Pada pagi hari tanggal 29 Oktober, Majelis Nasional membahas di aula situasi sosial ekonomi tahun 2025.
Delegasi Tran Huu Hau ( Tay Ninh ) menyampaikan bahwa inovasi organisasi atau transformasi digital tidak akan mampu menciptakan terobosan apabila pada setiap instansi dan setiap orang masih terdapat pola pikir ragu, takut dan kebiasaan memandang hal baik dengan pandangan negatif.
"Kita hidup di masa yang istimewa - ketika seluruh sistem politik sedang mengalami revolusi besar di dalam dirinya sendiri," ujar delegasi Tran Huu Hau membuka pidatonya.
Menurutnya, hanya dalam waktu singkat, seluruh negeri telah menata ulang seluruh sistem politik dan unit administratif, menunjukkan tekad besar dan pemikiran berani.
"Empat pilar strategis dan terobosan pemikiran Partai yang dilembagakan oleh Majelis Nasional dan Pemerintah tentu akan mendorong seluruh sistem politik untuk mengubah mekanisme kerjanya, membangkitkan dan mempromosikan potensi-potensi kuat bagi pembangunan negara," ujarnya.
Namun, delegasi tersebut juga secara terus terang mengemukakan bahwa masih banyak kendala yang tidak terlihat maupun yang terlihat yang menghambat revolusi ini - "hal-hal yang tampaknya kecil, tetapi mengandung masalah besar dalam berpikir dan bertindak".

Delegasi Majelis Nasional Tran Huu Hau (Foto: QH).
Cerita kecil, masalah besar
Ia bercerita tentang seorang guru muda di sebuah sekolah dasar besar di perkotaan. Sepulang sekolah, ia meminta izin kepada orang tua murid untuk mengizinkan tiga siswanya yang lemah mengikuti les tambahan, sepenuhnya gratis. Orang tua murid senang, tetapi ketika kepala sekolah mengetahuinya, ia mencurigai guru tersebut telah meminta bayaran dan memintanya untuk berhenti karena "melanggar aturan".
"Meskipun guru sudah menjelaskan dengan jelas, tatapan curiga dan gosip di belakangnya membuatnya kehilangan keberanian untuk melanjutkan perbuatan baiknya. Tindakan yang seharusnya menguntungkan siswa dan sekolah, justru dipadamkan hanya karena kebiasaan persepsi negatif," ujar Bapak Hau.
Dari sana, ia teringat kenangan saat menjabat sebagai Ketua Komite Rakyat Kota Tay Ninh. Seorang pegawai negeri sipil muda memproses dokumen dengan cepat dan segera mengembalikannya kepada masyarakat, tetapi rekan-rekannya menatapnya dengan curiga - "bekerja begitu cepat, pasti ada sesuatu di baliknya".
"Saya menyadari bahwa ketika orang baik tidak berani berbuat baik, ketika aparat tidak bisa membedakan orang baik dan orang jahat, maka aparat tersebut telah melakukan kesalahan serius dan niscaya akan berujung pada stagnasi dan negativitas," tegas delegasi tersebut.
Dari kenyataan itu, pemerintah daerah telah menerapkan teknologi informasi untuk mempublikasikan kemajuan, tanggung jawab, dan hasil kerja setiap pejabat.
Ia menyatakan persetujuannya terhadap motto "3 publik" yang diarahkan oleh Sekretaris Jenderal To Lam: "Umumkan kemajuan secara publik, umumkan tanggung jawab secara publik, dan umumkan hasil secara publik sehingga masyarakat dapat saling memantau dan mendampingi."
Menurut delegasi, penerapan prinsip ini dengan baik akan membantu "orang baik berusaha untuk berbuat lebih baik, orang lemah berusaha untuk berbuat lebih baik".
Waspadalah terhadap perangkat lunak yang tidak punya pikiran dan birokrat robotik
Delegasi Tran Huu Hau juga memberikan contoh lain tentang "hambatan tak terlihat" dalam transformasi digital. Ia menceritakan kisah sebuah perusahaan besar di industri kacang mete, dengan banyak perusahaan anggota yang beroperasi di berbagai lokasi.
Setelah pandemi Covid-19, sebuah perusahaan dalam ekosistem tersebut mengajukan permohonan penghentian sementara operasional dan disetujui oleh pihak berwenang. Namun, ketika sistem manajemen data industri perpajakan diintegrasikan, perangkat lunak tersebut secara otomatis "memperingatkan risiko" kepada seluruh grup. Akibatnya, cabang-cabang lain dilarang menerbitkan faktur, meskipun mereka beroperasi normal dan memiliki reputasi yang baik.
Jutaan dolar telah tertunda, dan reputasi pengiriman telah dipertanyakan karena para pejabat perangkat lunak dan mekanik yang ceroboh. Peraturan yang jauh dari kenyataan dan aplikasi yang kurang praktis telah menyebabkan kerusakan yang signifikan bagi bisnis, masyarakat, dan negara," ujarnya.
Menurut delegasi Tran Huu Hau, inovasi aparatur, reformasi kelembagaan, atau transformasi digital merupakan hal-hal besar, namun tidak akan menghasilkan terobosan jika kita tidak berani melihat ke belakang pada diri sendiri.
"Untuk meruntuhkan hambatan di setiap sudut masyarakat, sistem, dan setiap individu, untuk membebaskan setiap sumber daya, sekecil apa pun, demi berkontribusi pada pembangunan negara, dibutuhkan pengakuan yang mendalam dan solusi yang sinkron," pungkasnya.
Sumber: https://dantri.com.vn/thoi-su/khi-nguoi-tot-khong-dam-lam-viec-tot-bo-may-se-tu-lam-yeu-minh-20251029120004450.htm






Komentar (0)