Dalam laporan tahunannya, Ketua Mahkamah Agung AS John Roberts mengungkapkan kekhawatirannya tentang meningkatnya kehadiran kecerdasan buatan (AI) dalam sistem peradilan AS.
Menurut CNN, Tn. John Roberts memperingatkan bahwa teknologi baru ini dapat berisiko "mendehumanisasi hukum" dan membahayakan perlakuan adil dalam sistem peradilan.
AI jelas memiliki potensi besar untuk secara dramatis meningkatkan akses ke informasi penting bagi pengacara dan non-pengacara, katanya, dengan risiko menyerang kepentingan privasi dan merendahkan hukum.
Ketua Mahkamah Agung John Roberts mendedikasikan sebagian besar laporan akhir tahunnya yang setebal 13 halaman, yang dirilis pada 31 Desember 2023, untuk membahas bagaimana teknologi baru telah membawa perubahan positif pada sistem peradilan federal selama bertahun-tahun. Namun, Roberts menghindari menyebutkan bahwa pengadilan baru-baru ini terlibat dalam dua perselisihan besar yang melibatkan mantan Presiden Donald Trump, serta masalah etika dan transparansi yang telah mengganggu pengadilan sepanjang tahun, yang mendorong sembilan hakim agung untuk menerbitkan kode etik baru.
Sebaliknya, ia memaparkan AI sebagai "isu utama yang menjadi perhatian seluruh sistem peradilan federal" yang "membutuhkan kehati-hatian dan kerendahan hati." Bapak Roberts mengakui bahwa AI dapat membantu membuat pengadilan lebih mudah diakses, terutama bagi mereka yang tidak memiliki sumber daya untuk menyewa pengacara.
HUY QUOC
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)