Pada hari Rabu, sebuah roket yang ditembakkan dari Lebanon menghantam kota Safed di utara Israel, menewaskan seorang tentara wanita berusia 20 tahun dan melukai sedikitnya delapan orang.
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 10 orang di Lebanon selatan, termasuk seorang perempuan Suriah, dua anaknya, empat anggota keluarga lainnya, dan tiga pejuang Hizbullah. Setidaknya sembilan orang terluka.
Kekerasan lintas perbatasan telah berkobar sejak serangan di Israel selatan oleh Hamas, sekutu Hizbullah, pada tanggal 7 Oktober.
Area tempat roket yang diluncurkan dari Lebanon mendarat, di Kiryat Shmona dekat perbatasan Israel dengan Lebanon, 13 Februari. Foto: Reuters
Hizbullah tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan hari Rabu. Namun, mereka berjanji akan melanjutkan serangan hingga gencatan senjata tercapai di Gaza. Di tengah kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut, berikut ini gambaran persenjataan kedua belah pihak.
Kemampuan militer Hizbullah
Hizbullah adalah kekuatan paramiliter terpenting di dunia Arab, dengan struktur internal yang kuat dan persenjataan yang besar. Didukung oleh Iran, para pejuang Hizbullah telah berpengalaman dalam konflik 13 tahun di Suriah.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan kelompoknya memiliki sekitar 100.000 pejuang, sementara perkiraan lain menyebutkan kekuatan militernya kurang dari setengahnya. Israel ingin Hizbullah menarik pasukan elit Radwan dari perbatasan agar puluhan ribu warga Israel yang mengungsi dari kota-kota dan desa-desa di utara dapat kembali ke rumah.
Rudal Burkan digunakan dalam operasi militer di Suriah. Foto: Pertahanan Keamanan Asia
Hizbullah memiliki persenjataan besar berupa roket artileri permukaan-ke-permukaan yang sebagian besar berukuran kecil, mobile, dan tak berpemandu, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Washington. Amerika Serikat dan Israel memperkirakan bahwa Hizbullah dan kelompok militan lainnya di Lebanon memiliki sekitar 150.000 roket dan rudal. Hizbullah juga sedang mengembangkan rudal berpemandu presisi.
Hizbullah sebelumnya telah meluncurkan drone ke Israel. Pada tahun 2006, Hizbullah menyerang kapal perang Israel dengan rudal darat-ke-laut. Pasukannya juga memiliki senapan serbu, senapan mesin berat, granat berpeluncur roket, bom pinggir jalan, dan senjata lainnya.
Dalam konflik saat ini, Hizbullah sering menggunakan rudal anti-tank bergerak Kornet buatan Rusia. Hizbullah juga telah mengerahkan rudal balistik Burkan (bahasa Arab untuk "gunung berapi") yang mampu membawa hulu ledak 300-500 kg untuk menyerang pangkalan Biranit milik IDF.
Dalam beberapa minggu terakhir, Hizbullah telah memperkenalkan senjata baru termasuk rudal permukaan-ke-permukaan dengan jangkauan 10 km dan hulu ledak seberat 50 kg.
Kemampuan militer Israel
Israel adalah salah satu negara dengan persenjataan terkuat di Timur Tengah. Militer Israel telah lama didukung oleh AS dengan dana tahunan sebesar 3,3 miliar dolar AS, ditambah 500 juta dolar AS untuk teknologi pertahanan rudal.
Angkatan udara Israel mencakup jet tempur F-35 AS yang canggih, baterai pertahanan rudal termasuk sistem rudal pertahanan udara multiperan Patriot buatan AS, sistem pertahanan rudal Iron Dome, dan sepasang sistem pertahanan rudal yang dikembangkan bersama AS, Arrow dan David's Sling.
Sistem pertahanan rudal Patriot. Foto: Angkatan Darat AS
Israel juga memiliki kendaraan lapis baja dan tank, beserta armada pesawat tak berawak dan teknologi lain yang siap mendukung pertempuran darat apa pun.
Menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis, sebuah lembaga kajian Inggris, Israel telah memobilisasi sekitar 170.000 pasukan aktif dan sekitar 360.000 pasukan cadangan untuk perang (sekitar tiga perempat dari perkiraan kapasitasnya). Memasuki bulan kelima konflik, banyak dari pasukan cadangan tersebut telah kembali ke tanah air.
Israel juga telah lama mempertahankan program senjata nuklir yang tidak diumumkan.
Seberapa serius eskalasi terbaru ini?
Meskipun sebagian besar analis yakin Hizbullah maupun Israel tidak menginginkan perang skala penuh, terdapat kekhawatiran bahwa kesalahan langkah oleh salah satu pihak dapat memicu eskalasi besar. Dalam beberapa minggu terakhir, AS, Prancis, dan negara-negara lain telah mengirimkan diplomat untuk mencoba meredakan ketegangan di perbatasan.
Pada hari Selasa, menanggapi ancaman Israel untuk melancarkan serangan jika Hizbullah tidak menarik pasukannya dari perbatasan, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan: "Jika Anda memperluas (konflik), kami juga akan memperluasnya."
Serangan bolak-balik antara kedua belah pihak pada hari Rabu, beberapa di antaranya terjadi relatif jauh dari daerah perbatasan, merupakan tanda jelas adanya risiko bahwa kekerasan dapat lepas kendali.
Hoai Phuong (menurut AP)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)