Memberikan wewenang kepada Badan Pengelola Kawasan Industri, Kawasan Pengolahan Ekspor, dan Kawasan Ekonomi untuk menerbitkan izin lingkungan.
Menurut rancangan tersebut, Komite Rakyat Provinsi akan meninjau, mendesentralisasikan penilaian dan persetujuan hasil penilaian laporan analisis mengenai dampak lingkungan; memberikan, mengubah, menyesuaikan, menerbitkan kembali dan mencabut lisensi lingkungan untuk Badan Manajemen Kawasan Industri.
Desentralisasi harus ditetapkan dalam dokumen hukum Komite Rakyat Provinsi, memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Pasal 13 Undang-Undang tentang Organisasi Pemerintahan Daerah, undang-undang tentang perlindungan lingkungan hidup dan undang-undang terkait lainnya.
Selain itu, Panitia Daerah Provinsi berwenang untuk mempertimbangkan dan memberikan wewenang kepada Badan Pengelola Kawasan Industri untuk menilai dan menyetujui hasil penilaian laporan analisis mengenai dampak lingkungan hidup, memberikan, mengubah, menyesuaikan, menerbitkan kembali, dan mencabut izin lingkungan hidup apabila Badan Pengelola memenuhi kapasitas, kondisi, dan persyaratan perlindungan lingkungan hidup sebagaimana ditentukan.
Badan pengelola kawasan industri yang berwenang bertugas menilai dan menyetujui hasil penilaian laporan analisis mengenai dampak lingkungan hidup; memberikan, mengubah, menyesuaikan, menerbitkan kembali, dan mencabut izin lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan Pasal 35, Pasal 36, Pasal 41, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 50, dan Pasal 51 Undang-Undang tentang Perlindungan Lingkungan Hidup serta Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 08/2022/ND-CP tanggal 10 Januari 2022 yang merinci sejumlah pasal dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Lingkungan Hidup.
Kapasitas dan kondisi yang diizinkan
Berdasarkan rancangan tersebut, Badan Pengelola Kawasan Industri berwenang apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1- Memiliki departemen khusus tentang perlindungan lingkungan hidup dengan 7 atau lebih jabatan pegawai negeri sipil pada Badan Pengelola Kawasan Industri Kota Hanoi dan Kota Ho Chi Minh, 6 atau lebih jabatan pegawai negeri sipil pada Badan Pengelola Kawasan Industri provinsi tipe I, 5 atau lebih jabatan pegawai negeri sipil pada Badan Pengelola Kawasan Industri provinsi tipe II dan tipe III, dengan personel yang bertanggung jawab atas perlindungan lingkungan hidup;
2. Personel yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang perlindungan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib berpendidikan sarjana atau lebih tinggi di bidang manajemen lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, teknik lingkungan hidup, kimia, biologi, dan memiliki pengalaman kerja di bidang lingkungan hidup paling sedikit 3 (tiga) tahun.
3- Personel harus dilatih dalam bidang lingkungan atau keahlian yang sesuai untuk melakukan penilaian dan persetujuan hasil penilaian laporan analisis mengenai dampak lingkungan; memberikan, mengubah, menyesuaikan, menerbitkan kembali, dan mencabut lisensi lingkungan, dengan gelar universitas atau lebih tinggi;
4- Hanya diizinkan untuk kawasan industri, kawasan pemrosesan ekspor, dan kawasan ekonomi yang memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan sebagaimana ditentukan.
Persyaratan perlindungan lingkungan untuk kawasan industri, zona pemrosesan ekspor, zona ekonomi
Berdasarkan rancangan tersebut, kawasan industri, zona pemrosesan ekspor, dan zona ekonomi harus memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan berikut:
1. Tersedianya prasarana perlindungan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Lingkungan Hidup bagi kawasan ekonomi dan Pasal 51 Ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Lingkungan Hidup bagi kawasan industri dan kawasan pemrosesan ekspor;
2- Telah ada keputusan yang menyetujui hasil penilaian laporan analisis mengenai dampak lingkungan hidup proyek penanaman modal untuk pembangunan dan pengusahaan prasarana kawasan industri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3- Memiliki izin lingkungan hidup atau izin lingkungan hidup komponen sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Draf tersebut dengan jelas menyatakan bahwa otorisasi harus dibuat secara tertulis. Otorisasi harus menetapkan batas waktu dan dinyatakan secara spesifik dalam dokumen otorisasi.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)