(CLO) Hamas mengatakan pihaknya memiliki informasi bahwa Israel berencana melakukan operasi penyelamatan sandera, dan bersumpah untuk "menetralisir" para sandera jika Israel bertindak.
Menurut pernyataan tertanggal 22 November, Hamas menegaskan bahwa Israel bertanggung jawab atas nasib para sandera. Dokumen tersebut dikatakan telah dikirim ke kelompok-kelompok tempur oleh unit intelijen Brigade Izz el-Deen al-Qassam, sayap militer Hamas.
Sebuah demonstrasi menuntut pembebasan sandera di depan kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada 7 Oktober 2024. Foto: AFP) /Menahem Kahana
Hamas juga menuntut "pengerasan" kondisi kehidupan para sandera, sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan setelah serangan Nuseirat pada bulan Juni. Di bagian "rekomendasi", pernyataan tersebut meminta unit-unit untuk mengaktifkan "perintah netralisasi" guna merespons dengan cepat dan tegas jika Israel mengambil tindakan apa pun.
Media Israel mengutip Menteri Pertahanan Israel Katz yang mengatakan pada tanggal 4 Desember bahwa tekanan terhadap Hamas meningkat dan kali ini “kita benar-benar dapat mendorong kesepakatan pertukaran sandera.”
Dalam operasi di kamp Nuseirat pada tanggal 9 Juni, Israel menyelamatkan empat sandera yang ditawan Hamas sejak Oktober 2023, tetapi serangan itu menewaskan hingga 200 warga Palestina, menjadikannya salah satu serangan paling berdarah dalam konflik tersebut.
Israel melancarkan operasi militer di Gaza setelah Hamas menyerang komunitas Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.
Sejak saat itu, operasi Israel telah menewaskan lebih dari 44.500 warga Palestina dan melukai ratusan ribu lainnya, meratakan hampir seluruh Gaza dan menjerumuskan 2,2 juta orang sisanya ke dalam krisis kemanusiaan yang mengerikan.
Cao Phong (menurut Reuters, CNA)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/hamas-doa-se-vo-hieu-hoa-cac-hostages-neu-israel-tien-hanh-giai-cuu-post324247.html
Komentar (0)