Nyonya Sau, sang juru masak, berambut abu-abu, tetapi senyumnya selalu sehangat matahari sore. Sup mi sapi pedasnya tak tertandingi: semur dagingnya empuk, serai harum, cabainya merah menyala namun manis, sama sekali tidak tajam. Kuahnya bening dan kaya rasa, dan setelah sekali suap, Anda akan mengingatnya selamanya.
Suatu hari, seekor tikus sawah bernama Khoang mengunjungi restoran itu. Setelah makan, ia memuji: "Nyonya Sau, hidangan ini tidak seperti sup mi sapi Hue , juga bukan pho sapi, dan tentu saja tidak seperti mi pedas Korea. Apa ini?"
Bu Sau hanya tersenyum: "Ini sup mi sapi pedas Bac Lieu . Pedas tapi tidak pedas, asin tapi tidak keras. Persis seperti karakter orang pesisir, Nak."
Paman Khoang berpikir: "Jadi apa istimewanya hidangan ini sehingga orang-orang terus datang kembali?"
Nyonya Sau memandang ke arah sungai dan perlahan berkata: "Itulah jiwanya. Setiap potong daging sapi dimarinasi dengan kenangan padang rumput Barat, setiap cabai ditanam dengan keringat orang-orang di bawah terik matahari. Semangkuk mi lezat bukan hanya karena rempah-rempahnya, tetapi karena pemakannya dapat merasakan cinta pedesaan."
Kisah ini sampai ke telinga Tuan Cu Trang, pemilik restoran mewah di kota yang selalu mencari hidangan baru untuk dijual. Ia pergi ke restoran Nyonya Sau dan meminta resepnya. Nyonya Sau tidak menyembunyikannya dan membagikan semuanya. Namun, ketika ia pulang untuk mencoba memasak, rasanya masih... kurang. Meskipun ia menggunakan daging sapi asing, kaldu impor, restoran ber-AC, dan Wi-Fi lengkap, para pelanggan hanya bisa menghela napas: " Ya... mirip, tapi kenapa saya tidak ingat!"
Suatu hari, toko Bu Sau tutup. Ia berkata: "Saya sudah tua, saya ingin pensiun. Tapi hidangan ini tidak boleh mati!"
Ia mewariskan profesinya kepada cucunya, Nhi, yang baru saja lulus dari sekolah pariwisata . Nhi masih muda, cerdas, memiliki Fanpage, klip TikTok, mengambil foto-foto artistik mangkuk mi, dan bercerita tentang neneknya dan perjalanan sup mi sapi pedas di setiap daerah di Bac Lieu.
Maka hidangan itu pun kembali hidup. Tak hanya hidup, tetapi menyebar. Namun, Ibu Nhi tidak menyebutnya "menginovasi hidangan", melainkan "melestarikan jiwa hidangan tersebut sesuai dengan perkembangan zaman".
Pelajaran yang dipetik: Setiap hidangan daerah bukan sekadar kombinasi bahan-bahan, tetapi kristalisasi tanah, orang, kenangan, dan emosi.
Jika ingin mengembangkan wisata kuliner, jangan hanya menanyakan resepnya. Tanyakan dari mana asal jiwa hidangan tersebut.
Seperti sup mi sapi pedas Bac Lieu: pedas memang rasanya, tapi cinta adalah sisa rasa yang membekas. Maka, di dunia yang ramai ini, masih ada semangkuk mi hangat, tak hanya untuk dimakan, tapi juga untuk mengenang rumah!
Le Minh Hoan (diadaptasi)
Sumber: https://baocamau.vn/cau-chuyen-ngu-ngon-bun-bo-cay-va-bai-hoc-giu-hon-que-a76563.html










Komentar (0)