Negosiasi dan penandatanganan FTA Thailand telah terhenti belakangan ini. (Sumber: The Nation) |
Wakil Menteri Perdagangan Thailand Napintorn Srisunpang baru-baru ini mengatakan bahwa Kementerian sedang mempromosikan negosiasi untuk menandatangani lebih banyak perjanjian perdagangan bebas (FTA) baru pada tahun 2024.
Menurut Bapak Napintorn, Kementerian Perdagangan Thailand akan mempercepat penyelesaian perjanjian dan bertujuan untuk menandatangani dua perjanjian lagi sebelum tahun 2025, termasuk FTA yang ditandatangani dengan Korea Selatan dan FTA dengan Bhutan.
Pada tahun 2023, Kementerian Perdagangan Thailand akan berfokus pada peningkatan ekspor, pengendalian inflasi, dan pengelolaan harga. Wakil Menteri Perdagangan mengatakan bahwa mandeknya negosiasi dan penandatanganan FTA juga disebabkan oleh dampak pemilihan umum yang berlangsung pada Mei 2023 dan lambatnya pembentukan pemerintahan baru.
Dalam tiga bulan singkat sejak pemerintahan baru menjabat pada September 2023, Menteri Perdagangan Phumtham Wechayachai telah mengumumkan kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan biaya hidup dan meningkatkan hubungan dengan mitra dagang, terutama Tiongkok. Namun, yang menjadi sorotan adalah penyesuaian harga gula.
Sasaran kementerian pada tahun 2024 adalah menstabilkan harga komoditas sepanjang tahun, dengan tujuan mengurangi biaya hidup keseluruhan sekitar 30 miliar baht ($850 juta), sekaligus menciptakan kekayaan tambahan bagi perekonomian senilai sekitar 150 miliar baht ($4,3 miliar).
Pada saat yang sama, Kementerian Perdagangan berupaya keras mencapai target peningkatan nilai ekspor sebesar 2%, memastikan harga yang wajar bagi konsumen dan produsen tetap menjadi tugas utama.
Mengingat pentingnya ekspor dalam mendorong perekonomian Thailand, upaya untuk bekerja sama dengan sektor swasta guna meningkatkan ekspor dan mengurangi hambatan perdagangan sangatlah penting, ujar Bapak Napintorn. Salah satu instrumen kunci, mengingat banyaknya risiko eksternal, adalah negosiasi FTA.
Hal ini dianggap sebagai kebijakan utama pemerintah yang dipimpin oleh Perdana Menteri Srettha Thavisin. Bapak Srettha telah berulang kali menekankan bahwa terbatasnya partisipasi Thailand dalam negosiasi FTA telah membuat negara tersebut tertinggal jauh dari para pesaingnya. Oleh karena itu, isu ini akan menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam hubungannya dengan negara-negara lain.
Saat ini, Thailand telah menandatangani 14 FTA bilateral dan multilateral dengan 18 negara dan wilayah, termasuk 9 negara di ASEAN, Cina, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, India, Peru, Chili, dan Hong Kong (Cina).
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)