Setelah hanya hampir 2 bulan ekspor resmi, jumlah kelapa Vietnam yang dikonsumsi di pasar Cina telah meningkat tajam dengan pesanan hingga ribuan kontainer.
Kelapa menjadi salah satu tanaman yang memberikan efisiensi ekonomi bagi masyarakat di banyak provinsi dan kota. Kelapa juga merupakan salah satu dari 6 jenis pohon yang Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan termasuk dalam proyek dan menyetujui proyek untuk mengembangkan tanaman industri utama hingga tahun 2030. Saat ini, Vietnam memiliki 15 provinsi yang banyak menanam kelapa dengan luas sekitar 200.000 hektar kelapa, dengan hasil produksi 2 juta ton.
Menurut statistik dari Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, pada tahun 2023, kelapa segar Vietnam mengekspor 30.000 ton kelapa ke 15 negara di seluruh dunia dan 320.000 ton produk kelapa olahan. Dari jumlah tersebut, produksi kelapa segar yang diekspor ke Tiongkok meningkat lebih dari 30% berkat meningkatnya permintaan pangan segar, terutama produk bernilai gizi tinggi seperti kelapa, di pasar Tiongkok.

Vietnam saat ini memiliki sekitar 200.000 hektar lahan kelapa, menempati peringkat ke-7 dari 93 negara di dunia. Sekitar sepertiga lahan kelapa Vietnam memenuhi standar organik AS dan Eropa, terutama di provinsi-provinsi Pesisir Tengah dan Delta Mekong (Ben Tre, Tra Vinh).
Bapak Nguyen Van Tam, seorang petani di distrik Chau Thanh, Ben Tre, dengan gembira berbagi: Sebelumnya, menanam kelapa hanya cukup untuk makan, tetapi sejak mengekspor kelapa secara besar-besaran ke Tiongkok, pendapatan keluarga saya meningkat pesat. Setiap tahun, keluarga saya memanen lebih dari 10.000 kelapa, yang sebagian besar diekspor .
Pada bulan Agustus 2024, kelapa segar Vietnam akan resmi diekspor ke Tiongkok. Banyak bisnis yang segera memanfaatkan peluang ini dan aktif memperluas pasar mereka.
Ketua Asosiasi Kelapa Vietnam mengatakan bahwa banyak unit besar telah menandatangani kontrak untuk mengekspor 30-50 kontainer, dan beberapa perusahaan bahkan telah menandatangani pesanan untuk memasok 1.500 kontainer kelapa ke Tiongkok. Hal ini menunjukkan potensi besar pasar kelapa Vietnam di Tiongkok. Membuka pasar Tiongkok untuk kelapa segar merupakan sinyal yang sangat baik, tidak hanya bagi industri kelapa tetapi juga membantu masyarakat meningkatkan pendapatan mereka.
Ibu Tran Thi Hoa, seorang petani kelapa di distrik Cau Ke, Tra Vinh, juga mengungkapkan kegembiraannya: “Keluarga saya dulu menanam kelapa terutama untuk dijual di dalam negeri, tetapi sekarang karena ada pasar besar seperti Cina, harganya pun lebih baik.”

Asosiasi Kelapa Vietnam memperkirakan ekspor kelapa segar ke Tiongkok mencapai $250 juta tahun ini, setara dengan 25% dari total nilai ekspor industri tersebut. Tahun lalu, ekspor kelapa segar ke pasar ini mencapai 606.000 ton, naik 120% dibandingkan tahun 2018, menurut data Asosiasi Buah Tiongkok.
Selain kelapa segar, Tiongkok juga menyukai produk olahan seperti santan, santan kelapa, kelapa kering, dan jeli kelapa—bahan tambahan minuman yang populer. Tren mengonsumsi jeli, minyak, dan air kelapa semakin meningkat karena manfaatnya bagi kesehatan. Menurut ahli gizi, jeli kelapa kaya serat, melancarkan pencernaan, dan baik untuk jantung.
Meskipun pasar Tiongkok menawarkan banyak peluang, bisnis Vietnam juga menghadapi persaingan dari negara lain, terutama Thailand, yang harga kelapanya lebih rendah. Untuk mempertahankan keunggulan mereka, eksportir perlu berfokus pada peningkatan kualitas produk, penyempurnaan proses seleksi, pengemasan, dan pengawetan, serta kepatuhan ketat terhadap peraturan karantina Tiongkok.
Menurut Bapak Nguyen Van Thu, Ketua Dewan Direksi GC Food, Tiongkok juga merupakan pasar potensial untuk produk kelapa olahan. Perusahaannya sedang menguji coba produk dalam jumlah kecil dan berencana memperluas pangsa pasarnya di tahun-tahun mendatang. GC Food mengharapkan pendapatan dari pasar tersebut. Cina akan menyumbang sekitar 15% dari total pendapatan perusahaan pada tahun 2025.
Mengekspor kelapa segar ke Tiongkok tidak hanya membuka arah baru bagi industri kelapa, tetapi juga berkontribusi dalam mendorong pembangunan ekonomi lokal. Banyak petani telah mengubah model produksi tradisional menjadi model budidaya kelapa berkelanjutan yang memenuhi standar internasional. Namun, untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dengan negara-negara seperti Thailand, industri kelapa perlu terus meningkatkan proses produksi, pengemasan, dan pengawetan produk untuk memastikan kualitas dan memenuhi standar karantina Tiongkok.
Berkat ekspor resmi ke Tiongkok, industri kelapa Vietnam menghadapi peluang besar untuk memperluas skala dan meningkatkan daya saingnya. Jika proses ekspor berjalan lancar, Asosiasi Kelapa memperkirakan total omzet ekspor kelapa segar dan produk kelapa olahan dapat mencapai 1,2 miliar dolar AS tahun ini.
Namun, untuk memanfaatkan peluang dan berkembang secara berkelanjutan, perusahaan-perusahaan Vietnam perlu lebih memperhatikan kualitas produk dan kepatuhan terhadap peraturan pasar ekspor. Hal ini akan membantu industri kelapa Vietnam memperkuat posisinya di pasar internasional dan memberikan manfaat besar bagi para petani.
Sumber
Komentar (0)