Angka-angka "berbicara"
Menurut laporan dari Dinas Pariwisata Hanoi, dalam periode 2022-2024 saja, jumlah wisatawan yang berkunjung ke ibu kota meningkat rata-rata lebih dari 21% per tahun. Hal ini menunjukkan pertumbuhan pariwisata ibu kota yang impresif.
Lebih penting lagi, arus wisatawan mancanegara telah kembali meningkat pesat, meningkat rata-rata lebih dari 81%, sementara wisatawan domestik juga meningkat hampir 12%. Pada tahun 2024, Hanoi menyambut hingga 27,88 juta wisatawan, dengan total pendapatan mencapai hampir 111 triliun VND, berkontribusi sekitar 7,8% terhadap PDB kota. Angka-angka ini merupakan bukti daya tarik dan potensi besar ekonomi pariwisata ibu kota.

Pada tahun 2025, ibu kota Hanoi terus mendapatkan penghargaan dari platform pariwisata bergengsi. TripAdvisor memilih Hanoi sebagai salah satu dari 25 Destinasi Budaya Terkemuka Dunia (peringkat ke-2), 25 Destinasi Terkemuka Dunia (peringkat ke-7), dan bahkan 25 Destinasi Terfavorit Sepanjang Masa (peringkat ke-14). Majalah Time Out juga menempatkan Hanoi di peringkat ke-9 dari 20 kota budaya dan seni paling terkemuka di dunia.
Khususnya, bertepatan dengan Hari Nasional 2 September 2025, selama 4 hari libur, Hanoi menyambut 2,08 juta pengunjung, 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Pendapatan pariwisata juga meroket, mencapai 4.500 miliar VND, meningkat sekitar 80%. Angka-angka ini menjadi bukti kuat daya tarik Ibu Kota, di mana peninggalan sejarah, ruang budaya, dan festival modern berpadu menciptakan daya tarik yang kuat.
Membutuhkan “tulang punggung” yang kuat untuk transformasi digital
Jika pariwisata Hanoi ibarat sebuah mesin, transformasi digital adalah mesin bertenaga yang membantu mesin tersebut beroperasi dengan lancar dan efektif. Kisah ini bukan lagi sekadar teori, melainkan telah dibuktikan oleh sebuah kasus yang khas: peninggalan nasional istimewa Van Mieu - Quoc Tu Giam.

Pasti banyak orang masih ingat gambaran masa lalu yang familiar: antrean panjang orang-orang yang berdiri di bawah terik matahari menunggu tiket kertas, suasana yang semrawut, dan kepadatan penumpang selama liburan. Hal ini menjadi masalah bagi manajemen, dan juga pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pengunjung. Namun, hanya dalam beberapa tahun, semuanya telah berubah. Dengan memelopori penerapan sistem tiket elektronik, Van Mieu - Quoc Tu Giam telah sepenuhnya mengatasi masalah ini. Kini, pengunjung dapat dengan mudah membeli tiket secara daring, membayar melalui berbagai saluran, dan menggunakan kode QR untuk memasuki gerbang. Hal ini tidak hanya mengatasi masalah kemacetan, tetapi juga memberikan manfaat yang luar biasa.
Terlihat bahwa sistem digital telah mengotomatiskan hampir seluruh proses penjualan tiket dan kontrol akses. Hal ini secara signifikan mengurangi biaya pencetakan, manajemen personalia, dan meminimalkan kerugian finansial. Semua transaksi tercatat secara transparan dan instan. Wisatawan tidak perlu lagi membawa uang tunai atau menunggu lama. Mereka dapat mengatur jadwal secara proaktif dan menikmati perjalanan mereka sepenuhnya.
Transformasi digital juga membuka pintu bagi data, yang merupakan salah satu nilai terbesar yang dibawanya. Data dari sistem tiket dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Manajemen dapat mengetahui jumlah pengunjung per jam, hari, bulan; mengetahui kewarganegaraan, bahkan preferensi mereka. Ini adalah "tambang emas" informasi, yang membantu merencanakan strategi pengembangan produk pariwisata secara lebih akurat, efektif, dan ilmiah daripada sebelumnya.

Namun, agar revolusi digital menyebar ke seluruh ibu kota, diperlukan strategi yang lebih luas. Kisah Kuil Sastra hanyalah permulaan. Untuk benar-benar menciptakan "kota wisata pintar", pertama-tama perlu membangun platform digital bersama. Alih-alih setiap destinasi mengembangkan sistemnya sendiri, Hanoi membutuhkan "jaringan" yang saling terhubung di mana semua destinasi, akomodasi, dan layanan terhubung. Platform ini akan bertindak sebagai "poros penghubung" pusat di mana data terpusat, sehingga memudahkan wisatawan untuk merencanakan, memesan layanan, dan membayar hanya dalam satu aplikasi. Hal ini menciptakan ekosistem yang mulus, membantu pengelolaan yang lebih sinkron dan efektif.
Dengan mengumpulkan dan menganalisis data besar dari sistem tiket elektronik, Wi-Fi publik, atau aplikasi perjalanan, kota dapat "mendengarkan" perilaku, minat, dan kebiasaan wisatawan. "Apa yang mereka sukai?", "Ke mana mereka pergi?", "Berapa lama mereka tinggal?" – pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab oleh data. Ini adalah dasar untuk membangun produk pariwisata bagi setiap kelompok sasaran, sehingga meningkatkan efisiensi promosi dan mengoptimalkan pendapatan.

Transformasi digital membutuhkan "tulang punggung" yang kokoh. Hanoi perlu berinvestasi dalam infrastruktur jaringan berkecepatan tinggi, sistem server yang andal, dan terutama keamanan informasi jaringan. Hal ini tidak hanya memastikan kelancaran operasional sistem digital, tetapi juga melindungi data pribadi pengunjung, membangun kepercayaan dan ketenangan pikiran saat mereka menggunakan layanan digital.
Namun, teknologi hanyalah alat, manusialah faktor penentunya. Hanoi perlu menyelenggarakan program pelatihan intensif dan mengembangkan keterampilan digital bagi para manajer dan karyawan di berbagai destinasi wisata. Transformasi digital perlu diintegrasikan ke dalam pemikiran, mulai dari para pemimpin hingga setiap karyawan, untuk menciptakan revolusi yang nyata.
Transformasi digital tidak berhenti pada penggantian tiket kertas dengan kode QR. Transformasi digital merupakan proses transformasi yang komprehensif, mulai dari infrastruktur, institusi, hingga sumber daya manusia, untuk membangun ekosistem pariwisata Hanoi yang cerdas, modern, dan kompetitif.
Pertumbuhan hijau untuk pembangunan berkelanjutan
Seiring dengan kemajuan transformasi digital, Hanoi juga mengidentifikasi transformasi hijau sebagai pilar strategis yang sangat diperlukan untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Hanoi saat ini memiliki banyak "titik terang" untuk pariwisata hijau seperti kawasan ekowisata Ba Vi dan Huong Son dengan lanskap yang kaya dan nilai-nilai religius, atau danau-danau terkenal seperti Hoan Kiem dan Danau Barat tepat di pusat kota.

Namun, untuk benar-benar menjadi "destinasi hijau" yang komprehensif, kota ini perlu memperketat pengelolaan lingkungan, menangani pelanggaran secara ketat, merencanakan ruang pariwisata, dan berinvestasi dalam bentuk pariwisata yang lebih ramah lingkungan. Yang terpenting, perlu ada perubahan kesadaran, mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, hingga setiap wisatawan, untuk bekerja sama membangun industri pariwisata yang bertanggung jawab.
Dengan konsensus pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat, Hanoi sedang menciptakan model pariwisata yang cerdas dan berkelanjutan yang tetap mempertahankan identitas budayanya yang berusia ribuan tahun. Ini bukan hanya revolusi teknis, tetapi juga strategi yang komprehensif dan sinkron, mulai dari kesadaran hingga tindakan, dari institusi hingga infrastruktur, dari sumber daya manusia hingga ekosistem, sehingga Hanoi benar-benar dapat menjadi "kota wisata" terkemuka di kawasan ini, yang menarik dan memikat.
Sumber: Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata
Sumber: http://sodulich.hanoi.gov.vn/ha-noi-xay-dung-he-sinh-thai-so-vi-muc-tieu-tang-truong-xanh.html
Komentar (0)