Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Độc lập - Tự do - Hạnh phúc

HALO CINTA Ayahku dan musim banjir

Musim banjir tahun ini datang lebih awal. Bahkan belum akhir Juli, tetapi hujan sudah turun deras. Hujan deras telah turun selama berhari-hari, membanjiri jalan-jalan dan gang-gang desa. Sungai kecil yang mengalir di sepanjang tepi desa telah berubah menjadi banjir berlumpur. Jalan menuju sekolah telah menjadi jalan setapak yang tergenang, dengan lumpur setinggi mata kaki, dan di beberapa tempat setinggi lutut.

Báo Đồng NaiBáo Đồng Nai30/07/2025

Di sudut desa kecil, seorang pria kurus berkulit gelap menggendong anaknya di punggungnya, mengarungi air berlumpur untuk mengantarnya ke sekolah. Kemeja tuanya telah pudar, bahunya basah kuyup, tangannya menggenggam erat sandal plastiknya, berjalan perlahan namun pasti di tengah derasnya banjir yang mengalir di jalan. Tak seorang pun berkata apa-apa, tetapi semua orang terdiam ketika melihat pemandangan itu. Sang ayah diam-diam memikul sebuah mimpi di punggungnya—mimpi menyekolahkan anaknya di tengah musim banjir.

Di pedesaan kumuh ini, musim banjir telah menjadi pengalaman yang menghantui. Namun, seiring banjir, selalu terbayang ayah dan ibu yang berjuang tanpa suara melawan bencana alam demi menjaga ritme kehidupan keluarga. Orang-orang sering berbicara tentang ibu yang berhati besar, tetapi ayah yang membungkukkan badan, mengarungi lumpur dengan kaki, memikul beban di pundak, juga menyimpan cinta yang mendalam tanpa kata. Musim banjir tak hanya menghanyutkan sampah dan lumpur, tetapi juga dapat menelan mimpi anak-anak jika tak ada bahu ayah yang menopang. Di sini, bukan sekadar kata-kata penyemangat dan penghiburan sederhana seperti "anak baik, aku sayang kamu" atau "kamu harus rajin belajar", tetapi perjalanan para ayah yang menggendong anak-anak mereka menyeberangi sungai dan lumpur menuju sekolah telah menjadi begitu akrab. Dan bagi para ayah, setiap tindakan, setiap perbuatan untuk anak-anak mereka selalu lebih penting daripada apa pun.

Banyak orang bertanya: "Ketika banjir datang, jalanan terendam semua, mengapa tidak membiarkan anak-anak libur sekolah beberapa hari untuk menunggu air surut?" tetapi ayah saya hanya tersenyum lembut: "Jika saya libur sehari, ilmunya akan tetap ada setelah sehari..." - alasan sederhana yang membuat saya terharu. Impian orang tua saya di pedesaan tidaklah besar, mereka hanya ingin anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak, pekerjaan yang mapan, dan meninggalkan hari-hari mencari nafkah yang keras dan berlumpur. Demi impian itu, ayah saya rela basah kuyup di tengah hujan, mengarungi air dingin agar anak-anaknya bisa bersekolah setiap hari. Bagi anak-anaknya, ia telah menjelma menjadi jembatan kokoh yang menghubungkan daerah banjir dan impian akan ilmu pengetahuan di sekolah kecil mereka.

Di kota, putri sulungnya kini telah bekerja. Setelah bertahun-tahun jauh dari rumah, ia masih tak bisa melupakan kenangan ayahnya yang menggendongnya ke sekolah setiap hari, terkadang melintasi lumpur licin, terkadang mengarungi sungai di musim lumpur. Punggung kurus, kaki pecah-pecah, dan mata ayahnya selalu terpatri dalam ingatannya.

Tahun ini, musim banjir datang lebih awal, dan gadis itu kembali gelisah. Ia lebih sering menelepon ke rumah, mengikuti perkembangan cuaca di kota kelahirannya setiap hari. Mendengar kabar hujan deras di wilayah Tengah saja sudah membuat jantungnya berdebar kencang. "Ayah dan Ibu baik-baik saja?" adalah pertanyaan yang selalu ia ajukan di awal setiap panggilan telepon, dan seperti biasa, ayahnya hanya tersenyum tipis: "Semuanya baik-baik saja di rumah, jangan khawatir..." Namun ia tahu bahwa apa pun yang terjadi di rumah, ayahnya akan menyembunyikannya, takut ia akan khawatir. Meskipun hujan deras dan angin kencang, dan jalan pulang tergenang air, ayahnya tetap berkata: "Tidak apa-apa, hanya sedikit air."

Tadi malam, putrinya kebetulan melihat foto daring ayahnya yang menggendongnya ke sekolah di jalanan berlumpur, airnya sampai ke celana, dan air mata tiba-tiba menggenang di matanya. Tinggal jauh dari rumah, di kota yang bising dan ramai, ia hanya bisa meluapkan kerinduannya dengan panggilan telepon dan pesan singkat yang tergesa-gesa: "Ayah, jaga kesehatanmu...".

Banjir akan surut, jalan-jalan desa akan mengering, tetapi ada kenangan yang akan abadi, seperti sosok ayahku yang berjuang di tengah banjir, mata ibuku yang diam menanti di balik gerbang kecil, dan cinta tanah air yang meresap ke dalam setiap air keperakan, jauh ke dalam hati. Dan sejauh apa pun aku melangkah, sesukses atau sesibuk apa pun aku, sekadar mendengar kabar datangnya musim banjir saja sudah membuat hatiku pedih: rindu orang tua, rindu kampung halaman—tempat musim banjir dan bahu yang sunyi dan kokoh.

Halo sayang, musim ke-4 bertema "Ayah" resmi diluncurkan pada 27 Desember 2024 melalui empat media cetak dan infrastruktur digital Surat Kabar Dong Nai , Radio, dan Televisi, dengan janji akan membawa nilai-nilai indah cinta kasih seorang ayah yang suci dan mulia kepada masyarakat.
Silakan kirimkan kisah-kisah menyentuh Anda tentang Ayah ke Surat Kabar, Radio, dan Televisi Dong Nai melalui artikel, perasaan, puisi, esai, klip video , lagu (dengan rekaman),... melalui email baodientudno@gmail.com, Departemen Surat Kabar Elektronik dan Konten Digital, Surat Kabar, Radio, dan Televisi Dong Nai, No. 81, Dong Khoi, Kecamatan Tam Hiep, Provinsi Dong Nai, nomor telepon: 0909.132.761. Batas waktu penerimaan artikel adalah mulai sekarang hingga 30 Agustus 2025.
Artikel berkualitas akan diterbitkan, dibayar royalti, dan diberi penghargaan di akhir topik dengan 1 hadiah khusus dan 10 hadiah luar biasa.
Mari kita lanjutkan menulis cerita tentang Ayah dengan "Hello Love" musim ke-4, agar cerita tentang Ayah dapat menyebar dan menyentuh hati semua orang!

Sumber: https://baodongnai.com.vn/van-hoa/202507/chao-nhe-yeu-thuong-ba-toi-va-mua-nuoc-lu-63006db/


Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

21 putaran tembakan meriam, membuka parade Hari Nasional pada tanggal 2 September
10 helikopter mengibarkan bendera Partai dan bendera nasional di atas Lapangan Ba ​​Dinh.
Kapal selam dan fregat rudal yang megah memamerkan kekuatan mereka dalam parade di laut
Lapangan Ba ​​Dinh menyala sebelum dimulainya acara A80

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

No videos available

Berita

Sistem Politik

Lokal

Produk