Kaohsiung tidak hanya terkenal sebagai pusat industri dan pelabuhan penting, tetapi bagi saya, kota ini juga membuat saya terkesan dengan cara pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk membangun lingkungan hidup yang ramah dan beradab.
Di kereta di Kaohsiung.
Salah satu demonstrasi paling jelas tentang kesadaran diri masyarakat Kaohsiung (Taiwan - Cina) adalah cara mereka menggunakan sistem transportasi umum, terutama kereta bawah tanah dan trem.
Tidak ada petugas tiket. Orang-orang membeli tiket sendiri menggunakan kartu magnetik atau koin di mesin tiket otomatis. Sistem ini jelas bergantung pada kejujuran dan disiplin diri para pengguna.
Disiplin diri
Sistem seperti itu – seperti yang diterapkan di banyak kota di Australia seperti Melbourne – tentu akan menghemat biaya kepegawaian. Dan yang lebih penting: sistem ini akan menciptakan budaya komunitas yang progresif di mana setiap orang merasa bertanggung jawab secara pribadi. Sistem ini juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan, yang merupakan elemen kunci dalam membangun masyarakat modern dan beradab.
Tak hanya berhenti di sistem transportasi, pemerintah Kaohsiung juga berfokus pada penciptaan ruang publik bagi masyarakat. Salah satu tempat yang paling menonjol adalah area Dermaga 2. Dulunya merupakan area gudang tua dengan jejak industri yang kuat, kini telah disulap menjadi ruang seni yang kreatif dan dinamis.
Gudang tepi laut Kaohsiung menjadi galeri seni.
Dermaga 2 bukan hanya tempat bagi warga dan wisatawan untuk menikmati keindahannya, tetapi juga destinasi untuk menemukan karya seni. Jalan setapak di tepi sungai yang lebar menghadirkan suasana yang menyenangkan, sementara toko-toko kerajinan dan ruang seni menginspirasi kreativitas tanpa batas. Hangatnya sinar matahari dan cuaca yang menyenangkan di akhir Maret ini semakin meningkatkan rasa rileks, dan saya merasakan kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat.
Pertukaran budaya
Dermaga 2 adalah tempat yang sarat dengan semangat seni. Dan mungkin juga merupakan persimpangan budaya. Toko-toko dan karya seni di sini mewakili keragaman, mulai dari gaya Amerika dengan miniatur "Transformer" hingga pasar burung tradisional dengan pengaruh Asia yang kuat. Mungkinkah ini menjadi ruang bagi penduduk lokal dan pengunjung internasional untuk berinteraksi? Dengan demikian, dapatkah ini memperkaya kehidupan budaya kota ini?
Keberagaman tidak hanya diungkapkan melalui barang dan seni, tetapi juga melalui masyarakat di sini – sebuah komunitas terbuka, siap menyambut semua budaya, menciptakan daya tarik khusus bagi kota selatan Taiwan.
Kaohsiung jelas merupakan contoh yang memadukan kemajuan industri dengan kualitas hidup. Mungkin perumahan di sini juga patut dibahas. Area tempat saya tinggal, termasuk apartemen bergaya Airbnb, penuh dengan gedung-gedung tinggi, tetapi tidak ada pusat kota atau ruang terbuka seperti Dermaga 2 - Ben Song 2. Gedung-gedungnya tidak tinggi, yang tertinggi hanya 10 lantai.
Tampaknya kota terbesar kedua di Taiwan ini bukan hanya tempat untuk tinggal secara normal, tetapi juga tempat untuk merasakan dan menikmati nilai-nilai kebersamaan dan kasih sayang. Namun, yang benar-benar saya hadapi—meskipun orang-orang di Kaohsiung sangat antusias—adalah kendala bahasa: tidak banyak orang yang bisa berbahasa Inggris—bahasa internasional, termasuk anak muda!
Sumber: https://nld.com.vn/vai-net-ve-cuoc-song-o-cao-hung-196250324160337705.htm
Komentar (0)