Konon, kesuksesan dalam karier apa pun tak dapat menutupi kegagalan dalam mendidik anak. Oleh karena itu, bagi orang tua, mendidik anak adalah prioritas utama. Sebagai orang tua, kita patut bertanya pada diri sendiri, berapa poin yang telah kita raih dalam mendidik anak? Jika mendidik anak adalah pekerjaan rumah, berapa nilai yang akan kita dapatkan?
Dalam proses membesarkan anak Anda, pernahkah Anda memperhatikan tanda-tanda berikut pada anak Anda? Jika ya, itu berarti pola asuh Anda sangat berhasil dan anak Anda telah menang sejak dini!

Ilustrasi
1. Anak-anak dapat mengambil tanggung jawab
Seseorang berkata: "Putri saya pergi keluar dengan anak laki-laki tetangga, bercanda, dan dikejar. Putri saya berlari secepat mungkin dan bersembunyi dengan aman di rumah, tetapi anak laki-laki yang satunya tertangkap dan dimarahi. Saya mendengar cerita itu dan berkata kepada putri saya: Sekarang kamu mengajak adikmu bermain, cari masalah, lalu kabur, meninggalkannya sendirian, ini perilaku yang tidak bertanggung jawab. Putri saya menangis dan ragu-ragu untuk waktu yang lama, tetapi akhirnya berlari keluar untuk meminta maaf kepada orang tersebut dan membawa adiknya pulang."
Pendidikan yang tepat waktu dari seorang ayah telah membantu anak-anak belajar bertanggung jawab. Karakter ini bukan bawaan lahir, melainkan terbentuk selama proses pendidikan. Untuk menumbuhkan kualitas ini pada anak, orang tua pertama-tama harus tegas untuk tidak memanjakan mereka, membiarkan anak-anak belajar mengurus diri sendiri dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka sendiri. Misalnya, biarkan anak-anak membersihkan kamar mereka sendiri, mencuci kaus kaki kotor mereka sendiri, dan menyelesaikan pekerjaan sekolah mereka sendiri. Jika anak-anak melakukan hal-hal ini secara teratur dan perlahan-lahan terbiasa, mereka tidak akan lagi merasa bergantung dan rasa tanggung jawab akan terbentuk secara alami.
2. Anak-anak mengikuti aturan
Seorang ibu yang sangat "cerdas", dalam beberapa kasus di mana ia harus mengantre, ia sering mendesak putranya untuk memotong antrean agar tidak menunggu terlalu lama. Namun, setelah anak tersebut masuk taman kanak-kanak, guru meminta semua anak untuk berbaris mengambil barang. Anak itu jelas bukan yang pertama datang, tetapi ingin menjadi yang pertama, tentu saja tidak diizinkan sehingga ia mulai menangis. Saat bermain dengan mainan, anak ini juga mengambil mainan anak lain, jika tidak, ia akan memukulnya. Seiring berjalannya waktu, anak itu "terisolasi" oleh teman-temannya, semua orang ingin menjauhinya.
Ada pepatah yang berbunyi begini: Mereka yang mengabaikan aturan pada akhirnya akan menanggung akibatnya. Beberapa anak selalu menganggap aturan tidak penting, membuang sampah sembarangan, merusak fasilitas umum, bahkan membuat keributan di tempat ramai, dll. Meskipun ini adalah perilaku anak-anak, hal ini juga secara langsung menunjukkan kegagalan orang tua mereka dalam mendidik mereka.
Setiap orang tua akan menghadapi berbagai masalah dalam perkembangan anak mereka. Disarankan untuk menetapkan beberapa aturan sejak dini agar proses pembelajaran menjadi lebih mudah.
3. Anak-anak dapat mengekspresikan banyak emosi yang berbeda di hadapan Anda.
Umumnya, semakin dekat Anda dengan seseorang, semakin mudah Anda mengekspresikan emosi di hadapannya. Demikian pula, jika anak merasa aman dan tenteram secara psikologis bersama orang tuanya, mereka akan berani mengekspresikan berbagai emosi, terutama emosi negatif seperti marah, sedih, dan sebagainya.
Jika seorang anak jarang menunjukkan emosi di depan orang tuanya, atau hanya menunjukkan jenis emosi tertentu, hal itu menunjukkan adanya kesalahan dalam hubungan antara orang tua dan anak. Oleh karena itu, para ibu tidak boleh menyalahkan anak-anak mereka karena kehilangan kesabaran, dan juga tidak boleh menganggap anak-anak yang suka bertingkah manja adalah anak yang manja. Pada saat ini, Anda perlu mengajari anak-anak Anda cara mengendalikan emosi agar mereka dapat memiliki keterampilan komunikasi yang optimal.
4. Datang kepadamu ketika kamu memiliki dilema
Dalam psikologi, terdapat semacam "keterikatan aman", di mana seseorang memiliki objek yang tepercaya dan terikat, dengan keyakinan bahwa orang tersebut akan mendukung mereka dalam situasi apa pun. Tentu saja, pada tahap awal kehidupan seorang anak, orang tua adalah objek ideal tersebut.
Banyak orang tua beranggapan bahwa ketika anak menghadapi masalah dan dapat menyelesaikannya sendiri, kemandirian mereka akan terlatih. Hal ini memang benar, tetapi belum tentu demikian. Faktanya, banyak masalah yang dihadapi anak dalam proses tumbuh kembangnya berada di luar kemampuan mereka untuk memahami dan memecahkannya.
Jika reaksi pertama anak Anda adalah tidak mencari bantuan dari Anda ketika masalah-masalah ini muncul atau mencoba menyelesaikannya sendiri, terkadang hal itu bukan karena peningkatan kemandirian, melainkan karena Anda, sebagai orang tua, kurang berhasil berkomunikasi dengan anak Anda. Ketika anak Anda meminta bantuan, Anda tidak boleh bersikap tidak sabar atau mencela, tetapi berusahalah sebaik mungkin untuk membantu anak Anda memecahkan masalahnya.
5. Anak-anak tidak diberi label
Misalnya, anak itu terlambat hari ini: "Kenapa kamu malas sekali? Kamu begitu lesu sampai-sampai tidak bisa berbuat apa-apa." Contoh lain, anak itu bernyanyi sumbang: "Kamu benar-benar tidak punya bakat seni; Kamu tidak cocok belajar menyanyi." Atau ketika anak itu berjalan di trotoar dengan sangat gugup, orang tuanya berkata, "Kamu pengecut sekali."
Orang tua seringkali tidak menyadari bahwa memarahi, mengkritik, mengkhawatirkan, dan mengecewakan anak tidak hanya membuat mereka merasa sedih ketika dimarahi atau dihakimi, tetapi bahkan lebih. Hal-hal tersebut akan memberikan efek sugestif pada anak, menyebabkan mereka bertindak atau menjadi seperti itu tanpa disadari. Hal-hal tersebut ibarat benih yang ditanam dalam jiwa anak, yang akan tumbuh dan terkadang menjadi kepribadian anak yang sesungguhnya.
Beberapa psikolog percaya bahwa banyak sekali anak yang mengembangkan kebiasaan buruk seiring waktu akibat kesalahan penilaian orang tua mereka, dan pada akhirnya akan menjadi seperti yang dikatakan orang tua mereka. Label yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka di masa kecil akan terus mereka bawa sepanjang hidup mereka. Trauma akibat dihakimi seringkali jauh lebih parah daripada trauma fisik.
6. Anak-anak didorong untuk melakukan apa yang mereka sukai
Saat mendaftarkan anak Anda untuk les piano, apakah Anda meminta pendapat mereka? Beberapa orang tua tidak mengizinkan anak-anak mereka mengembangkan minat mereka, dan "hobi" yang mereka izinkan untuk anak-anak mereka tekuni sebenarnya adalah impian yang belum mereka wujudkan sendiri. Banyak orang tua tanpa sadar menggunakan anak-anak mereka sebagai alat untuk mewujudkan impian mereka sendiri, tanpa pernah menanyakan apa yang ingin dilakukan anak-anak mereka.
Jika orang tua tidak membiarkan anak-anak mereka menemukan bakat mereka dan memaksa mereka belajar di bidang yang tidak mereka minati, anak-anak akan takut mengecewakan orang tua dan tentu saja akan merasa sangat tertekan dalam proses belajar. Akibatnya, anak harus hidup dalam suasana yang penuh tekanan!
Tugas orang tua adalah membimbing anak-anaknya, bukan memutuskan untuk mereka. Orang tua seharusnya membiarkan anak-anaknya bebas memilih apa yang ingin mereka lakukan, sekaligus secara bertahap membantu mereka memantapkan dan mengidentifikasi apa yang benar-benar mereka sukai dan apa yang penting bagi masa depan mereka. Bayangkan, apakah Anda ingin anak-anak Anda menjadi seperti Anda, melakukan pekerjaan yang tidak mereka sukai, ingin berhenti tetapi tidak berani, malah menggantungkan harapan pada generasi berikutnya? Bukankah ini lingkaran setan?
3 Jenis Keluarga Beracun yang Membuat Anak Rentan Depresi
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)