Resistensi antimikroba menjadi tantangan serius bagi kesehatan global dan risiko besar bagi pembangunan sosial -ekonomi.
Resistensi antimikroba menjadi tantangan serius bagi kesehatan global dan risiko besar bagi pembangunan sosial-ekonomi.
Baru-baru ini, Wakil Menteri Kesehatan , Prof. Dr. Tran Van Thuan, menandatangani dan menerbitkan Keputusan 3465/QD-BYT 2024, yang menyetujui "Rencana Aksi Pencegahan Resistensi Antimikroba dalam Pelayanan Kesehatan" untuk periode 2024-2025.
Kementerian Kesehatan menyetujui "Rencana Aksi Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba dalam Pelayanan Kesehatan" untuk periode 2024-2025. |
Rencana ini diharapkan dapat membantu mencegah dan mengendalikan resistansi obat, berkontribusi dalam melindungi kesehatan masyarakat, dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Menurut Kementerian Kesehatan, resistansi obat menjadi tantangan serius bagi kesehatan global dan risiko besar bagi pembangunan sosial-ekonomi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menekankan pentingnya isu ini sejak Hari Kesehatan Sedunia 2011 dengan tema: "Tidak ada tindakan hari ini, tidak ada obatnya besok". Hal ini mencerminkan urgensi pencegahan resistensi antibiotik di seluruh dunia, termasuk Vietnam.
Di Vietnam, resistensi antibiotik sedang meningkat. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan tidak terkontrol, baik dalam bidang kedokteran maupun pertanian, telah menyebabkan banyak jenis bakteri menjadi resisten, mengurangi efektivitas pengobatan penyakit menular, dan mengancam pencapaian pengobatan modern.
Strategi nasional menetapkan empat tujuan utama: meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang resistensi antibiotik, memperkuat komunikasi dan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat, petugas kesehatan, dokter hewan dan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang rasional.
Memperkuat sistem pengawasan resistensi obat: Mendirikan fasilitas pengawasan di rumah sakit dan memberikan pelatihan khusus kepada petugas kesehatan dalam teknik kultur, identifikasi, dan antibiogram.
Mengurangi penyebaran mikroorganisme dan penyakit menular: Terapkan langkah-langkah pengendalian infeksi di fasilitas perawatan kesehatan untuk meminimalkan risiko penyebaran bakteri yang resistan.
Gunakan antibiotik secara tepat dan bertanggung jawab: Pastikan antibiotik, dosis, dan durasi pengobatan yang tepat digunakan untuk mencegah berkembangnya resistensi antibiotik.
Berdasarkan strategi nasional, Kementerian Kesehatan telah mengembangkan "Rencana Aksi Pencegahan Resistensi Antimikroba dalam Pelayanan Kesehatan untuk periode 2024-2025".
Tujuan dari rencana tersebut adalah untuk memperlambat perkembangan resistensi, mengendalikan penyebaran bakteri resistan, dan memastikan pasokan dan penggunaan antibiotik yang tepat.
Rencana tersebut juga menetapkan target spesifik: 100% provinsi dan kota telah menyetujui rencana untuk mencegah resistensi obat dan didanai untuk pelaksanaannya; tingkat pemahaman yang benar tentang pencegahan resistensi obat di kalangan orang dewasa setidaknya 50% dan di kalangan petugas kesehatan adalah 60%.
Secara khusus, sistem pemantauan akan diperluas, dengan partisipasi 50% rumah sakit di bawah Kementerian Kesehatan dan setiap provinsi dan kota akan memiliki setidaknya satu rumah sakit yang berpartisipasi.
Vietnam adalah salah satu negara pelopor di kawasan Asia-Pasifik dalam mengembangkan dan menerapkan rencana aksi guna mencegah resistensi obat.
Upaya ini sangat diapresiasi oleh masyarakat internasional, menunjukkan komitmen kuat Pemerintah dan mitra dalam melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah munculnya resistansi obat.
Pelaksanaan rencana aksi 2024-2025 akan menjadi langkah maju yang penting, berkontribusi pada tujuan bersama untuk mengendalikan dan mencegah resistensi antimikroba, melindungi kesehatan masyarakat, dan bergerak menuju masa depan pembangunan berkelanjutan bagi Vietnam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2050, setiap 3 detik, satu orang akan meninggal karena bakteri super yang resistan terhadap obat, setara dengan sekitar 10 juta orang per tahun.
Pada saat itu, penyakit umum seperti batuk atau bahkan luka bisa berakibat fatal. WHO bahkan menyebut resistensi antibiotik sebagai krisis kesehatan global.
[iklan_2]
Sumber: https://baodautu.vn/khang-thuoc-thach-thuc-cho-he-thong-y-te-trong-tuong-lai-d230331.html
Komentar (0)