan ia aktif menggunakan media sosial untuk membantu masyarakat lebih memahami kehidupan para tunanetra dan menginspirasi para penyandang disabilitas untuk tetap tegar dalam menjalani hidup.
[iklan_2]
Source: https://dantri.com.vn/giao-duc/sinh-vien-khiem-thi-dau-tien-do-dai-hoc-hoc-toi-tien-si-20241216100720099.htm
Komentar (0)