Kementerian Pendidikan dan Pelatihan menegaskan usulan guru untuk menghapuskan bentuk ujian kenaikan jabatan profesi cukup beralasan dan saat ini Kementerian Dalam Negeri tengah mengimbau Pemerintah untuk menghapuskan bentuk ujian kenaikan jabatan profesi tersebut.
Pada tanggal 4 Agustus, Departemen Guru dan Manajer Pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Pelatihan memberikan informasi untuk menjawab sejumlah pertanyaan dalam pelaksanaan Surat Edaran No. 08/2023/TT-BGDDT yang mengubah dan melengkapi sejumlah pasal dalam Surat Edaran No. 01/2021/TT-BGDDT, 02/2021/TT-BGDDT, 03/2021/TT-BGDDT, 04/2021/TT-BGDDT tertanggal 2 Februari 2021 yang mengatur kode, standar jabatan profesional, serta pengaturan pengangkatan dan gaji bagi staf pengajar di lembaga prasekolah negeri dan lembaga pendidikan umum, berlaku mulai tanggal 30 Mei 2023.
Usulan guru untuk menghapus ujian kenaikan pangkat beralasan.
Khusus mengenai usulan guru untuk menghapuskan ujian kenaikan pangkat, perwakilan Dinas Pendidik dan Tata Usaha Negara (DPNS) menyampaikan bahwa pengaturan standar kenaikan pangkat PNS dan kenaikan pangkat PNS di berbagai sektor dan bidang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan umum DPR dalam Undang-Undang PNS Tahun 2010 dan Undang-Undang tentang Perubahan dan Penambahan Sejumlah Pasal dalam Undang-Undang tentang Kaderisasi, PNS, dan Undang-Undang tentang PNS. Pelaksanaannya juga sesuai dengan petunjuk rinci Pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 115/2020/ND-CP tanggal 25 September 2023 yang mengatur tentang rekrutmen, penggunaan, dan manajemen PNS.
Dengan demikian, kenaikan pangkat jabatan profesional dari pangkat yang lebih rendah ke pangkat yang lebih tinggi berikutnya dalam bidang profesional yang sama dilakukan melalui bentuk ujian dan pertimbangan (Klausul 2, Pasal 31 Undang-Undang Pegawai Negeri Sipil tahun 2010 dan Ayat 2, Pasal 29 Keputusan No. 115/2020/ND-CP). Penyelenggaraan kenaikan pangkat jabatan profesional melalui ujian atau pertimbangan di tingkat daerah merupakan kewenangan instansi atau unit yang berwenang menyelenggarakan ujian atau pertimbangan kenaikan pangkat jabatan profesional sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan tidak memiliki kewenangan untuk menghapuskan peraturan tentang ujian kenaikan pangkat jabatan profesional guru dan juga tidak memiliki kewenangan untuk mengusulkan agar daerah menerapkan bentuk pertimbangan kenaikan pangkat yang seragam.
Namun, usulan guru untuk menghapuskan ujian kenaikan pangkat profesi cukup beralasan. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah menerima dokumen yang meminta masukan dari Kementerian Dalam Negeri terkait penghapusan ujian kenaikan pangkat profesi dalam rancangan peraturan perundang-undangan yang mengubah dan melengkapi sejumlah pasal dalam Peraturan No. 115/2020/ND-CP. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah memberikan tanggapan tertulis yang menyetujui hal tersebut. Saat ini, Kementerian Dalam Negeri sedang mengimbau Pemerintah untuk menghapuskan ujian kenaikan pangkat profesi.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan menganjurkan kepada daerah, berdasarkan situasi praktis, untuk mempertimbangkan dan memilih bentuk-bentuk penyelenggaraan promosi jabatan guru yang tepat guna menciptakan kondisi yang kondusif bagi tim dan menjamin teridentifikasinya guru-guru yang sungguh-sungguh layak untuk dipromosikan jabatannya berdasarkan asas persamaan, keterbukaan, keterbukaan, objektivitas, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Guru tidak diharuskan menyerahkan sertifikat pelatihan, sertifikat komputer, atau sertifikat bahasa asing.
Saat ini, beberapa daerah masih mewajibkan guru untuk menyerahkan sertifikat pelatihan sesuai standar jabatan profesional, sertifikat TI, dan sertifikat bahasa asing, saat mengangkat atau memindahkan guru prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah ke jabatan profesional yang sesuai. Hal ini menyulitkan dan tidak konsistennya proses pengangkatan dan pemindahan jabatan profesional.
Terkait hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan menyatakan bahwa pengangkatan jabatan profesi guru PAUD, SD, dan SMP dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 7 Surat Edaran Nomor 01, 02, 03/2021/TT-BGDDT sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam Pasal 9, Pasal 1, Pasal 7, Pasal 2, Pasal 8, Pasal 3 Surat Edaran Nomor 08/2023/TT-BGDDT.
Dengan demikian, dalam pengangkatan dan pemindahan jenjang jabatan profesional dari ketentuan lama ke jenjang jabatan profesional yang bersangkutan sesuai ketentuan Surat Edaran Nomor 01/2021/TT-BGDDT, 02/2021/TT-BGDDT, 03/2021/TT-BGDDT, hanya didasarkan pada standar jenjang pendidikan dan lama menduduki jenjang jabatan di bawahnya saja, tanpa mensyaratkan guru memiliki bukti sertifikat pelatihan sesuai standar jabatan profesional yang diembannya dan sertifikat IT dan Bahasa Asing untuk standar kemampuan penerapan teknologi informasi dan kemampuan berbahasa asing atau bahasa daerah sesuai dengan tuntutan jabatan.
Kementerian juga mencatat bahwa Pasal 2, Pasal 5 Surat Edaran No. 08/2023/TT-BGDDT menetapkan bahwa "guru tidak diwajibkan memberikan bukti pelaksanaan tugas kepangkatan ketika diangkat ke jabatan yang sesuai sesuai ketentuan Surat Edaran No. 01/2021/TT-BGDDT, 02/2021/TT-BGDDT, 03/2021/TT-BGDDT, 04/2021/TT-BGDDT."
Tidak ada peraturan yang menyatakan bahwa jenjang pendidikan 9 tahun harus setingkat universitas
Permasalahan lain yang belum diterapkan secara seragam di beberapa tempat adalah penetapan total masa jabatan (minimal 9 tahun) sebagai dasar pengangkatan dan pemindahan dari jabatan lama Guru Sekolah Dasar dan Menengah Golongan II ke jabatan baru Guru Sekolah Dasar dan Menengah Golongan II. Beberapa daerah mewajibkan 9 tahun ini menjadi 9 tahun bagi guru yang telah meraih gelar sarjana.
Menanggapi hal ini, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan menyatakan bahwa berdasarkan peraturan yang telah diubah dalam Surat Edaran No. 08/2023/TT-BGDDT, syarat guru SD dan SMP lama yang akan dialihkan ke jabatan profesional baru Guru SD dan SMP Kelas II adalah minimal 9 tahun (tidak termasuk masa percobaan) dengan total masa jabatan di Kelas III dan Kelas II lama. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan tidak menetapkan syarat pendidikan jenjang universitas untuk total masa jabatan tersebut. Oleh karena itu, persyaratan di beberapa daerah yang menyatakan bahwa 9 tahun untuk guru SD dan SMP Kelas III dan Kelas II lama harus 9 tahun agar dapat mencapai jenjang universitas adalah tidak tepat.
Penetapan masa setara dengan masa menyandang gelar profesi baru golongan III dengan mempertimbangkan standar dan ketentuan pendaftaran ujian atau mempertimbangkan kenaikan jabatan profesi dari golongan III ke golongan II belum dilaksanakan secara konsisten antar daerah.
Sesuai dengan peraturan yang telah diubah dalam Surat Edaran No. 08/2023/TT-BGDDT, lama waktu penyelenggaraan jenjang IV dan III yang lama ditetapkan setara dengan lama waktu penyelenggaraan jenjang III yang baru sejak guru mencapai jenjang pelatihan standar sesuai peraturan jenjang pendidikan. Dengan demikian, ketika guru sekolah dasar dan menengah mencapai jenjang pelatihan standar jenjang pendidikan (universitas), lama waktu penyelenggaraan jenjang sebelumnya (termasuk waktu lain yang setara) ditetapkan setara dengan lama waktu penyelenggaraan jenjang III yang baru.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)