Pada tanggal 30 Agustus, Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) mengatakan bahwa total produksi minyak mentah negara itu menurun sekitar 63%, karena konflik antara faksi-faksi yang bertikai di Timur dan Barat tetap rumit.
Penutupan sejumlah ladang minyak menjadi penyebab penurunan tajam produksi minyak mentah Libya. (Sumber: Reuters) |
Menurut kantor berita Reuters , dalam sebuah pernyataan, kelompok itu mengatakan bahwa penutupan serangkaian ladang minyak merupakan penyebab penurunan tajam produksi minyak mentah Libya dan menyebabkan kerusakan infrastruktur minyak serta sangat memengaruhi upaya negara tersebut untuk meningkatkan produksi.
Menekankan bahwa industri minyak adalah tulang punggung ekonomi nasional, NOC juga memperingatkan bahwa memulai kembali ladang minyak yang tidak beroperasi akan membutuhkan biaya yang sangat besar.
Menurut NOC, alasan penutupan ladang minyak tersebut tidak terkait dengan kelompok tersebut. Saat ini, tim ahli NOC sedang menilai kerusakan yang disebabkan oleh blokade ladang minyak tersebut.
Pada awal Agustus, Ketua Dewan Kepresidenan Libya Mohammed Al-Menfi dan Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang diakui secara internasional yang berpusat di ibu kota Tripoli memberhentikan Gubernur Bank Sentral Libya (CBL) Sadiq Al-KabirKabir.
Langkah itu ditolak oleh kekuatan lawan, DPR Libya yang berpusat di timur dan Tentara Nasional Libya pimpinan Jenderal Khalifa Haftar.
Menyusul pemecatan tersebut, pemerintah wilayah timur mengumumkan penutupan seluruh produksi dan ekspor minyak Libya. Ketua DPR Libya, Aqila Saleh, menyatakan bahwa blokade terhadap industri minyak dan gas akan berlanjut hingga Gubernur CBL, Sadiq Al-Kabir, yang dipecat oleh Dewan Kepresidenan Libya, kembali menjabat.
Bapak Saleh menekankan bahwa penutupan ladang minyak merupakan langkah untuk "melindungi aset rakyat Libya dari eksploitasi dan pencurian, serta melindungi sumber daya nasional."
Pimpinan CBL memainkan peran kunci dalam mengelola, mengendalikan, dan mendistribusikan pendapatan minyak kepada faksi-faksi yang bertikai di Libya. Krisis yang memperebutkan kendali atas CBL mengancam akan menjerumuskan negara Afrika Utara itu ke dalam ketidakstabilan baru.
Libya, salah satu produsen minyak terbesar di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), terbagi antara pemerintah di timur dan GNU di barat. Pada Juli 2024, negara ini mencatat produksi sekitar 1,18 juta barel per hari.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/san-luong-dau-tho-cua-libya-giam-soc-dau-la-nguyen-nhan-284517.html
Komentar (0)