Dustin Cheverier (dari California Selatan, AS) adalah salah satu blogger perjalanan asing terkenal, dengan lebih dari 790.000 pengikut di saluran YouTube pribadinya. Dia telah tinggal di Vietnam selama 9 tahun dan secara rutin membagikan video tentang pengalamannya dalam kehidupan, perjalanan, dan makanan di seluruh negeri, dari Selatan hingga Utara.
Pria Amerika itu berkomentar bahwa Vietnam adalah destinasi dengan banyak daya tarik bagi wisatawan, mulai dari kuliner dan budayanya hingga lanskap alamnya. Oleh karena itu, ia selalu berharap untuk "berkontribusi dalam mempromosikan citra negeri berbentuk S" melalui video yang diunggahnya di halaman pribadinya.
Selain meluangkan waktu untuk mempelajari dan menjelajahi hidangan tradisional, Dustin juga menunjukkan minat dan keahlian dalam "mengikuti tren," yaitu mencoba makanan dan minuman terbaru yang populer di kalangan anak muda Vietnam.
Baru-baru ini, Dustin dan temannya dari Vietnam pergi ke kedai teh di Jalan Cach Mang Thang Tam (Kelurahan Ben Thanh, Distrik 1, Kota Ho Chi Minh) untuk menikmati minuman yang belakangan ini "sedang viral di media sosial": teh lemon yang dihaluskan dengan tangan.
Berbeda dengan teh lemon tradisional, teh lemon yang ditumbuk dengan tangan dibuat dari lemon dari Guangdong (China). Lemon ini memiliki kulit yang kasar dan agak keras, tetapi jauh lebih harum daripada jenis lemon lainnya. Aroma lemonnya menyenangkan, hampir seperti serai, sehingga ideal untuk minuman. Saat ditumbuk dengan kuat, minyak esensial dari lemon akan melepaskan aroma yang menyenangkan.
Minuman ini memiliki rasa asam yang lembut dari lemon, aroma melati atau teh oolong yang harum, dan sedikit rasa manis dari sirup gula. Tidak hanya memiliki cita rasa yang unik, teh lemon yang ditumbuk dengan tangan ini juga menarik pelanggan karena metode penyajiannya yang tidak biasa.
Teh lemon yang dihaluskan dengan tangan adalah minuman yang sedang tren dan viral di media sosial, dengan banyak pelanggan yang mengantre untuk membelinya (Foto: Kim Ngan).
Dustin mengatakan warung teh lemon buatan tangan itu buka dari jam 4 sore hingga 11-12 malam, dengan waktu tersibuk sekitar jam 7-8 malam. Dia dan temannya dari Vietnam tiba di warung lebih awal, tetapi sudah ada antrean panjang pelanggan.
"Restoran buka jam 4 sore, sekarang jam 5 sore, dan kami nomor 80 dalam antrean. Antreannya sudah panjang," kata teman Dustin.
Meskipun Dustin tiba di toko cukup pagi, dia sudah melihat antrean panjang pelanggan yang menunggu untuk membeli teh lemon buatan tangan.
Turis Barat itu memanfaatkan kesempatan untuk mengobrol dengan beberapa pelanggan lain sambil mengantre untuk membeli teh lemon buatan tangan (Screenshot).
Keduanya segera mengantre dan menunggu giliran untuk membeli minuman. Pelanggan asal Barat ini dengan humoris mengungkapkan bahwa biasanya ia akan pulang dan beristirahat pukul 7 malam. Namun, karena ia bersemangat dan ingin menikmati minuman "kekinian" ini, ia rela menempuh perjalanan jauh dan menunggu berjam-jam tanpa merasa kesal atau lelah.
Teman Dustin cukup beruntung bisa merasakan sensasi menghancurkan lemon dengan tangan, dan dia terus berseru betapa melelahkannya proses pembuatan minuman tersebut. Pasangan itu juga mengungkapkan kekaguman mereka setelah mengetahui bahwa staf di kedai limun ini harus menghancurkan lemon terus menerus selama sekitar 8 jam untuk melayani ratusan pelanggan.
Setelah akhirnya mendapatkan teh jeruk nipis buatan tangan yang sudah lama ia idam-idamkan, Dustin dengan gembira mencicipinya. Ia mengatakan bahwa ia memilih rasa original agar dapat merasakan aroma jeruk nipis dengan jelas.
"Aroma lemonnya bertahan lebih lama di mulut dibandingkan dengan metode konvensional. Rasanya juga lebih kuat. Ini benar-benar rasa yang sangat berbeda, dan sekarang saya mengerti mengapa minuman ini begitu populer," komentar YouTuber asal Amerika tersebut.
Pelanggan asal Barat itu juga mengatakan bahwa menurutnya alasan toko tersebut menggunakan empat irisan lemon untuk secangkir teh dan menghancurkannya adalah karena itulah rasa lemonnya begitu kuat.
"Bagi mereka yang menyukai limun, minuman baru ini akan menjadi pilihan yang baik. Rasanya cukup menyegarkan. Meskipun tidak luar biasa, menurut saya cukup enak dan layak dicoba," ungkap Dustin.
Selain teh lemon yang dihaluskan dengan tangan, Dustin dan temannya juga memanfaatkan kesempatan untuk mencoba dua minuman "tren terkini" lainnya: kopi asin dan teh sirsak. Ia berkomentar bahwa kedua minuman itu enak, masing-masing dengan cita rasa yang menarik.
Gambar para pengunjung yang mengantre untuk makan pho di beberapa restoran terkenal di Hanoi baru-baru ini menuai beragam pendapat. Banyak netizen mengatakan bahwa itu adalah "penderitaan dan penghinaan untuk makan", "ini bukan lagi masa subsidi di mana kita harus membuang waktu menunggu untuk makan". Selain itu, banyak pendapat yang bertentangan mengatakan bahwa, tidak hanya di Vietnam tetapi juga di negara-negara maju di seluruh dunia, wisatawan juga harus mengantre untuk menikmati hidangan lezat. Banyak restoran dan toko telah menjadi destinasi yang menarik pengunjung internasional berkat citra antrean tersebut.
Rubrik Perjalanan VietNamNet mengundang pembaca untuk berbagi cerita dan opini mereka tentang topik "Mengantre untuk makanan: Beradab atau memalukan?" dengan mengirimkan email ke dulich@vietnamnet.vn. Artikel yang sesuai akan diterbitkan sesuai dengan pedoman editorial.
Terima kasih banyak.
Phan Dau
Sumber










Komentar (0)