Ketua Majelis Nasional Tran Thanh Man meminta Komite Hukum Majelis Nasional dan Kementerian Kehakiman untuk berkoordinasi erat dari tahap penyusunan hingga penerapan dan penegakan hukum dan resolusi.

Melanjutkan Sidang ke-37, pada pagi hari tanggal 12 September, Panitia Tetap Majelis Nasional menyampaikan pendapat atas Laporan Pemerintah tentang pelaksanaan Undang-Undang Dasar, undang-undang, dan resolusi Majelis Nasional.
Saat menyampaikan laporan tinjauan, Ketua Komite Hukum Majelis Nasional Hoang Thanh Tung mengatakan bahwa Komite Tetap Komite Hukum sangat menghargai upaya dan tekad dalam arahan dan administrasi Pemerintah dan Perdana Menteri, dan implementasi serius dari kementerian, cabang dan daerah dalam pekerjaan menyempurnakan kelembagaan dan menyelenggarakan penegakan hukum.
Pemerintah telah menyelesaikan sejumlah besar tugas legislatif dasar untuk memastikan kemajuan, dan tidak ada penarikan proyek-proyek yang termasuk dalam Program Pengembangan Undang-Undang dan Peraturan Daerah. Pemerintah telah memperkuat arahan dan implementasinya dalam pengembangan dan penerbitan dokumen yang merinci pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah, dan resolusi, serta menerapkan banyak solusi baru yang lebih efektif, proaktif, dan mendesak, mulai dari tahap penyusunan daftar, penugasan tugas penyusunan, pelaksanaannya, hingga pemantauan, desakan, dan pemeriksaan.
Namun, Panitia Tetap Badan Legislasi DPR mengemukakan, jumlah rancangan undang-undang dan rancangan keputusan yang harus diajukan dalam setiap masa sidang DPR sangat banyak, tetapi tidak menjamin keseimbangan antarbidang, banyak proyek yang dimasukkan dalam Program mendekati waktu penyelenggaraan masa sidang DPR atau rapat Panitia Tetap DPR.
Masih terdapat kontradiksi, tumpang tindih, serta ketidakkonsistenan dan keseragaman antar dokumen hukum atau peraturan perundang-undangan yang tidak jelas dan spesifik, bahkan peraturan yang sama dapat ditafsirkan secara berbeda, sehingga menyulitkan penegakan hukum. Selain itu, masih banyak dokumen yang diterbitkan terlambat dan belum menjamin penegakan hukum yang serentak.
Dalam sambutannya pada rapat tersebut, Ketua Majelis Nasional Tran Thanh Man menekankan pentingnya inovasi dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan Konstitusi, undang-undang, keputusan Majelis Nasional, peraturan daerah, dan keputusan Komite Tetap Majelis Nasional secara "menyeluruh dan menyeluruh".
"Daerah mana yang berkinerja baik, daerah mana yang tidak? Jika kita berkinerja baik, kita harus segera dipuji dan diberi penghargaan, dan jika kita tidak berkinerja baik, kita harus dikritik dan dikaji ulang," saran Ketua Majelis Nasional.

Menurut Ketua Majelis Nasional, asal usul pembentukan undang-undang harus berasal dari kementerian dan lembaga. Para menteri, wakil menteri, dan departemen terkait harus menghadiri banyak rapat, meninjau setiap pasal, setiap pasal, setiap bab undang-undang, dan resolusi, agar undang-undang dan resolusi tersebut berkualitas. Jika lembaga yang mengajukan teliti, maka ketika diajukan ke Dewan Kebangsaan dan Komite Majelis Nasional, permasalahan akan diperiksa secara akurat dan benar.
Ketua Majelis Nasional meminta agar tidak hanya kementerian dan lembaga, tetapi juga Dewan Kebangsaan dan Komite-Komite Majelis Nasional di masa mendatang harus tertib, disiplin, dan tegas dalam memeriksa rancangan undang-undang untuk menyatakan pendapat politik, dengan harapan akhir bahwa "undang-undang dan resolusi yang dikeluarkan harus berkualitas dan lestari."
Ketua Majelis Nasional juga meminta Komite Hukum Majelis Nasional dan Kementerian Kehakiman untuk berkoordinasi erat mulai dari tahap penyusunan hingga pelaksanaan dan penegakan hukum dan resolusi.
Mengacu pada Peraturan Politbiro Nomor 178-QD/TW tanggal 27 Juni 2024 tentang Pengendalian Kekuasaan, Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi serta Negatif dalam Pembentukan Undang-Undang, Ketua Majelis Nasional meminta agar setiap tahapan dan setiap bagian harus dilaksanakan dengan baik, memenuhi persyaratan mutu, tidak mengejar kuantitas, dan mengutamakan hak serta kepentingan sah dan sah masyarakat serta pelaku usaha.
“Kami memperketat disiplin dan ketertiban, serta tidak dipengaruhi atau dipengaruhi oleh kelompok kepentingan lokal mana pun dalam pembuatan undang-undang,” tegas Ketua Majelis Nasional.
Di samping itu, Ketua Majelis Nasional mengusulkan agar dijelaskan rencana penanganan lambatnya penerbitan dokumen pelaksanaan undang-undang, dengan menghubungkan tanggung jawab penerbitan dokumen dengan tanggung jawab pimpinan lembaga.
Ketua Komisi Yudisial DPR Le Thi Nga mengatakan, Pemerintah perlu memperhatikan sosialisasi dan edukasi hukum sesuai kelompok sasaran dan daerah, sekaligus memperbanyak posting dokumen sosialisasi dan edukasi hukum di media sosial, agar masyarakat dapat cepat memahami isi dokumen hukum terkini.
Terkait pekerjaan pemeriksaan dan penelaahan dokumen hukum, menurut Kepala Le Thi Nga, selama periode pelaporan, melalui pemeriksaan dokumen hukum terhadap 2.948 dokumen, ditemukan dan disimpulkan terdapat 138 dokumen yang ditangani dengan ketentuan yang melanggar hukum, baik dari segi kewenangan maupun isi.
Hasil ini menunjukkan jumlah dokumen yang mengandung unsur ilegal masih tinggi, namun hingga saat ini baru 80 dari 138 dokumen yang telah diproses, sedangkan yang belum diproses sebanyak 58 dokumen. Oleh karena itu, Pemerintah diminta untuk menjelaskan alasan mengapa 58 dari 138 dokumen ilegal tersebut belum diproses hingga saat ini.
Sumber
Komentar (0)