Pada tanggal 29 November, polisi distrik Hoa Khanh Nam (distrik Lien Chieu, Da Nang ) mengatakan bahwa mereka telah mengundang pemilik pohon su dan perwakilan kelompok orang yang menebang pohon di 56 Nguyen Khac Nhu untuk datang bekerja.
Sebelumnya, polisi di wilayah ini menerima pengaduan dari pemilik rumah di 56 Nguyen Khac Nhu tentang pohon sonokeling yang ditanam di depan rumah yang ditebang oleh sekelompok orang asing tanpa pemberitahuan.
Pohon rosewood yang ditebang di rumah nomor 56 Nguyen Khac Nhu, bangsal Hoa Khanh Nam, distrik Lien Chieu (Foto: Hoai Son).
Pemilik rumah mengatakan pohon itu dibeli seharga 5 juta VND dan ditanam pada tahun 2015. Pada sore hari tanggal 27 November, ia tidak diberi tahu tentang penebangan pohon tersebut. Ketika ia mengetahui pohon itu telah ditebang, ia melaporkannya ke polisi.
Melalui penyelidikan, Kepolisian Distrik Hoa Khanh Nam menetapkan bahwa pada tanggal 27 November, sejumlah pekerja Perusahaan Terbatas Phuoc Ly Xanh melakukan tugas sesuai dengan kontrak.
Ketika kelompok ini tiba di depan rumah bernomor di atas, mereka menemukan sebuah pohon setinggi sekitar 8m, yang menunjukkan tanda-tanda mengering dan menggugurkan daunnya, sehingga para pekerja mengambil gambar dan mengirimkannya kepada direktur perusahaan, yang setuju untuk menebang pohon tersebut dan mengangkut batangnya ke komune Hoa Tien (distrik Hoa Vang).
Setelah mengetahui bahwa pekerja tersebut tidak menghubungi asosiasi lingkungan dan pemilik rumah telah menebang pohon, pada sore hari tanggal 28 November, direktur perusahaan menghubungi pemilik rumah untuk mencabut pohon yang ditebang dan menanam pohon pengganti.
Di kantor polisi distrik, perusahaan menemukan bahwa penebangan pohon di depan rumah tidak sesuai prosedur. Kedua pihak sepakat untuk mencari solusi atas masalah tersebut.
Bapak Pham Phu Dung, Direktur Perusahaan Terbatas Phuoc Ly Xanh, mengakui terjadinya insiden tersebut dan mengatakan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk memberikan kompensasi sebesar 12 juta VND untuk pohon dan perawatannya.
"Perusahaan juga mengakui kesalahannya karena tidak memberi tahu pemilik rumah tentang penebangan pohon tersebut," kata Bapak Dung, seraya menambahkan bahwa ketika para pekerja datang untuk menebang pohon, mereka meminta izin kepada ketua kelompok warga untuk menebang pohon, tetapi ketua kelompok tersebut tidak ada di rumah.
Bapak Dung menjelaskan, dalam kasus ini apabila pemilik rumah sedang tidak ada di rumah, maka pekerja bisa saja menunda pekerjaannya. Akan tetapi, sesuai jadwal pemangkasan pohon guna mencegah terjadinya badai dan penebangan pohon yang sakit, para pekerja pun bergegas untuk melakukannya agar tetap sesuai dengan jadwal, sehingga mengakibatkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan tersebut.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)