Bentrokan hebat di Bangladesh pada tanggal 4 Agustus yang menewaskan hampir 100 orang terancam terus berlanjut karena para mahasiswa yang berunjuk rasa menyerukan pawai ke ibu kota Dhaka pada tanggal 5 Agustus, mengabaikan jam malam.
Sebuah toko pakaian terbakar di Dhaka, Bangladesh pada tanggal 4 Agustus. (Sumber: AP) |
Kantor berita Reuters mengutip sebuah saluran berita daring yang melaporkan bahwa pada 5 Agustus, tank-tank tentara dan kendaraan polisi terlihat di jalan-jalan ibu kota Dhaka, sementara pasukan keamanan melakukan patroli jalan kaki. Hampir tidak ada lalu lintas warga sipil, kecuali beberapa sepeda motor dan kendaraan roda tiga.
Sebelumnya pada tanggal 4 Agustus, kantor berita Al Jazeera melaporkan bahwa sedikitnya 91 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam gelombang kekerasan di negara Asia Selatan berpenduduk 170 juta orang itu, ketika polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan puluhan ribu pengunjuk rasa.
Para pengunjuk rasa memblokir jalan raya utama dan bahkan menyerang serta merusak sebuah rumah sakit perguruan tinggi kedokteran di ibu kota Dhaka. Menteri Kesehatan Bangladesh, Samanta Lal Sen, mengecam tindakan tersebut dan menyerukan agar semua pihak menahan diri.
Polisi terpaksa menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan pengunjuk rasa, sementara Kementerian Dalam Negeri Bangladesh mengumumkan jam malam tanpa batas waktu di seluruh negeri, dimulai sejak pukul 6:00 malam tanggal 4 Agustus waktu setempat (7:00 malam waktu Vietnam pada hari yang sama).
Berbicara setelah pertemuan dewan keamanan nasional pada tanggal 4 Agustus, Perdana Menteri Sheikh Hasina mengutuk para pengunjuk rasa karena mengganggu stabilitas negara.
Protes keras telah meletus di Bangladesh sejak Juli, dipimpin oleh kelompok mahasiswa yang menentang kuota pekerjaan negara.
Protes berhenti ketika Mahkamah Agung Bangladesh menghapus sebagian besar kuota, yang memungkinkan lulusan berprestasi untuk melamar 93% pekerjaan pemerintah tanpa batasan kuota. Namun, para mahasiswa telah melakukan protes secara sporadis sejak pekan lalu.
Kerusuhan tersebut memaksa pemerintah Bangladesh untuk menghentikan layanan internet berkecepatan tinggi, sementara platform media sosial Facebook dan WhatsApp tidak tersedia.
Menghadapi situasi ini, pada tanggal 4 Agustus, Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk menyatakan keprihatinannya tentang kekerasan di Bangladesh dan menyerukan dialog antara pemerintah dan pengunjuk rasa.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/bangladesh-dung-do-bao-luc-khien-gan-100-nguoi-tu-vong-chinh-phu-tung-lenh-gioi-nghiem-vo-thoi-han-sinh-vien-bieu-tinh-tiep-tuc-thach-thuc-281412.html
Komentar (0)