Pada tahun 2021, TikTok meluncurkan layanan belanja daring TikTok Shop, yang dimulai di Indonesia. Sejak itu, layanan ini telah berekspansi ke pasar lain di kawasan ini, di mana Shopee milik Sea, Lazada milik Alibaba, dan Tokopedia mendominasi.
Dalam rapat laporan hasil bisnis pada tanggal 15 Agustus, Ketua dan CEO Sea Forrest Li mengatakan bahwa lanskap e-commerce sedang mengalami periode pertumbuhan interaksi pengguna yang beragam melalui siaran langsung, video pendek, dan pemasaran afiliasi dengan influencer.
Menurut Bapak Li, hal ini membawa peluang baru untuk pengembangan dan pertumbuhan. Mempertimbangkan tren dan kemajuan positif ini, Sea telah dan akan meningkatkan investasi di segmen e-commerce-nya di semua pasar, tetapi beliau tidak mengungkapkan angka spesifiknya.
Shopee mengalahkan TikTok dengan fitur livestreaming-nya pada tahun 2019. Perusahaan baru-baru ini memperbarui fiturnya untuk berfokus pada kategori seperti fesyen , kesehatan, dan kecantikan, yang juga merupakan keunggulan TikTok. Li mengatakan bahwa kampanye livestreaming-nya di Indonesia bulan lalu mencatat peningkatan volume transaksi 12 kali lipat dibandingkan rata-rata harian, sementara jumlah pembeli meningkat 10 kali lipat.
Perusahaan memiliki keunggulan dalam mengonversi pesanan berkat integrasi logistik dan layanan pembayaran, kata Yanjun Wang, direktur perusahaan.
Namun, Bapak Li memperingatkan bahwa investasi tersebut akan memengaruhi hasil bisnis dan dapat menimbulkan kerugian bagi Shopee maupun seluruh grup dalam jangka waktu tertentu.
Persaingan yang ketat ini terjadi di saat yang sulit bagi Sea, karena para investor menuntut jalur yang jelas menuju profitabilitas setelah bertahun-tahun mengalami kerugian besar. Bahkan Shopee, yang diperkirakan menguasai hampir separuh pasar e-commerce Asia Tenggara, mengalami perlambatan pertumbuhan akibat wabah Covid-19.
Laba bersih Sea mencapai $330 juta pada kuartal kedua tahun ini, pulih dari kerugian $931 juta pada tahun sebelumnya. Ini merupakan kuartal ketiga berturut-turut yang mencatat laba bagi grup. Namun, pendapatan hanya meningkat 5,2% menjadi $3 miliar, jauh lebih lambat dibandingkan peningkatan lebih dari 100% selama periode Covid-19. Beban pemasaran dan penjualan di seluruh divisi dipangkas menjadi $493 juta, turun 49,3% dibandingkan periode yang sama di tahun 2022.
EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) Shopee yang disesuaikan mencapai $150 juta, naik dari kerugian $648 juta pada tahun sebelumnya. Pendapatan naik 32,3% menjadi $2,32 miliar, rekor terendah.
(Menurut Nikkei)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)