Wakil Menteri Kesehatan Do Xuan Tuyen menegaskan bahwa baru-baru ini, terutama setelah pandemi Covid-19, terjadi kelangkaan obat dan perbekalan kesehatan di beberapa unit dan daerah, tetapi hal itu hanya terjadi secara lokal, pada waktu dan unit tertentu, tidak semuanya. Mengambil contoh survei Rumah Sakit Pusat Hue, Bapak Tuyen mengatakan bahwa unit ini menegaskan tidak ada kelangkaan obat dan perbekalan kesehatan.
Wakil Menteri Kesehatan Do Xuan Tuyen mengatakan, untuk melaksanakan pengadaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan di fasilitas kesehatan bergantung pada dua faktor: pertama, penyempurnaan kelembagaan (dokumen perundang-undangan, keputusan, surat edaran) yang terkait dengan pengadaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan; pengorganisasian pelaksanaan di daerah, unit, dan fasilitas kesehatan.
Sistemnya sudah lengkap, tetapi implementasinya di tingkat daerah, unit, dan fasilitas masih bermasalah, sehingga ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan belum memadai. Misalnya, apakah daerah memiliki alokasi anggaran? Apakah proses pemilihan kontraktor dijamin memenuhi persyaratan? Bagaimana cara memilih kontraktor, dan setelah ditemukan, apakah kontraktor tersebut akan memasok obat dan perbekalan kesehatan? - Wakil Menteri Kesehatan menganalisis.
Menyadari permasalahan tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengusulkan solusi, khususnya memberikan konsultasi kepada Majelis Nasional dan Pemerintah, serta berkoordinasi dengan Kementerian terkait untuk menerbitkan Surat Edaran, Keputusan, dan Undang-Undang.
Menurut otoritas, pada tahun 2023, Kementerian Kesehatan telah menyarankan Pemerintah untuk menyerahkan Resolusi 80 kepada Majelis Nasional, sebuah Resolusi yang sangat penting mengenai masalah nomor registrasi obat otomatis. Berdasarkan hal ini, Resolusi tersebut akan dimasukkan ke dalam rancangan Undang-Undang Farmasi (yang telah diamandemen) yang diharapkan akan diajukan untuk disetujui pada bulan Oktober. Jika dilaksanakan dengan baik, reformasi administrasi akan dilakukan dalam penerbitan sertifikat perpanjangan registrasi obat.
Selain itu, Resolusi Pemerintah Nomor 30 tentang kelanjutan penerapan solusi untuk menjamin ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis juga telah menyelesaikan berbagai kesulitan dan hambatan. Bersamaan dengan itu, Kementerian Kesehatan telah berkonsultasi dan mengajukan kepada Majelis Nasional untuk mengesahkan Undang-Undang tentang Pemeriksaan dan Perawatan Medis (amandemen) yang akan berlaku mulai 1 Januari 2024.
Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan dan Investasi untuk mengajukan Undang-Undang tentang Lelang; berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk mengajukan Undang-Undang tentang Harga. Setelah Undang-Undang tersebut diimplementasikan, Kementerian Kesehatan terus menerbitkan dokumen pelaksanaan Undang-Undang tentang Pemeriksaan dan Perawatan Medis; berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan dan Investasi untuk menerbitkan Surat Edaran tentang pemeriksaan dan perawatan medis. Kementerian juga secara proaktif menerbitkan Surat Edaran berdasarkan Undang-Undang yang mengatur bidang pengadaan alat kesehatan; daftar obat yang dilelang secara terpusat; peraturan tentang lelang obat di fasilitas medis; Kementerian telah memberikan instruksi khusus tentang langkah-langkah pengembangan, prosedur, dll.
Kementerian Kesehatan juga berkoordinasi dengan berbagai unit untuk menyelesaikan dua rancangan undang-undang yang sangat penting: Undang-Undang Farmasi (revisi) dan Undang-Undang Asuransi Sosial (revisi), yang diharapkan akan diajukan ke Majelis Nasional pada Oktober 2024. Jika Undang-Undang Farmasi (revisi) disahkan, Kementerian akan mengajukan lima kebijakan. Pada dasarnya, semua kebijakan tersebut akan mereformasi prosedur administratif secara signifikan sesuai permintaan Perdana Menteri untuk mempercepat proses pemberian sertifikat registrasi obat. Dengan demikian, terciptalah kondisi yang memungkinkan pelaku usaha dan badan usaha untuk mengimpor obat.
Dokumen tersebut juga memiliki banyak poin baru yang menonjol seperti: memperbolehkan penggunaan 1 kuotasi atau memperbolehkan diambilnya kuotasi tertinggi yang sesuai dengan kemampuan finansial, keahlian, dan kebutuhan unit, lokasi, dan fasilitas medis (sebelumnya harus ada 3 kuotasi).
Selain itu, lelang dilakukan dalam hal-hal yang sifatnya mendesak untuk menjaga kelangsungan kegiatan pengeluaran rutin; Undang-Undang Lelang dilaksanakan dalam hal penanganan pasien dalam kondisi darurat sesuai ketentuan Undang-Undang Pemeriksaan dan Pengobatan Medis (apabila ada), meliputi paket lelang untuk barang/jasa konsultasi, barang/jasa nonkonsultasi, obat-obatan, bahan kimia, bahan uji, alat kesehatan, komponen, aksesoris, kendaraan, konstruksi dan instalasi karena kebutuhan yang sifatnya mendadak, tidak ada barang pengganti dan wajib guna menjamin kesehatan dan keselamatan jiwa pasien; fasilitas pelayanan kesehatan diperbolehkan mengajukan opsi pembelian obat untuk segera membeli sampai dengan 30% dari jumlah yang belum tersedia sesuai kontrak.
[iklan_2]
Sumber: https://kinhtedothi.vn/bo-y-te-de-ra-giai-phap-khac-phuc-tinh-trang-thieu-thuoc.html
Komentar (0)