"Kami menyimpulkan bahwa berdasarkan struktur pemisahan kekuasaan konstitusional AS, hakikat kekuasaan presiden mengharuskannya memiliki kekebalan dari tuntutan pidana atas tindakan resmi selama masa jabatannya. Setidaknya terkait pelaksanaan kekuasaan konstitusional inti presiden, kekebalan ini harus bersifat absolut," demikian diumumkan Ketua Mahkamah Agung John Roberts.
"Presiden tidak memiliki kekebalan hukum atas tindakan tidak resminya, dan tidak semua tindakan presiden bersifat resmi. Presiden tidak berada di atas hukum. Namun, Kongres tidak boleh mengkriminalisasi tindakan presiden dalam menjalankan tanggung jawab cabang eksekutifnya berdasarkan Konstitusi," jelas Bapak Roberts.
Tuan Trump pada acara kampanye di Philadelphia (AS) pada tanggal 22 Juni
Oleh karena itu, Mahkamah Agung AS akan mengembalikan berkas kasus tersebut ke pengadilan tingkat pertama untuk mempertimbangkan apakah tindakan Tn. Trump dalam kasus ini memenuhi syarat sebagai formal atau informal, menurut Tn. Roberts.
Menyusul berita tersebut, Trump menyambut baik putusan Mahkamah Agung tentang kekebalan presiden, menyebutnya sebagai kemenangan besar bagi Konstitusi dan demokrasi Amerika. Banyak pakar mencatat bahwa keputusan Mahkamah Agung AS akan memperkecil kemungkinan proses hukum lebih lanjut atas tuduhan terkait peran Trump dalam upaya pembatalan hasil pemilu 2020 akan berlangsung sebelum November, menurut CNN.
Trump, 78 tahun, adalah mantan presiden AS pertama yang didakwa dan dihukum atas suatu kejahatan. Saat ini, ia menghadapi tuntutan federal di Florida dan tuntutan negara bagian di Georgia. Bulan lalu, ia dinyatakan bersalah di pengadilan New York atas pemalsuan catatan bisnis terkait kesepakatan keuangan yang diatur oleh mantan rekan kerjanya dengan seorang aktris film dewasa sebelum pemilihan presiden 2016.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/ong-trump-duoc-mien-tru-truy-to-doi-voi-cac-hanh-vi-chinh-thuc-cua-tong-thong-185240701220528308.htm
Komentar (0)