Undang-Undang Lembaga Perkreditan yang disahkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat pada tanggal 18 Januari 2024, secara resmi mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2024.

Undang-undang baru ini memiliki beberapa perubahan yang sangat penting, termasuk penyesuaian rasio kepemilikan pemegang saham, pemegang saham, dan orang yang terkait dengan pemegang saham, khususnya:

Mengurangi rasio kepemilikan saham maksimum pemegang saham institusional dari 15% menjadi 10%; mengurangi rasio kepemilikan saham maksimum pemegang saham dan orang-orang yang terkait dengan pemegang saham tersebut dari 20% menjadi 15%; melengkapi peraturan bagi pemegang saham yang memiliki 1% atau lebih dari modal dasar yang harus mengungkapkan informasi; melengkapi sejumlah kelompok orang yang terkait dengan lembaga kredit untuk memastikan kejelasan dalam mengidentifikasi orang-orang yang terkait... untuk berkontribusi dalam membatasi dan mencegah kepemilikan silang dan kepemilikan yang memiliki sifat mendominasi operasi lembaga kredit.

Oleh karena itu, kepemilikan saham yang melebihi batas yang ditentukan dan kepemilikan silang dalam sistem lembaga perkreditan telah ditangani secara bertahap. Situasi pemegang saham besar/kelompok pemegang saham yang memanipulasi dan mendominasi bank telah diatur untuk dihilangkan dan dibatasi.

Menurut laporan Bank Negara yang dikirim ke Majelis Nasional pada Sidang ke-7 Majelis Nasional ke-15, kepemilikan saham yang melampaui batas dan kepemilikan silang antara lembaga kredit, lembaga kredit dan perusahaan olahan telah menurun secara signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Namun demikian, penanganan permasalahan kepemilikan yang melampaui batas yang ditentukan dan kepemilikan silang masih sulit dilakukan apabila pemegang saham utama dan orang-orang yang terkait dengan pemegang saham utama secara sengaja menyembunyikan atau meminta orang/organisasi lain untuk mewakili mereka dalam kepemilikan saham guna menghindari ketentuan perundang-undangan, sehingga mengakibatkan lembaga perkreditan tersebut dikuasai oleh pemegang saham tersebut, yang berpotensi menimbulkan risiko beroperasi tanpa publisitas dan transparansi.

W-PVcombank (18).jpg
Ilustrasi: Tung Doan

Bank Negara menyatakan bahwa ke depannya, pihaknya akan terus memantau keamanan operasional lembaga perkreditan melalui pemeriksaan permodalan, kepemilikan saham lembaga perkreditan, penyaluran kredit, investasi, dan penyertaan modal. Apabila ditemukan risiko atau pelanggaran, lembaga ini akan mengarahkan lembaga perkreditan untuk menangani permasalahan yang ada guna mencegah risiko.

Apabila ditemukan indikasi tindak pidana, maka Bank Indonesia akan mempertimbangkan untuk melimpahkan kasus tersebut kepada kepolisian guna dilakukan penyidikan dan klarifikasi terhadap setiap pelanggaran hukum (jika ada) untuk selanjutnya dilakukan penanganan.

Di samping itu, dalam rangka pelaksanaan rencana pemeriksaan Bank Negara tahun 2023, tim pemeriksa Badan Pengawas Perbankan dan Perbankan memfokuskan pemeriksaan terhadap isi rasio kepemilikan saham; pembelian dan pengalihan saham bank; pemberian kredit kepada nasabah/kelompok nasabah besar (pinjaman, jaminan, L/C, investasi obligasi korporasi).

Bank Negara Vietnam mengatakan akan terus memasukkan pemeriksaan kegiatan pengalihan dan kepemilikan saham dan saham yang dapat mengarah pada akuisisi dan pengendalian lembaga kredit dalam rencana pemeriksaan 2024.

Sebelumnya, pada tahun 2017, ketika Undang-Undang Lembaga Perkreditan diubah dan disahkan oleh Majelis Nasional, undang-undang tersebut juga mengubah dan menambah peraturan untuk membatasi kepemilikan pemegang saham utama di banyak lembaga perkreditan, dan untuk membatasi penyalahgunaan jabatan manajer, eksekutif, dan pemegang saham utama dalam menerima kredit dari lembaga perkreditan.

Menentukan kasus-kasus di mana para manajer dan eksekutif lembaga kredit tidak diperbolehkan memangku jabatan rangkap di lembaga kredit dan perusahaan lain; dan menetapkan kasus-kasus di mana mereka ditetapkan sebagai orang-orang yang memiliki hubungan keluarga.

Di samping itu, Bank Negara telah menerbitkan surat edaran terkait, khususnya Surat Edaran 22 Tahun 2019, yang secara khusus mengatur mengenai batasan maksimal pembelian dan kepemilikan saham bank umum dalam rangka memberikan kontribusi dalam membatasi kepemilikan silang antar lembaga perkreditan dan menyempurnakan kerangka hukum dalam kegiatan pemberian kredit.

Undang-Undang Lembaga Perkreditan Tahun 2024 juga memuat sejumlah ketentuan mengenai kredit macet dan penanganan agunan kredit macet lembaga perkreditan dan kantor cabang bank asing, antara lain:

Menjual piutang tak tertagih dan agunan piutang tak tertagih; membeli dan menjual piutang tak tertagih dari organisasi pembelian dan penanganan utang; membeli dan menjual piutang tak tertagih dengan agunan berupa hak guna tanah dan aset yang melekat pada tanah yang terbentuk di masa mendatang; urutan prioritas pembayaran saat menangani agunan piutang tak tertagih...

Sementara itu, Undang-Undang Lembaga Perkreditan Tahun 2024 juga memuat ketentuan peralihan bagi sejumlah perkara yang ketentuan Keputusan Majelis Nasional Nomor 42 tanggal 21 Juni 2017 telah diterapkan namun belum tertuang dalam Undang-Undang Lembaga Perkreditan, sehingga proses penanganan piutang tak tertagih tidak terganggu.