Nila merupakan salah satu ikan air tawar terpopuler di negara kita, terutama nila monosex dan nila merah (juga dikenal sebagai nila merah). Selama proses budidaya, nutrisi memainkan peran penting dalam kualitas dan laju pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, memilih sumber pakan yang tepat, memastikan keseimbangan nutrisi, dan ramah lingkungan, menjadi arah penting dalam industri akuakultur Vietnam.
Dalam konteks seluruh industri yang bergerak menuju pembangunan berkelanjutan, mengubah sumber pakan dengan menggunakan bahan-bahan berstandar internasional dan asal-usul yang jelas seperti kacang kedelai dan bungkil kedelai AS dianggap sebagai solusi strategis.

Bapak Bui Ngoc Thanh, Direktur Teknis Akuakultur - Vietnam, USSEC, mengatakan bahwa perusahaan manufaktur pakan akuakultur semakin proaktif dalam meningkatkan teknologi dan formula nutrisi untuk memenuhi kebutuhan akuakultur yang berkembang pesat. Foto: Duy Hoc .
Faktanya, model yang menerapkan pakan akuakultur bersertifikasi "Kedelai Berkelanjutan" membantu meningkatkan kualitas ikan nila, mengurangi biaya, dan memenuhi persyaratan ketat pasar ekspor utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. Di distrik Tu Ky ( Hai Phong ), peternakan ikan nila seluas 7 hektar milik Viet Nhat Group merupakan titik terang dalam rantai produksi ekspor hijau.
"Kita menyaksikan tren transformasi hijau yang jelas di bidang pertanian secara umum dan industri akuakultur secara khusus. Bahkan di bidang pakan ternak dan pakan akuakultur, kita dapat melihat pergeseran yang semakin kuat ke arah ini, seiring dengan permintaan akan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar Bapak Bui Ngoc Thanh, Direktur Akuakultur - Vietnam, Dewan Ekspor Kedelai AS (USSEC).
"Dan yang paling jelas, kita dapat melihatnya melalui sertifikasi internasional seperti: GlobalGAP, BAP, ASC... Standar-standar ini terus ditingkatkan, dengan persyaratan yang semakin tinggi untuk bahan baku. Jika sebelumnya sertifikasi hanya berfokus pada keamanan pangan dan kualitas produk, kini banyak kriteria terkait keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan telah ditambahkan," tambah Bapak Thanh.
Bapak Thanh mencontohkan, pada tahun 2025, kita dapat melihat pergeseran yang nyata dalam industri pakan akuakultur. Khususnya, standar ASC menetapkan bahwa agar produk dapat disertifikasi ASC, peternakan harus menggunakan pakan bersertifikat ASC. Di saat yang sama, agar pakan diakui memenuhi standar ini, semua bahan dengan tingkat penggunaan di atas 1% harus memiliki ketertelusuran yang jelas dan memenuhi kriteria keberlanjutan. Hal ini merupakan bukti nyata dari tren transformasi yang kuat yang terjadi di seluruh rantai produksi akuakultur.
Keberlanjutan bukanlah isu baru bagi kedelai AS. Sejak tahun 1980-an, industri kedelai AS telah membudidayakan dan memproduksi kedelai secara berkelanjutan, yang telah dipertahankan selama beberapa dekade. Tujuannya adalah menciptakan sumber bahan baku pakan ternak dan akuakultur yang sangat berkelanjutan, rendah emisi karbon, dan telah meraih sertifikasi keberlanjutan internasional. Inilah persyaratan pasar saat ini.
"Misalnya, penggunaan kedelai AS dalam produksi pakan akuatik dapat membantu mengurangi sekitar 200 kg emisi karbon per ton pakan, yang berkontribusi signifikan terhadap tujuan pengurangan emisi di seluruh rantai," tegas Bapak Thanh.
Selain itu, kedelai AS memiliki daya cerna yang lebih tinggi dibandingkan banyak sumber kedelai lainnya. Karakteristik ini membantu ikan dan udang menyerap nutrisi dengan lebih baik, sehingga mengurangi limbah ke lingkungan dan berkontribusi pada peningkatan kualitas lingkungan akuakultur.

Laju pertumbuhan akuakultur di dunia selama beberapa dekade terakhir sangat mengesankan. Foto: Duy Hoc .
Menurut Bapak Thanh, saat ini masih banyak orang yang percaya bahwa pakan akuakultur harus mengandung tepung ikan atau harus diproduksi dari sumber tepung ikan. Namun, kenyataannya telah banyak berubah. Industri pakan akuakultur sedang bergerak cepat ke arah baru, dengan bisnis yang semakin proaktif dalam meningkatkan teknologi dan formula nutrisi untuk memenuhi kebutuhan akuakultur yang terus berkembang pesat.
Laju pertumbuhan akuakultur global selama beberapa dekade terakhir sangat mengesankan. Dalam 10 tahun terakhir saja, dari tahun 2014 hingga saat ini, total produksi akuakultur global telah meningkat dari sekitar 74 juta ton menjadi hampir 100 juta ton, yang mencerminkan pertumbuhan industri yang kuat dan berkelanjutan.
Total produksi pakan akuakultur global kini telah mencapai hampir 60 juta ton. Sumber tepung ikan yang dieksploitasi dari alam jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi dan pertumbuhan industri akuakultur.
Oleh karena itu, kedelai dan bungkil kedelai telah menjadi salah satu bahan penting yang mampu menggantikan tepung ikan secara efektif dalam formula pakan akuakultur, baik untuk menjamin nutrisi maupun berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan bagi seluruh rantai produksi,” tegas Bapak Thanh.
Sumber: https://nongnghiepmoitruong.vn/su-dung-dau-nanh-hoa-ky-giup-giam-khoang-200-kg-co-tan-thuc-an-d783636.html






Komentar (0)