Sebelum pandemi Covid-19, pariwisata menyumbang 9,2% terhadap PDB negara. Setelah pandemi, kami membuka kembali perekonomian lebih awal, tetapi sejauh ini pariwisata hanya menyumbang kurang dari 2% PDB karena pendapatan telah turun sangat rendah akhir-akhir ini. Ini adalah masalah ekonomi yang mendesak dan kita perlu menemukan solusi untuk mendorong pengembangan pariwisata, yang berkontribusi pada pemulihan ekonomi.
Bapak Do Xuan Quang - Wakil Direktur Jenderal Vietjet berbicara di konferensi tersebut
Menggunakan Vietjet sebagai contoh, Bapak Quang mengatakan bahwa sebelumnya, VJ memiliki hingga 85 penerbangan per hari ke Tiongkok, tetapi dalam 2 tahun terakhir, mereka telah menghentikan semuanya. Mereka telah beralih ke pasar India, tetapi kapasitas tertingginya hanya 17 penerbangan per hari.
"Baru-baru ini, saya berkesempatan memasuki negara maju di Eropa. Mereka memiliki dua pintu masuk, satu pintu masuk membutuhkan waktu tunggu lebih dari 3 jam, sementara yang lainnya memungkinkan pengunjung untuk "cepat" berkat penerapan teknologi visa dan imigrasi. Saya menceritakan kisah ini untuk menunjukkan bahwa Vietnam perlu menerapkan teknologi dalam penerbitan visa. Prosedur dan kebijakan perlu selangkah lebih maju, tetapi saat ini Vietnam masih tertinggal dari kebutuhan dan tuntutan realitas pembangunan," ujar Bapak Quang, menekankan bahwa prosedur imigrasi Vietnam terlalu lambat, dan hal ini perlu ditingkatkan melalui otomatisasi. Untuk mengembangkan pariwisata, masalah visa perlu diatasi, terutama memperpanjang masa berlakunya. Bapak Quang mendukung dan sependapat dengan delegasi sebelumnya mengenai pembebasan visa bagi pengunjung dari negara-negara seperti Uni Eropa, Australia, dan Selandia Baru.
Menjawab pertanyaan mengapa wisatawan India belum mampu mengimbangi wisatawan Tiongkok, Bapak Quang mengatakan bahwa wisatawan India jarang datang ke Vietnam karena mereka harus transit ke Bangkok (Thailand) yang memakan waktu tambahan 3-4 jam. Vietjet juga hanya memiliki 3 penerbangan langsung ke India.
"Itulah sebabnya penerbangan langsung memainkan peran kunci dan menjadi daya tarik utama dalam menarik wisatawan. Dalam waktu dekat, selain India, kami akan membuka penerbangan langsung ke negara-negara seperti Kazakhstan, Uzbekistan, dan negara-negara bekas Uni Soviet untuk menarik lebih banyak wisatawan internasional," ujar Bapak Quang.
Bapak Quang juga menyarankan bahwa selain visa dan penerbangan langsung, yang dibutuhkan wisatawan adalah produk pariwisata. Sejak pandemi Covid-19, saya merasa produk pariwisata kita semakin berkurang. Kegiatan seperti Festival Hue atau Festival Bunga Dalat dan banyak festival lainnya... serta produk pariwisata unik yang menarik banyak wisatawan perlu dipromosikan.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)