SGGP
Berkat perangkat lunak EyeDr (yang dikembangkan oleh para dokter di Rumah Sakit Mata Kota Ho Chi Minh), skrining glaukoma dini menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih akurat. Ini adalah solusi kecerdasan buatan pertama yang diterapkan dalam praktik industri oftalmologi di Vietnam.
Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), glaukoma (juga dikenal sebagai katarak atau pterigium) adalah neuropati optik yang menyebabkan kebutaan permanen. Terdapat sekitar 80 juta penderita penyakit ini di seluruh dunia (pada tahun 2020), dan dokter mata memperkirakan akan ada 111,8 juta penderita pada tahun 2040. Saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan sepenuhnya.
Di Vietnam, statistik dari Central Eye Institute menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 380.000 orang yang mengalami kebutaan pada kedua mata, dengan lebih dari 24.000 di antaranya disebabkan oleh glaukoma (mencakup 65% dan kedua setelah katarak). Sebagian besar pasien glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit ini hingga kondisi mata mereka parah, yang memengaruhi penglihatan sentral mereka.
Masalah yang mengkhawatirkan adalah orang-orang sembarangan menggunakan obat tetes mata tanpa resep dokter, yang dapat menyebabkan glaukoma akibat penggunaan glukokortikoid (obat antiinflamasi yang diresepkan untuk berbagai penyakit) dalam jangka panjang. Obat tetes mata yang beredar di pasaran juga mengandung steroid untuk mengatasi gatal, mata kering, dan konjungtivitis. Jika obat-obatan ini digunakan dalam jangka panjang, mata dapat mengalami glaukoma.
Dokter Departemen Pencitraan Diagnostik, Rumah Sakit Mata Kota Ho Chi Minh, mengambil foto berwarna cakram optik pasien menggunakan perangkat lunak EyeDr |
Dr. Trang Thanh Nghiep, Kepala Departemen Glaukoma, Rumah Sakit Mata Kota Ho Chi Minh, mengatakan bahwa penyebab utama glaukoma adalah penumpukan sejumlah air (aqueous humor) yang tidak keluar dari mata, sehingga meningkatkan tekanan di dalam mata. Normalnya, ketika sejumlah air keluar dari mata dan digantikan oleh sejumlah air baru, yang diproduksi mata secara terus-menerus, namun, ketika terdapat risiko glaukoma, drainase sudut tidak stabil, jumlah air yang diproduksi akan tertahan di dalam mata, terakumulasi secara bertahap, meningkatkan tekanan pada saraf optik. Serabut saraf optik mulai mati karena peningkatan tekanan dan seiring waktu, semua serabut saraf mati, menyebabkan kebutaan total.
Mendiagnosis penyakit… tanpa dokter
Saat ini, tingkat deteksi glaukoma di negara kita masih rendah karena kurangnya metode skrining yang tepat waktu dan tepat, terutama penerapan kecerdasan buatan. Menghadapi kenyataan ini, Dr. Pham Thi Thuy Tien, Kepala Departemen Manajemen Mutu, Rumah Sakit Mata Kota Ho Chi Minh, dan rekan-rekannya melakukan penelitian untuk menciptakan solusi "Skrining Glaukoma dengan Mengambil Foto Berwarna pada Diskus Optik dengan Perangkat Lunak Kecerdasan Buatan EyeDr". Perangkat lunak EyeDr yang dikembangkan oleh tim peneliti terdiri dari dua komponen utama, yaitu sistem pembelajaran mesin dan perangkat lunak pendukung skrining.
Sistem pembelajaran mesin terintegrasi ke dalam platform komputasi awan, mengumpulkan data intelijen dari para ahli yang merupakan dokter mata terkemuka di Indonesia dalam bidang glaukoma, menciptakan sistem yang mampu mengenali dan mengklasifikasikan glaukoma berdasarkan citra berwarna dari diskus optikus. Sistem ini beroperasi terus-menerus 24/7 dan bertanggung jawab untuk merespons hasil dari sistem perangkat lunak pendukung skrining.
Perangkat lunak pendukung penyaringan merupakan seperangkat alat yang dibangun pada berbagai platform, yang memungkinkan penerapan penuh proses penyaringan penyakit di rumah sakit; dengan fungsi mulai dari penerimaan pasien, pemanfaatan tanda-tanda vital, pengelolaan citra medis, survei penyakit pada citra hingga pelaporan statistik.
Secara khusus, fungsi survei penyakit pada gambar merupakan alat yang ampuh untuk membantu dokter mensurvei karakteristik glaukoma pada gambar berwarna pada cakram optik, termasuk: mengidentifikasi dan menggambarkan secara otomatis area karakteristik glaukoma berdasarkan warna, menampilkan secara spesifik indikator dan faktor terkait penyakit, sehingga dapat menyarankan diagnosis dan mengklasifikasikan penyakit sesuai tingkatannya; di saat yang sama, memberikan saran dan rekomendasi tentang langkah perawatan kesehatan apa yang harus diambil pasien selanjutnya.
Solusi EyeDr telah disetujui oleh Dewan Sains dan Teknologi Kota Ho Chi Minh dan Dewan Etika Medis Rumah Sakit Mata Kota Ho Chi Minh, yang memungkinkannya untuk diterapkan secara praktis di rumah sakit tersebut pada bulan Maret dengan lebih dari 110 orang yang diskrining. Hasil klinis menunjukkan bahwa pengukuran mencapai reliabilitas 95%, sensitivitas 95,52% pada kumpulan data lebih dari 2.000 gambar eksperimen, dan waktu eksekusi rata-rata pada gambar berwarna dari cakram optik adalah sekitar 8-12 detik.
"Aplikasi ini jauh lebih cepat daripada 45 detik yang dibutuhkan dokter spesialis glaukoma untuk memeriksa pasien, atau 6-8 menit untuk dokter spesialis mata biasa. Pusat medis dan rumah sakit hanya perlu melengkapi diri dengan perangkat lunak EyeDr agar dapat melakukan skrining glaukoma pada pasien sejak dini tanpa perlu kehadiran langsung dokter spesialis glaukoma," ujar Dr. Pham Thi Thuy Tien.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)