Saat tiba di komune Nghia Dong, distrik Tan Ky, pada bulan Mei, berjalan di jalan-jalan desa tak lagi melihat hamparan ladang murbei yang hijau dan luas seperti sebelumnya. Yang ada hanyalah deretan tebu dan jagung yang ditanam di musim tanam.
Keluarga Bapak Dao Xuan Nam di Dusun 3 merupakan salah satu keluarga dengan sejarah panjang budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutra di wilayah tersebut. Namun, Bapak Nam telah pensiun dari profesi ini selama lebih dari 2 tahun. Di rumah tersebut, wadah pembiakan ulat sutra tidak lagi digunakan, dan untuk sementara ditempatkan di sudut halaman.
Bapak Nam berbagi: Kami telah menekuni pekerjaan ini selama hampir 20 tahun, dan ini telah menjadi sumber pendapatan utama selama itu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, menanam murbei dan beternak ulat sutera menghadapi banyak kendala, terutama harga dan hasil produksi yang tidak lagi sama seperti sebelumnya. Selain itu, kesehatan pasangan ini semakin menurun, mereka tidak dapat begadang dan bangun pagi, merawat ulat sutera secara teratur, dan anak-anak mereka juga bekerja jauh dan tidak menekuni profesi tersebut, sehingga keluarga ini terpaksa meninggalkan pekerjaan ini, meskipun sangat disayangkan.
Setelah mengatakan itu, Pak Nam menunjuk ke ladang jagung di depan rumahnya dan berkata: Sebelumnya, keluarga ini hanya memiliki 6 sao murbei, sekarang sudah sepenuhnya digantikan oleh jagung dan singkong. Penghasilannya mungkin tidak sebaik dulu, tetapi perawatannya lebih mudah, dan kesehatannya terjamin.
Keluarga Bapak Nam adalah satu dari puluhan rumah tangga di Kelurahan Nghia Dong yang telah meninggalkan usaha budidaya ulat sutera dalam beberapa tahun terakhir. Penyebab utamanya adalah produksi yang tidak stabil dan harga yang menurun. Sebelumnya, harga kokon sempat berfluktuasi antara 130.000-150.000 VND/kg, tetapi selama masa Covid-19, harganya turun tajam menjadi hanya 70.000-80.000 VND/kg. Banyak rumah tangga tidak dapat bertahan karena tingginya biaya perawatan, dan terpaksa berhenti bekerja. Setelah pandemi berlalu, sebagian besar dari mereka beralih menanam pohon baru atau fokus pada peternakan.
Keluarga Ibu Mai Thi Ly adalah salah satu dari sedikit keluarga yang masih menjalankan pekerjaan ini di Kelurahan Nghia Dong. Ibu Ly mengatakan bahwa ia telah menekuni pekerjaan tradisional ini sejak kecil, sehingga ia tidak ingin pekerjaan leluhurnya hilang. Oleh karena itu, ia masih berusaha mempertahankan pekerjaan tersebut. Saat ini, ia masih memelihara 5 sao murbei untuk beternak ulat sutra.
Menurut Ibu Ly, selain alasan harga dan hasil produksi, ada alasan lain yang membuat budidaya ulat sutra kurang menguntungkan di daerahnya, yaitu kualitas daun murbei yang kurang terjamin.
Lebih lanjut, menurut Ibu Ly, setelah banyak rumah tangga kehilangan pekerjaan, ladang murbei digantikan oleh tanaman lain seperti tebu, jagung, singkong, dll. Dalam beberapa tahun terakhir, lahan-lahan alternatif ini terserang penyakit, sehingga masyarakat terpaksa menggunakan pestisida untuk menyemprotnya. Hal ini menyebabkan pestisida terbawa angin melewati ladang murbei. Hal ini menyebabkan ulat sutra mati massal setelah memetik daun murbei untuk dimakan.
"Daun murbei adalah satu-satunya makanan bagi ulat sutra, tidak ada sumber makanan tambahan lainnya. Daun murbei untuk ulat sutra membutuhkan banyak nutrisi, daun berwarna hijau tua, banyak getah, dipetik pada usia yang tepat, dan benar-benar bersih. Pada tahun 2023, daun murbei terkontaminasi pestisida, keluarga tersebut tidak mengetahuinya sehingga mereka tetap memetiknya untuk pakan ulat sutra. Hanya dalam beberapa hari, ulat sutra terinfeksi dan banyak yang mati, mereka tidak dapat menenun kepompong, dan seluruh panen dianggap gagal total...", ungkap Ibu Ly.
Keinginan Ibu Ly beserta keluarga yang masih bertahan dengan profesinya adalah agar daerah ini merencanakan areal tersendiri untuk penanaman murbei, dengan tanah berpasir yang sesuai, dan jarak tertentu dari tanaman lain sehingga masyarakat merasa aman dalam menanam murbei, sambil mempertahankan profesi tradisional ini.
Melalui diskusi, pihak berwenang di komune Nghia Dong menyatakan, "Daerah ini sangat bangga menjadi satu-satunya daerah yang memiliki industri murbei dan ulat sutra di distrik ini. Kualitas sutra di Nghia Dong telah diakui di pasaran selama bertahun-tahun."
Namun, hingga kini, profesi tradisional ini perlahan memudar. Jika sebelum tahun 2020, seluruh komune memiliki sekitar 100 rumah tangga yang menekuni profesi ini, menurut statistik terbaru pada tahun 2024, hanya tersisa 19 rumah tangga. Luas lahan perkebunan murbei yang sebelumnya lebih dari 20 hektar kini telah berkurang lebih dari 50%. Faktor utama yang menyebabkan situasi ini adalah fluktuasi harga pasar dan penurunan pendapatan pekerja. Selain itu, mayoritas anak muda di wilayah ini telah bekerja di luar negeri, sehingga mempertahankan profesi ini menghadapi banyak kesulitan.
Terkait kekhawatiran masyarakat tentang pemisahan area penanaman murbei, serta meminimalkan dampak hama dan pestisida, pemerintah daerah akan meneliti dan mengembangkan rencana yang tepat dalam waktu dekat agar profesi tradisional ini tidak punah seiring waktu.
Sumber
Komentar (0)