Sebaliknya, mereka menghadiri sekolah yang lebih berorientasi praktis atau pelatihan dalam profesi yang sedang berkembang.
Pada gaokao 2025, banyak pelajar Tiongkok yang mendapat nilai cukup tinggi untuk mendaftar di universitas bergengsi seperti Tsinghua dan Peking melakukan hal sebaliknya, mendaftar di universitas yang kurang bergengsi atau mengikuti pelatihan profesi yang sedang berkembang.
Tren ini, yang muncul di tengah meningkatnya pengangguran, mencerminkan kenyataan bahwa kesuksesan tidak lagi diukur dari reputasi sekolah, melainkan dari kemampuannya beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat yang berubah dengan cepat.
Misalnya, peraih nilai tertinggi di Beijing menolak tawaran dari Universitas Peking untuk belajar kecerdasan buatan di Universitas Zhejiang di Hangzhou. Kota ini merupakan rumah bagi banyak perusahaan teknologi, termasuk DeepSeek, perusahaan rintisan AI yang didirikan oleh alumni Zhejiang. Universitas tersebut baru-baru ini meluncurkan program studi khusus kecerdasan buatan untuk memenuhi permintaan sumber daya manusia di bidang yang sedang menjadi prioritas Tiongkok.
Seorang mahasiswa berprestasi lainnya dari Chongqing telah memilih untuk mempelajari semikonduktor di Universitas Westlake, sebuah universitas swasta yang sedang berkembang dengan fokus penelitian yang kuat. Kedua pilihan tersebut berada di bidang-bidang yang dianggap penting secara strategis oleh Tiongkok, menunjukkan ketajaman generasi muda dalam memahami tren karier baru.
Menurut para ahli, perubahan pilihan ini mencerminkan mentalitas yang lebih realistis, baik dari siswa maupun orang tua. Mereka tidak lagi mempertimbangkan reputasi sebagai satu-satunya faktor penentu, melainkan berfokus pada peluang kerja dan stabilitas jangka panjang.
Alasan lainnya adalah gaji awal lulusan universitas-universitas ternama telah menurun drastis. Sebelum pandemi Covid-19, mahasiswa Universitas Tsinghua bisa mendapatkan gaji sebesar 15.000 hingga 20.000 yuan per bulan. Kini, angka tersebut hanya sekitar 8.000 hingga 10.000 yuan.
Tekanan dari pasar kerja membuat mahasiswa lebih cermat dalam mempertimbangkan keseimbangan antara reputasi akademis dan nilai praktis. Seiring melemahnya ekonomi dan meningkatnya jumlah lulusan, memilih jurusan yang tepat menjadi faktor kunci dalam mengamankan karier di masa depan.
"Universitas bukanlah pusat pelatihan vokasi. Tujuan pendidikan tinggi seharusnya mengembangkan kemampuan berpikir, kualitas komprehensif, dan kreativitas peserta didik. Lembaga pendidikan vokasi harus berfokus pada pelatihan keterampilan khusus untuk pasar tenaga kerja, sementara universitas komprehensif harus mempertahankan perannya dalam mengembangkan pengetahuan dasar," ujar Xiong Bingqi, direktur Institut Penelitian Pendidikan Abad ke-21.
"Banyak siswa kini memilih sekolah yang menawarkan pekerjaan stabil, alih-alih universitas bergengsi dengan sedikit peluang praktis. Hal ini mencerminkan realitas 'baru' pasar tenaga kerja Tiongkok, yang jauh dari gagasan bahwa stabilitas adalah prioritas utama," ujar Xiong Bingqi.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/the-he-tre-trung-quoc-chon-thuc-tien-hon-danh-tieng-post753802.html






Komentar (0)