Sang jenius yang pernah terkenal
Sun Tianchang (1994) berasal dari keluarga intelektual di Wuhan (Hubei, Tiongkok). Orang tuanya adalah pegawai negeri sipil dan kakek-neneknya adalah guru. Pendidikan keluarga inilah yang mendorong keinginan Tianchang untuk belajar.
Sejak usia muda, Thien Xuong menunjukkan kecerdasan. Pada usia 8 bulan, ia sudah bisa membaca kata-kata sederhana di judul surat kabar. Di usia hampir 2 tahun, Thien Xuong mengenali 2.000 aksara Mandarin. Di usia 3 tahun, ia sudah hafal lebih dari 280 puisi kuno dan fasih berbahasa Inggris di usia 5 tahun.
Semasa kecilnya, Thien Xuong membaca lebih dari 4.000 buku mulai dari sastra asing, astronomi, lukisan, musik hingga pemrograman, sains dan teknologi, dsb. Selain gemar membaca, ia juga mahir bermain catur, melukis, tenis meja, basket, dan sepatu roda.
Ketika sudah cukup umur untuk masuk taman kanak-kanak, Thien Xuong hanya bersekolah selama 3 hari dan kemudian berhenti. Saat itu, orang tuanya memutuskan untuk tinggal di rumah dan mengajar putra mereka. Pada usia 7 tahun, orang tuanya menyekolahkan Thien Xuong di Sekolah Menengah Pertama Thai Nguyen 2, tetapi karena ilmunya sederhana, setelah hanya 1 minggu bersekolah, ia berhenti dan tinggal di rumah.
Keluarga Thien Xuong percaya bahwa hakikat pendidikan adalah memerdekakan manusia, bukan mengekang mereka. Pembebanan akan menghancurkan masa depan anak, dan sistem ujian akan membuat mereka lelah. Oleh karena itu, berkat didikan orang tuanya, meskipun tidak bersekolah, pada usia 6 tahun, Thien Xuong memenangkan juara pertama dalam kompetisi berbicara bahasa Inggris tingkat kota untuk siswa SMP.
Pada usia 10 tahun, Thien Xuong lulus sertifikasi Bahasa Inggris CET-4, setara dengan jenjang universitas. Selain itu, ia juga memenangkan juara kedua dalam kompetisi fisika nasional pertama untuk remaja dan sangat dihargai oleh ilmuwan Ha To Huu. Ia juga menguasai Analects , Zizhi Tongjian , Shiji, dan karya-karya klasik lainnya. Saat itu, Thien Xuong dikenal sebagai anak ajaib yang terkenal di wilayahnya.
Anak berusia 13 tahun lulus ujian masuk universitas
Pada usia 11 tahun, Thien Xuong bermimpi mengikuti ujian masuk universitas. Untuk memastikan pendidikan yang sistematis, orang tuanya menyekolahkannya di SMA swasta setempat. Menurut ibu Thien Xuong, sekolah inilah yang tepat untuk perkembangan putranya.
Selama dua tahun kuliah di sini, ia menghabiskan lebih dari separuh waktunya belajar mandiri. Pada Juni 2006, ia mengikuti ujian masuk Universitas Tianchang dan memperoleh skor 594,5 poin, tetapi tidak cukup untuk lulus ujian masuk Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok. Ia memutuskan untuk mengulang ujian tersebut dan mengikutinya untuk kedua kalinya.
Kali ini, keluarganya mengirim Thien Xuong ke sekolah unggulan di kota itu, SMA Thai Nguyen 5, untuk mengulang kelas 12. Pada Juni 2007, ia mengikuti ujian masuk universitas untuk kedua kalinya dan memperoleh 659 poin, sehingga masuk dalam daftar kandidat yang diterima di Universitas Tsinghua. Namun, berkat dukungan keluarganya, ia tetap memilih Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok.
Menyelinap pergi setelah kuliah
Masuk universitas pada usia 13 tahun, ia berubah total, mulai bermain-main dan tidak fokus belajar. Karena memiliki banyak bakat, Thien Xuong menghabiskan waktunya untuk hobi alih-alih fokus belajar. Pada usia 18 tahun, Thien Xuong seharusnya sudah lulus universitas atau melanjutkan studinya. Namun, karena ia mengabaikan studinya, ia tidak dapat lulus tepat waktu. Thien Xuong baru lulus dari universitas pada tahun 2013.
Setelah lulus, ia tidak melanjutkan studi magister. Karena IPK-nya yang rendah, Thien Xuong kehilangan banyak kesempatan untuk melanjutkan penelitian pascasarjana. Minatnya yang beragam membuatnya sulit menyeimbangkan studinya, sehingga memengaruhi studinya.
Kini, di usia 30 tahun, ia masih berjuang menemukan tempatnya di masyarakat karena tidak memiliki arah masa depan. Thien Xuong, yang dulunya seorang jenius Tiongkok, terus gagal di masa kuliahnya hingga kini.
Banyak orang percaya bahwa kenyamanan lingkungan pendidikan keluarganyalah yang membuat Thien Xuong tidak mampu beradaptasi setelah masuk universitas. Hal ini menyebabkan "kemunduran tak terbendung" sang anak ajaib yang pernah terkenal di Tiongkok.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)